Kementerian Luar Negeri Tunisia pada Jumat (12/6) mengatakan 10 staf di konsulatnya di Tripoli, Libya, diculik oleh kelompok milisi bersenjata.
Para penculik menyerang markas Konsulat Jenderal Tunisia di Tripoli dan menyandera 10 pegawai, kata kementerian tersebut.
Di dalam satu pernyataan resmi yang dikeluarkan pada Jumat, Kenterian Luar Negeri Tunisia mengatakan peristiwa tersebut adalah "pelanggaran pengecut terhadap kedaulatan Tunisia, konvensi internasional, dan tradisi diplomatik yang menjamin keamanan diplomat dan pegawai konsulat".
Pemerintah Tunisia menyatakan mereka sekarang melakukan koordinasi dengan pengambil keputusan dan para pejabat Libya guna memantau situasi secara seksama dalam upaya menjamin kembalinya semua sandera dengan selamat.
Tunisia juga memperingatkan warga negaranya yang tinggal dan bekerja di Libya --yang dirongrong konflik-- dan mendesak mereka agar meninggalkan negeri itu kalau-kalau ada ancaman terhadap keamanan mereka, demikian laporan Xinhua.
Pemerintah Libya belum mengeluarkan komentar mengenai krisis sandera itu, dan belum ada kelompok yang mengaku bertanggung-jawab atas serangan tersebut.
Libya, negara Afrika Utara yang kaya akan minyak, telah mengalami kevakuman keamanan sejak jatuhnya pemerintah Muammar Gaddafi pada 2011. Sejak itu, negara tersebut telah dikuasai oleh kelompok bersenjata yang bersaing dan terus bertempur untuk memperebutkan kekuasaan.
Ibu Kota Libya, Tripoli, jatuh ke tangan milisi Fajar Libya pada Agustus lalu. Milisi tersebut mendirikan pemerintah sendiri guna menghadapi pemerintah yang diakui oleh masyarakat internasional, yang saat ini berada di pengasingan di Kota Tobruk di bagian timur negeri itu. Libya kini menghadapi kebuntuan akibat pertikaian antara militer pro-sekuler dan milisi garis keras.
Tunisia adalah salah satu dari sedikit negara yang masih memiliki misi diplomatik di Tripoli. Namun hubungan antara kedua negara bertetangga tersebut telah menjadi agak tegang setelah Pemerintah Tunisia khawatir bahwa kerusuhan yang merebak dan aksi aksi yang bergolak dapat merembet ke negaranya.
(Antara-News/Shabestan)
Post a Comment
mohon gunakan email