Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah mengeksekusi sedikitnya 217 orang, beberapa di antaranya warga sipil, selama kelompok takfiri ini menguasai sebagian provinsi Homs, terutama kota Palmyra (Tadmur), Suriah, sejak 10 hari lalu. Demikian dinyatakan oleh lembaga Observatorum Suriah untuk HAM (SOHR), sebagaimana dilansir AFP Minggu (24/5).
Lembaga ini mengaku memiliki bukti-bukti bahwa ISIS telah mengeksekusi 67 warga sipil, beberapa di antaranya anak kecil, dan 150 tentara Suriah di berbagai kawasan yang jatuh ke tangan ISIS di kawasan timur provinsi Homs sejak 16 Mei lalu.
Associated Press melaporkan bahwa Perdana Menteri Suriah Wael al-Halqi mengutuk pembantaian massal ISIS di Palmyra dan menuding Arab Saudi, Qatar dan Turki bertanggungjawab atas kekejaman ISIS di Palmyra karena tiga negara itu gigih menyokong kelompok-kelompok ekstrimis di Suriah.
Sementara itu, tentara Suriah dewasa ini masih terlibat kontak senjata dengan ISIS di kawasan Jizl dekat Palmyra. Gubernur Homs, Talal Barazi, menyatakan tentara Suriah juga sudah menyiapkan strategi untuk merebut kembali kota kuno yang berusia sekitar 2000 tahun tersebut.
“Sudah ada rancangan, tapi kami tidak mengetahui kapan jam nol untuk aksi militer di Palmyra,” katanya, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Kantor Berita Suriah, Sana, melaporkan ISIS melarang warga sekitar pergi meninggalkan kawasan Palmyra, sementara Komisari s Tinggi PBB urusan Pengungsi bersama berbagai lembaga PBB lainnya menyatakan siap mengirim bantuan kepada 11,000 warga sipil yang sudah berhasil mengungsi dari Palmyra ke kawasan sekitar kota ini.
Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir, sebagaimana diberitakan koran al-Watan terbitan Mesir, dalam statamennya meminta khalayak dunia segera turun tangan secepatnya untuk mencegah penghancuran peninggalan sejarah di kota Pamyra oleh ISIS. Al-Azhar mengaku khawatir ISIS akan melakukan penghancuran peninggalan-peninggalan sejarah sebagaimana yang mereka lakukan selama ini di Irak dan Libya.
“Mempertahankan peninggalan sejarah dan kawasan kuno adalah perang yang sepenuhnya bersifat manusiawi, dan semua pihak harus berusaha melindungi Palmyra yang merupakan salah satu kawasan tertua di Timur Tengah. Semua harus berjuang menyelamatkannya dari kekelaman ISIS,” ungkap al-Azhar.
Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Irina Bokova, beberapa waktu lalu juga melontarkan seruan serupa serta mengingatkan bahwa Palmyra merupakan harta yang tak tergantikan, baik bagi rakyat Suriah maupun bagi masyarakat dunia.
Palmyra merupakan kota sejarah yang menjadi persinggahan dalam rute perniagaan yang menghubungkan Persia, India, dan Tiongkok dengan Kekaisaran Romawi sehingga kuil-kuil dan pilar-pilarnya memiliki gaya srsitektur perpaduan antarperadaban kuno serta kombinasi yang memukau antara pengaruh klasik, Iran, dan Arab.
(Shabestan/Liputan-Islam/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email