Ilustrasi: Sukhoi dan F 16 (Foto: Dok: Wikimedia)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengatakan, negaranya tidak menerima pelanggaran wilayah udara yang dilakukan Rusia. Turki sudah tidak tahan melihat kelakuan negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut.
“NATO sudah mengeluarkan ultimatum,” kata Erdogan dalam jumpa pers di Brussels, Belgia, seperti diberitakan The Guardian, Rabu 7 Oktober 2015.
“Kami sudah tidak tahan. Sejumlah langkah yang tidak kami inginkan sudah dilakukan. Tapi kami merasa tidak cocok menerima mereka. Ini juga sudah menjadi prinsip dari NATO,” tambahnya.
Sejak pesawat tempur Rusia melanggar batas wilayah Turki, sejumlah pihak pun mengecam tindakan tersebut. Salah satunya, NATO yang terlibat perang kata-kata dengan Rusia.
Selasa 6 Oktober 2015, Perdana Menteri (PM) Turki Ahmet Davutoglu pun mengancam akan menembak jatuh pesawat tempur Rusia jika kembali melanggar perbatasan.
Ihwal kemarahan Ankara kepada Rusia bermula ketika radar pertahanan udara Turki mengidentifikasi adanya pesawat asing di wilayah udara mereka.
Ankara langsung mengirim dua jet tempur F 16 buatan Amerika ke titik yang dituju. Sesampainya di sana, pilot-pilot F 16 melihat enam jet tempur Sukhoi 30 Rusia (awalnya diberitakan media barat pesawat tersebut berjenis Mig 29).
Alih-alih menyingkir, jet-jet Rusia tersebut langsung mengambil posisi siaga tempur. Bahkan, seperti yang dilansir situs theaviationist, Sukhoi Rusia telah berhasil “mengunci” posisi dua F16 Turki selama beberapa saat.
Artinya, jika Sukhoi melepaskan rudal, kedua pesawat buatan Amerika tersebut tak mampu lagi melarikan diri.
Yang membuat Ankara berang, Rusia seakan menganggap insiden membahayakan ini seperti angin lalu. Kementerian Pertahanan Rusia justru menyebut kejadian ini sebagai kesalahan navigasi.
“Mustahil ini merupakan kesalahan teknis. Pesawat Sukhoi Rusia memiliki teknologi canggih. Kami percaya mereka mencoba mengintimidasi para penerbang kami,” ujar seorang petinggi Angkatan Udara Turki yang identitasnya dirahasiakan.
Tak ingin kejadian ini berulang, Turki berniat menempatkan baterai-baterai pertahanan udara, Patriot, buatan Amerika di perbatasan.
“Kami harus memastikan pelanggaran semacam ini tak terulang di masa depan,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
(Satu-Islam/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email