Pesan Rahbar

Home » » Inilah Isi Ceramah Syeikh Nimr yang Membuatnya Dihukum Mati

Inilah Isi Ceramah Syeikh Nimr yang Membuatnya Dihukum Mati

Written By Unknown on Friday 8 January 2016 | 19:57:00

Almarhum Syeikh Nimr

Selama seratus tahun terakhir, kelompok kami menjadi sasaran tekanan, kezaliman, teror, dan intimidasi. Mulai dari detik kami lahir ke dunia, kami sudah diliputi rasa takut, intimidasi, penganiayaan, dan perlakuan kejam. Ya, ketakutan, meskipun saat kami berada di balik dinding-dinding rumah kami.

Sebagai penduduk yang sah di negara ini, kami semua sudah tidak asing dengan intimidasi dan kezaliman.
Saya sudah berusia 55 tahun, lebih dari setengah abad. Sejak hari saya dilahirkan hingga hari ini, saya tidak pernah merasa aman di negeri ini, selalu dituduh dan dipersalahkan dalam segala hal, di setiap waktu dan di setiap tempat. Saya selalu berada di bawah ancaman.

Ketua Keamanan Negara di Provinsi Timur mengakui sendiri di hadapan saya tentang adanya ancaman ini. Dia mengatakan kepada saya ketika saya ditangkap: “Kalian orang-orang Syiah pantas dibunuh semuanya.” Itulah logika mereka. Secara diam-diam, mereka masih merencanakan sebuah pembunuhan secara besar-besaran.

Selamat datang, kami ada di sini. Darah kami murah harganya untuk menebus nilai-nilai yang kami yakini. Kami tidak takut pada kematian. Kami justru merindukan kesyahidan.

Beberapa bulan yang lalu, api kehormatan telah terpantik dalam jiwa-jiwa para pemuda. Obor kebebasan telah menyala. Masyarakat tumpah ruah di jalan-jalan, menuntut reformasi, kehormatan, dan kebebasan. Ada orang-orang yang ditahan dalam penjara tanpa pengadilan selama lebih dari 16 tahun. Selain itu, Angkatan Bersenjata Negara Teluk dan pasukan Saudi menginvasi Bahrain. Lalu terjadilah penangkapan demi penangkapan.

Jadi siapa yang mengobarkan perselisihan dan kerusuhan?

Perselisihan dan kerusuhan di Awwamiyyah dikobarkan oleh rezim pemerintah, bukan rakyat. Kami akan terus melindungi para tahanan, baik yang lama maupun yang baru. Kami akan berdiri bersama mereka. Maksud kami bukan menjadi tahanan yang kemudian bergabung bersama mereka.

Kami pun tidak berpikir untuk menumpahkan darah demi mereka. Kami akan terus menyampaikan solidaritas yang lebih kuat terhadap rakyat Bahrain. Mereka adalah sanak keluarga kami di Bahrain. Sekalipun tentara Saudi dan Angkatan Bersenjata negara Teluk tidak mengintervensi Bahrain, tetap saja kami merasa wajib untuk berdiri bersama rakyat Bahrain, keluarga kami. Apalagi tentara Saudi ternyata ikut ambil bagian dalam penindasan, pembunuhan, penistaan kehormatan para wanita, dan merampas harta mereka.

(Rezim Saudi mengatakan) bahwa kami bergerak “karena dukungan sebuah negara asing.” Mereka menggunakan dalih yang keliru. “Negara asing” itu, maksud mereka adalah Iran, tentunya. Kami tidak bisa menyimpulkan bahwa yang dimaksud “negara asing” itu adalah Turki, atau salah satu negara Eropa, ataupun Amerika Serikat. Mereka jelas bermaksud menunjuk Iran.

Pada Desember 1978, terjadi perlawanan rakyat untuk mempertahankan kemormatan penduduk Awwamiyyah, di mana polisi yang mengamuk menyerang kota. Ini terjadi pada 10 Desember 1978, sebelum Shah Iran ditumbangkan, bahkan sebelum Republik Islam Iran berdiri.

Ini tahun 1978, 4 bulan sebelum kejatuhan Shah. Sekelompok orang berkumpul dan merencanakan untuk mengadakan ritual agama, yaitu takziyah Imam Husein. Pertemuan itu sama sekali tidak berkaitan dengan urusan politik dan masalah keamanan. Tetapi pihak keamanan tiba-tiba datang dan menangkapi mereka, sehingga terjadilah konfrontasi. Rakyat mempertahankan diri mereka, juga keyakinan dan kehormatan mereka.

Pada malam itu, aparat keamanan menangkap 100 orang. Ini terjadi pada Desember 1978, sebelum Shah Iran jatuh. Jadi bagaimana bisa mereka bicara tentang pengaruh negara asing?

Kalian mestinya malu terhadap diri kalian sendiri. Iran sedang mengembangkan kemampuan militernya. Jika kalian merasa mampu, kembangkan kemampuan kalian sendiri, daripada berkoar-koar tentang keterlibatan negara asing. Iran sedang melakukan kerja nyata. Mereka memiliki industri militer dan membuat kemajuan.

Daripada berbicara tentang “dukungan negara asing”, silakan bertindak dan putuskan hubungan kalian dengan Iran. Kalian terus bicara tentang “sebuah negara asing”. Saya menantang kalian untuk menyebutkan negara manakah itu.

Beranikah kalian menyebut namanya?

Akhirnya, (Saudi mengeluarkan pernyataan): “Kami akan menggunakan pukulan tangan besi.” Silakan lakukan, gunakan pukulan tangan besi kalian untuk melawan “negara asing” itu. Kenapa kalian gunakan itu terhadap kami, terhadap 40 atau 50 rakyat yang malang?

Jika “negara asing” yang kalian maksudkan itu memang benar-benar ada, pukullah kepada ular itu. Jika yang kalian maksud adalah Iran, majulah kalian dan serang mereka, atau negara mana pun yang kalian maksud itu. Tunjukkan “pukulan tangan besi” kalian.

Kami tidak punya hubungan dengan Iran atau negara lain mana pun. Kami terhubung dengan prinsip-prinsip keyakinan kami sendiri, dan kami akan mempertahankan keyakinan itu, meskipun media kalian terus memutarbalikkan fakta.

Sekarang Angkatan Bersenjata Negara teluk dan tentara Saudi terperosok ke dalam “rawa” di Bahrain. Sulit bagi mereka untuk membebaskan diri dari situ. Mereka terjerat di sana. Mereka tidak menyelesaikan tujuannya dan mereka tidak bisa pergi. Mereka terjerat, dan mereka akan mendapati diri mereka terpaku di sebuah “rawa” yang kotor.

Jika mereka datang ke sini, mereka pun akan mendapati diri mereka dalam kubangan “rawa” yang lebih buruk, karena kami di Saudi Arabia beertindak bukan dengan kekerasan. Dengan ketetapan hati kami, keimanan kami, dan dengan ketabahan kami, kekuatan kalian akan hancur.

Kami memiliki ketetapan hati untuk bersabar terhadap kezaliman kalian, dan kami tidak akan menyerah. Yang bisa kalian lakukan paling banter membunuh kami, dan kami menyambut kesyahidan di jalan Allah.

Kehidupan tidak akan berakhir ketika seseorang mati. Kehidupan yang sebenarnya justru dimulai ketika seseorang mati. Salah satu pilihannya, kami hidup di negeri ini sebagai manusia yang bebas, atau mati dan dikuburkan di tanah ini sebagai orang yang didekatkan kepada Allah. Kami tak punya pilihan lain.

Kami pasrah terhadap kekuasaan Allah, Rasul-Nya, keluarga Rasul, dan cukuplah itu bagi kami. Kami tidak tunduk pada kekuasaan pemerintah. Selamanya tidak akan pernah. Tidak ada penguasa, siapa pun mereka, yang memiliki otoritas atas kami. Kekuatan (politik) tidak memberikan wewenang yang sah untuk memerintah.

Kepemimpinan yang sah itu datangnya dari Allah. Kepemimpinan itu diberikan oleh Allah, dan Dia tidak akan memberikannya kepada orang yang zalim (laa yanaalu ‘ahdi-zh-zholimin). (QS. 2: 124)

Kami tidak setia kepada negara atau pemerintahan lain, tidak juga kami setia kepada negeri ini. Negeri apa ini? Sebuah rezim yang menindas kami? Rezim yang telah merampok harta kami, yang telah menumpahkan darah kami dan menistakan kehormatan kami.

Apa yang dimaksud sebuah negara? Rezim? Klan penguasa? Tanah? Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan sebuah negara. Kesetiaan itu hanya untuk Allah!

Kami telah menyatakan, dan kami mengulangi pernyataan itu, bahwa kesetiaan kami adalah kepada Allah, bukan kepada klan al-Sa’ud. Kesetiaan kami kepada Allah, bukan kepada negeri ini. Kesetiaan kami kepada Allah, tidak kepada negara asing. Kesetiaan kami adalah kepada Allah dan kepada orang yang diberi wewenang oleh Allah.

Jika mereka mempunyai kemampuan, mereka harusnya menggunakan “kepalan tangan besi”-nya kepada negara yang telah “menyesatkan” masyarakat – begitulah tuduhan mereka.

Kenapa kalian menyerang rakyat yang lemah? Berangkatlah kalian, hancurkan kepala ular itu. Biarkan kami melihat kalian.

Media kalian semakin nyaring berkata: “Kami akan menghancurkan Iran.” Silakan! Hancurkan Iran, supaya tidak ada lagi yang “menyesatkan” kami.

Selamatkan kami dari mereka. Pukullah mereka dengan kepalan tangan besi kalian. Kenapa pukulan tangan besi itu diarahkan kepada kami dan rakyat Bahrain.

Alih bahasa: Abdillah Husein

(Berita-Protes/Satu-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: