Pesan Rahbar

Home » » Sikap Iran Pasca Kesepakatan Nuklir

Sikap Iran Pasca Kesepakatan Nuklir

Written By Unknown on Saturday 22 August 2015 | 22:56:00


Idul Fitri merupakan salah satu dari dua hari besar umat Islam yang sangat ditekankan dalam hadis-hadis Rasul Saw dan Ahlul Bait as.Kaum Muslim setelah berpuasa satu bulan penuh selama Ramadhan, menerima ganjaran amal ibadah mereka dari Allah Swt pada hari pertama bulan Syawal. Imam Ali Ridha as berkata, “Hari Fitr ditetapkan sebagai hari raya sehingga kaum Muslim bisa berkumpul, pada hari itu mereka berkumpul di tempat terbuka untuk Allah dan mereka memuji serta mengagungkan Allah atas segala nikmat yang diberikan.” Shalat Idul Fitri dan Idul Adha wajib hukumnya di masa kehadiran para imam maksum as dan di zaman sekarang masuk perkara sunnah.

Setiap tahunnya, Muslim dunia menampilkan fenomena yang indah berupa persatuan dan keimanan melalui ibadah shalat di hari raya. Salah satu perkumpulan jamaah terbesar untuk shalat Idul Fitri bisa ditemukan di Tehran dan shalat itu langsung dipimpin oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei.Ratusan ribu warga menempuh perjalanan jauh bersama anggota keluarga mereka untuk menghadiri perkumpulan akbar itu. Kegembiraan dan keceriaan maknawi yang diperoleh selama satu bulan penghambaan, terpancar jelas dari raut wajah mereka.

Perlu diketahui bahwa 37 tahun silam ketika Revolusi Islam Iran belum mencapai kemenangan, demonstrasi jutaan warga Tehran setelah shalat Idul Fitri merupakan titik puncak dalam perang bangsa Iran melawan rezim despotik Shah, yang pada akhirnya mengantar Revolusi Islam ke gerbang kemenangan.

Dalam khutbah Idul Fitri 1436 H, Ayatullah Khamenei menyampaikan ucapan selamat lebaran kepada kaum Muslim Iran dan dunia, dan menganggap bulan Ramadhan tahun ini sebagai momen yang penuh berkah bagi bangsa Iran. Rahbar menilai puasa di hari-hari yang panjang selama musim panas,program tadarus bersama dan majelis doa, serta pawai akbar Hari Quds Sedunia sebagai tanda-tanda dari rahmat Allah Swt untuk bangsa Iran.

Selama beberapa tahun ini, bulan Ramadhan jatuh bertepatan dengan musim panas. Menjalani puasa di musim panas, terutama di daerah-daerah dengan suhu tinggi merupakan sebuah tantangan berat serta menuntut tekad yang kuat dan semangat yang besar. Ada banyak hadis dan riwayat yang menyinggung tentang pahala dan keutamaan berpuasa di tengah suhu yang panas. Dalam satu hadis, RasulullahSaw bersabda, “Puasa di tengah cuaca panas adalah jihad.”

Ayatullah Khamenei dalam khutbahnya menyoroti pawai akbar Hari Quds Sedunia dan mengatakan, “Inilah bangsa Iran, tampil seperti itu dalam mihrab ibadah selama bulan Ramadhan, dan hadir seperti ini dalam medan perang melawan arogansi, mereka tampil menyodorkan diri mereka.” Berbicara tentang slogan-slogan “mampus Israel” dan “mampus Amerika” rakyat Iran pada Hari Quds Sedunia, Rahbar menegaskan, “Haluan gerakan besar bangsa Iran harus dipahami dari slogan-slogan itu, bukan dari lidah permusuhan pihak asing yang sayang sekali juga diulangi oleh sebagian pihak yang berpikiran distorsif di dalam negeri.”

Hari Jumat terakhir setiap bulan Ramadhan atas inisiatif Imam Khomeini ra ditetapkan sebagai Hari Quds Sedunia. Kaum Muslim dunia melakukan pawai akbar untuk membela bangsa tertindas Palestina dan mengutuk kejahatan rezim Zionis Israel pada hari besar itu.

Ayatullah Khamenei pada khutbah kedua shalat Idul Fitri, menyoroti sejumlah transformasi regional yang memilukan. Beliau mengatakan, “Sayang sekali tangan-tangan durjana dan keji, membuat bulan Ramadhan menjadi pahit dan sulit bagi banyak bangsa regional di Yaman, Bahrain, Palestina dan Suriah, di mana peristiwa-peristiwa itu penting bagi rakyat Iran.” Rezim Al Saud di bulan Ramadhan sekali pun tidak berhenti membunuh anak-anak dan perempuan Yaman. Saudi telah memberi warna dan aroma darah untuk hidangan sahur dan berbuka puasa rakyat Yaman.

Di bagian lain, Ayatullah Khamenei menjelaskan beberapa poin mengenai isu nuklir. Beliau berterima kasih kepada tim perunding nuklir Iran atas perjuangan dan kerja keras mereka. “Untuk ratifikasi teks kesepakatan yang telah disusun, harus dilalui jalur hukum yang sudah ditetapkan, tentunya teks tersebut baik diratifikasi atau tidak, pahala para perunding tetap terjaga di sisi Allah Swt,” ujar Rahbar. Menanggapi intimidasi yang ada dan penekanan musuh pada isu-isu pertahanan Iran, Ayatullah Khamenei menandaskan, “Berkat pertolongan Allah Swt, kapasitas-kapasitas defensif dan lingkup keamanan negara akan terjaga dan Republik Islam tidak akan pernah menyerah di hadapan tuntutan serakah musuh.”

Rahbar lebih lanjut mengatakan, “Baik teks kesepakatan nuklir disahkan atau tidak, bangsa Iran tidak akan menghentikan dukungannya terhadap rakyat tertindas Palestina, Yaman, Bahrain, serta rakyat dan pemerintah Suriah dan Irak, juga para pejuang tulus Lebanon dan Palestina.” Poin lain yang jadi sorotan Rahbar pada khutbah Idul Fitri, berkenaan dengan komitmen kebijakan Iran dalam melawan pemerintah arogan Amerika Serikat, terlepas dari hasil-hasi negosiasi nuklir.Tehran juga tidak punya agenda untuk berunding dengan Washington dalam isu-isu global.

Ayatullah Khamenei menekankan bahwa pada akhirnya sikap rakyat dan pemerintah Iran di hadapan AS tidak akan berubah. Menurutnya, “Kebijakan AS di kawasan berlawanan 180 derajat dengan kebijakan Republik Islam Iran.AS menyebut Hizbullah dan kelompok perlawanan Lebanon – kekuatan pertahanan rakyat yang paling setia berkorban di sebuah negara – sebagai teroris dan menganggap Iran sebagai pendukung teroris karena mendukung Hizbullah di Lebanon. Sebaliknya, AS mendukung rezim teroris Zionis yang membantai anak-anak, lalu bagaimana kami akan berinteraksi dan berunding dengan sebuah kebijakan seperti itu?”

Dalam ulasannya tentang isu nuklir, Rahbar merespon sesumbar beberapa pejabat Amerika dalam beberapa hari terakhir dan menyatakan, “Dalam rangka menyelesaikan masalah internalnya, para pejabat Washington terpaksa menebar sesumbar, akan tetapi ocehan mereka tidak benar adanya.” Menyinggung salah satu ocehan pejabat AS soal pencegahan produksi senjata nuklir di Iran, Ayatullah Khamenei menegaskan, “Berdasarkan prinsip-prinsip Islam, saya sudah mengeluarkan fatwa haram memproduksi, menyimpan, dan menggunakan senjata nuklir, namun para politisi AS meski telah mengakui pentingnya fatwa itu, mereka tetap saja berbohong dan mengklaim bahwa tekanan mereka telah mencegah produksi senjata nuklir di Iran.”

Dalam sebuah pesan untuk Konferensi Internasional Perlucutan Senjata pada April 2010 di Tehran, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa produksi dan penggunaansenjata nuklir dan senjata pemusnah massal adalah haram. Beliau mengatakan Republik Islam Iran memandang penggunaan senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir, sebagai dosa besar dan tidak terampuni.

Pada bagian akhir khutbahnya, Rahbar mengatakan, “Para pejabat AS sekarang ini berbicara tentang ketundukan Iran dan yang pasti lima presiden mereka sebelumnya juga memendam mimpi itu, namun mereka sudah mangkat atau hilang disapu lembaran sejarah dan Anda sekarang juga menyaksikan ketundukan Iran hanya dalam mimpi.” Menyinggung pengakuan Presiden Barack Obama soal beberapa kesalahan AS di masa lalu terhadap Iran termasuk Kudeta 28 Mordad dan dukungan terhadap Saddam Hossein, Ayatullah Khamenei menerangkan, “Itu hanya sekepal dari tumpukan besar dan terdapat kesalahan yang hingga kini AS tidak bersedia mengakuinya.”

Rahbar menekankan bahwa kekuatan Republik Islam Iran terus meningkat. Selama 12 tahun ini, enam kekuatan dunia berusaha mencegah Iran menindaklanjuti industri nuklirnya dan seperti yang disampaikan beberapa pihak, mereka ingin melepas seluruh mur dan baut nuklir Iran, namun sekarang mereka terpaksa menerima dan menolerir pengoperasian ribuan mesin sentrifugal serta kelanjutan riset dan pengembangan di Iran dan ini tidak memiliki makna lain kecuali kekuatan bangsa Iran.

Soal komentar Presiden Obama tentang kemampuan AS untuk menghancurkan kekuatan militer Iran, Ayatullah Khamenei meremehkan pernyataan tersebut dan menilainya omong kosong belaka.“Kami tidak akan menyambut dan tidak akan memulai perang apapun, akan tetapi jika perang terjadi, pihak yang akan keluar dari pertempuran dalam kondisi kalah adalah AS, yang agresor dan kriminal,” tegas Rahbar.

(IRIB Indonesia/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: