Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengemukakan tekad mereka untuk menyertakan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perlawanan terhadap kelompok milisi ISIS.
Dalam pertemuan dengan sejumlah lembaga kajian dan wartawan sebelum sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dimulai, Rouhani mengatakan bahwa pemerintahan Al-Assad tidak boleh dilemahkan apabila ISIS ingin dikalahkan.
“Jika pemerintah Suriah tidak diikutsertakan, teroris akan memasuki Damaskus dan seluruh negeri akan menjadi kawasan yang dikendalikan dan menjadi tempat aman bagi teroris,” kata Rouhani, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Menurut Rouhani, posisi Iran dan Rusia ‘hampir sama persis’ menyangkut pemerintahan Al-Assad dan kelompok ISIS.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak negara-negara di kawasan untuk bergabung ke dalam struktur koordinasi melawan ISIS.
“Kami telah mengusulkan kerja sama dengan negara-negara di kawasan. Kini kami tengah menciptakan semacam kerangka kerja sama,” ujar Putin, seraya menambahkan bahwa tentara Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al-Assad ialah militer yang sah.
Sehubungan dengan struktur koordinasi yang disebutkan Putin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memastikan bahwa Rusia, Suriah, Irak, dan Iran telah membentuk unit intelijen di Baghdad untuk berbagi informasi dan rencana untuk memerangi ISIS.
Dilengserkan
Sikap Iran dan Rusia tidak sejalan dengan posisi negara-negara Barat.
Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dan Presiden Perancis Francois Hollande berulang kali mendesak agar Al-Assad dilengserkan dari tampuk kekuasaan sebagai persyaratan kesepakatan damai.
“(Bashar al-) Assad tidak bisa menjadi bagian dari masa depan Suriah. Dia telah menjagal rakyatnya sendiri. Dia telah membantu menciptakan konflik dan krisis migrasi ini. Dialah pejabat yang merekrut anggota ISIS,” kata Cameron.
Di New York, para pemimpin negara berdatangan untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB di tengah krisis migran dan pengungsi asal Suriah.
Sejak konflik berlangsung di Suriah pada 2011, lebih dari 200.000 orang meninggal dunia. Kemudian sekitar empat juta warga Suriah telah melarikan diri ke berbagai negara, termasuk Turki, Libanon, Yordania, hingga Eropa
(Kompas/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email