Kiswah Ka’bah diganti pada Rabu pagi (23/9), bersamaan dengan hari kesembilan Dzulhijjah (hari Arafah) dan sesuai dengan tradisi tahunan.
Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari INA, Kiswah Ka’bah melalui sebuah acara diganti dengan Kiswah baru pada Rabu pagi, 9 Dzulhijjah, yang bersamaan dengan hari Arafah, sementara 86 pembuat dan seniman melepas Kiswah lama Ka’bah dan menggantikannya dengan Kiswah yang baru.
Demikian juga, sebuah tim dari para staf kepengurusan seluruh Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dan juga sekelompok para staf pabrik pembuatan Kiswah Ka’bah hadir dalam acara pergantian tersebut.
Biaya Kiswah baru Ka’bah yang terbuat dari sutera murni dan emas yang ditenun di pabrik Kiswah di Mekah mencapai 22 juta Rial Saudi, dengan menggunakan 700 kg sutra murni dan 120 kg perak dan emas. Pergantian Kiswah menggunakan eskalator khusus.
Ketinggian Kiswah ini mencapai 14 meter dan strip keliling lebarnya mencapai 95 Cm yang terdiri dari 16 potongan berbentuk segi empat. Di sekitar Kiswah ini disulami ayat-ayat Al-Quran dan dengan jarak-jarak tertentu disulami kalimat Ya Hayyu wa Ya Qayyum, Ya Rahman wa ya Rahim wa Alhamdulillah Rabbil Alamin.
Penutup Ka’bah juga dari sutra dengan ketinggian 5/6 meter dengan lebar 5/3 meter, yang bersulamkan ayat-ayat Ilahi dan hiasan-hiasan Islam, dengan emas dan perak.
Kiswah Ka’bah terdiri dari 5 potongan, dimana setiap bagiannya menutupi ujung Ka’bah dan potongan kelima juga menutupi Ka’bah, dimana saat dipasang, berat Kiswah ini kurang lebih mencapai 2 ton.
Kain sutra Kiswah ini setiap tahunnya dihadiahkan ke salah satu negara; Kiswah tahun sebelumnya juga dihadiahkan ke para pemimpin negara-negara Islam.
Penenunan Kiswah mengunakan tangan dan mesin, yang berlangsung sekitar 8 bulan.
Orang pertama yang menutupi Ka’bah adalah Taba’ Himyari, raja Yaman. Pada masa Abbasiah para abdi Ka’bah mengadukan penumpukan tirai Ka’bah dan mengkhawatirkan akan merusak Ka’bah. Mahdi Abbasi memerintahkan untuk mengambil Kiswah dan hanya meletakkan satu saja dan menggantinya setahun sekali dan tradisi ini terus belanjut sampai sekarang ini.
(IQNA/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email