Dalam ritual duka Asyura tahun ini, banyak masalah politik dan berbau kekubu-kubuan dilontarkan oleh para khatib dan orator di mimbar-mimbar Husaini dan Muharam.
Para ulama pun angkat bicara guna membendung aksi dan gerakan yang tidak menguntungkan dan mengurangi nilai semangat Husaini ini.
Ayatullah Sayyid Baqir Ayat Mirdamadi, wakil Ayatullah Nuri Hamadani, menegaskan, mereka yang ingin membersihkan kubu politik milik mereka dengan memanfaatkan sejarah Asyura dan revolusi Imam Husai as telah melakukan sebuah kesalahan besar. Sangat disayangkan seorang orator ingin menjustifikasi jabat tangan yang telah dilakukan oleh salah satu petinggi Iran dengan mengklaim bahwa Imam Husain as pernah berjabat tangan dengan Umar bin Saʻd. Saya tidak ingin mengulas apakah tindakan petinggi negara ini benar atau salah. Saya ingin menekankan bahwa mimbar yang berfungsi sebagai tempat tabligh ini jangan sampai diturunkan derajat hanya lantaran pertikaian kubu dan politik.
Ayatullah Sayyid Abdul-Jawad Alamulhuda, guru besar kuliah ijtihad di Hauzah Ilmiah Qom, menilai, tidaklah benar sebagian masalah dilontarkan di atas mimbar hanya dengan tujuan untuk membela atau mengkritik sebuah isu politik dan berbau kekubuan.
Di lain pihak, Ayatullah Jawad Gharawi, guru kuliah ijtihad di Hauzah Ilmiah Qom, juga menandaskan, mimbar bukanlah tempat untuk melakukan balas dendam politik. Mimbar Rasulullah saw adalah tempat untuk tabligh agama. Untuk itu, para orator tidak layak mengutarakan isu-isu politik di atas mimbar ini. Tindakan semacam ini membuktikan kelemahan takwa.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email