Oleh: Muhammad Thabari, dalam pembukaan bukunya yang berjudul “Jawaban Pemuda Syiah atas Pertanyaan-Pertanyaan Wahabi”
Kemenangan Revolusi Islami Iran pada tahun 1979 menarik perhatian masyarakat dunia dan menunjukkan kepada mereka bagaimana Iran yang dengan tangan kosong dapat memenangkan revolusi berdarah. Dengan menangnya revolusi itu, Al-Qur’an dan sunah Rasul serta Ahlul Baitnya berhasil dijadikan pondasi utama undang-undang negeri ini.
Revolusi agung Iran mendorong para cendikiawan dunia untuk semakin mengenal Iran lebih jauh, khususnya tentang mazhab Syiah; mereka semakin ingin menyentuh fakta yang ada dengan jiwa dan raga mereka. Mazhab Syiah adalah mazhab pecinta Ahlul Bait yang sering disebutkan dalam Al-Qur’an, begitu pula pujian-pujian serta hak-haknya yang istimewa.
Fenomena ini begitu menakutkan bagi Barat dan musuh utama Islam, yaitu Israel. Mereka khawatir Iran dapat memberi pengaruh bagi negara-ngera lain yang mana hal itu pasti membahayakan kepentingan mereka. Oleh karena itu mereka berusaha menciptakan “kelompok-kelompok minoritas agama” yang sebelumnya sama sekali tidak ada, dengan tujuan terciptanya perpecahan dan ikhtilaf di antara umat Islam. Sehingga dengan demikian mazhab Ahlul Bait menemukan kendala dalam menyebarkan pemikirannya.
Di antara kelompok-kelompok minoritas yang ada, adalah kelompok Wahabi. Kelompok ini lebih menonjol ketimbang yang lainnya karena selalu difasilitasi secara luar biasa baik dari segi finansial maupun dukungan lainnya. Yang jelas, tak lama setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, dengan gencar Wahabi menulis buku, menyiarkan program-program televisi, radio, dan lain sebagainya, yang berisikan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap mazhab Syiah; dengan tujuan menciptakan citra bahwa Syiah tidak rasional dan perlu dijauhi oleh kita semua.
Dalam sejarah mazhab-mazhab tidak ada yang melebihi Wahabi dalam hal dukungan finansial yang mereka dapat. Hanya sebuah buku yang berjudul Asy -Syiah va At-Tashih (buku yang mengkritik Syiah) ini saja dicetak sebanyak delapan juta eksemplar di kota Khartoum, ibukota Sudan, dan dua juta eksemplar di kota-kota lain negeri itu lantaran banyak penduduk Sudan yang tertarik dengan mazhab Ahlul Bait.
Banyak yang mengamati fenomena ini dan sampai ada yang menyatakan bahwa ada sekitar 40.000 website yang menyerukan pertentangannya terhadap Syiah. Ada kurang lebih 10.000 judul buku yang ditulis untuk mencela mazhab ini. Namun, anehnya usaha mereka semakin membuat banyak orang bertanya-tanya penasaran, memangnya ada apa dengan mazhab itu? Akhirnya mereka malah mencari tahu dan berusaha menyaksikan dengan mata kepala sendiri seperti apakah Syiah yang dipojokkan itu?
Banyak sekali para pencari kebenaran yang berdatangan ke Iran dan berhubungan langsung dengan para ulama setempat. Lalu mereka menyadari bahwa segala yang pernah ia dengar sebelumnya hanyalah omong kosong. Akhirnya mereka justru memeluk mazab ini. Sebagaimana firman Allah Swt yang berbunyi:
“…dan mereka memeluk agama Allah secara berkelompok-berkelompok.”Dengan demikian tanpa ada upaya serta langkah apapun dari pihak ulama Syiah, dengan sendirinya banyak sekali dan bahkan terus bertambah orang yang berminat untuk mempelajari mazhab ini; sebagaimana halnya yang kita saksikan di Mesir, Jordania, dan tanah Arab lainnya. Tak hanya di Arab saja! Bahkan Amerika dan Eropa juga mulai mengikuti arus yang ada.
Sungguh menajubkan sekali, sejarah telah terulang. Vatikan juga pernah melakukan usaha yang sama demi merusak citra Islam sehingga muncul Islamophobia. Namun ternyata hasil yang didapat terbalik, justru gencar gerakan pro Islam kita saksikan akhir-akhir ini di Amerika dan Eropa. Dengan izin Allah, Eropa yang kini mayoritas beragama Kristen kelak akan memeluk Islam, Insya Allah.
Wahabi, yang lebih tepatnya Wahabiah adalah aliran yang muncul pada abad ke 8 yang disebarkan dan dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Tujuannya adalah menciptakan perpecahan antar umat Islam. Mereka mengkafirkan semua orang selain penganut alirannya sendiri.
Wahabiah dicetuskan oleh Ibnu Taimiyah Harani pada abad ke 8. Ia bertentangan dengan sunah Rasulullah saw.; misalnya sama sekali tidak mau menikah. Karena pemikiran-pemikirannya yang menyeleweng, sesuai keputusan ulama setempat waktu itu ia sampai dipenjara sebanyak empat kali. Ibnu Taimiyah mendapat banyak kritikan pedas dari ulama Ahlu Sunah dan juga dicap kafir. Sebagian ulama Ahlu Sunah yang telah mengkafirkannya seperti:
1. Taqiuddin As-Sabki, salah seorang pembesar mazhab Syafi’iyah.[1]
2. Muhammad bin Ahmad bin Utsman Ad-Dzahabi, ahli sejarah dan ilmu Rijal yang diakui di kalangan Ahlu Sunah, yang mana ia dulu juga murid Ibnu Taimiyah. Ia mengkritik Ibnu Taimiyah dalam tulisannya yang berjudul Bayanu Zughlil Ilm wal Thalab.[2]
3. Ibnu Hajar Haitami, orang yang mengakui bahwa Ibnu Taimiah adalah hamba yang telah dihinakan Tuhan yang menjadi tuli dan dibutakan oleh-Nya.
4. Qadhi Tajuddin As-Sabki, yang menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah adalah orang yang membahayakan ulama. Ia pernah menulis dalam salah satu bukunya: “Ia telah menggiring murid-muridnya ke jurang neraka.”[3]
5. Allamah Taqiuddin Al-Hishni, menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyah adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan penyakit. Ia orang yang sesat dan suka mengumbar fitnah.
6. Ibnu Hajar Al-Asqalani, penulis syarah Sahih Bukhari dan dikenal dengan sebutan Amir Al-Hadits. Ia begitu membenci Ibnu Taimiyah karena dikenal sebagai orang yang suka mencela dan tidak menerima hadits-hadits sahih. Ibnu Hajar menulis: “Ia selalu menolak hadits-hadits sahih dan sering mencela orang-orang (seperti Allamah Al-Hilli yang sezaman dengannya yang mana beliau disebut Ibnu Taimiyah dengan sebutan Ibnu Mutanajjis atau “anak orang yang najis”). Ia sangat berlebihan dalam hal itu sampai-sampai ia sempat pernah mencela Ali bin Abi Thalib.[4]
7. Alusi, penulis tafsir yang terkenal juga termasuk orang-orang yang telah mengkafirkannya. Ia juga sependapat dengan Ibnu Hajar dengan berkata, “Ia memang terkenal dengan caciannya dan perkataan kotornya.”[5]
8. Sayid Hasan As Saqaf, termasuk orang yang sezaman dengan kita, begitu juga Zahid AL-Kautsari serta sekelompok ulama lain berkata bahwa ia orang yang mengikuti Muawiyah dan selalu menyerang serta memojokkan Imam Ali as juga mencari aib-aibnya, orang seperti itu disebut oleh penganut Wahabi sebagai Syaikh Al-Islam dan pemikiran-pemikirannya dianggap sebagai wahyu yang turun dari langit.
Pemikiran Ibnu Taimiyah sempat redup pada suatu dekade dalam sejarah, namun tak lama kemudian dihidupkan kembali dan disebarluaskan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Tujuan pencetus dan penyebar aliran ini hanyalah terciptanya perpecahan di antara umat Islam dan mengkafirkan kelompok-kelompok selain kelompoknya sendiri.
Referensi:
[1] Pengantar buku Al-Radd Al-Mudhi’ah Ala Ibn Taimiyah.
[1] Pengantar buku Al-Radd Al-Mudhi’ah Ala Ibn Taimiyah.
[2] Sebagian orang mengingkari bahwa tulisan tersebut milik Dzahabi. Namun orang-orang seperti Hafidz Sahawi dalam kitabnya Al-I’lan bit Taubikh hlm. 77 menulis bahwa itu milik Dzzahabi.
[3] Thabaqat Asy Syafi’iyah, jld. 4, hlm. 76, nomor 759.
[4] Lisan Al-Mizan, jld. 6, hlm. 319.
[5] Ruh Al-Ma’ani, jld. 1, hlm. 18-19.
(Hauzah-Maya/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email