Wakil kepala misi Saudi di Teheran, Es’hagh al-Arini
Kementerian Luar Negeri Iran telah memanggil wakil kepala misi Saudi di Teheran untuk memprotes eksekusi Saudi terhadap ulama Syiah terkemuka Ayatullah Nimr al-Nimr.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian, Sabtu (2/1/16) menyampaikan protes Republik Islam kepada Es’hagh al-Arini terkait eksekusi mati Nimr.
Amir-Abdollahian mengatakan Arab Saudi sebagai pendukung utama di balik penyebaran terorisme di wilayah tersebut, menambahkan bahwa rezim Saudi tidak dapat menghapus kebijakan yang salah tersebut, yang telah memicu ketidakamanan di kawasan, dengan bermain permainan menyalahkan dan pengeksekusian Sheikh Nimr.
Dia mengatakan Arab Saudi telah melakukan “kesalahan strategis” dengan melanggar hak-hak Muslim Syiah dan minoritas, mencatat bahwa Sheikh Nimr adalah seorang ulama terkemuka di dunia Muslim.
Diplomat Iran itu mengatakan disamping Arab Saudi belum memenuhi tanggung jawabnya dalam insiden Mina September lalu yang menewaskan ribuan peziarah, juga tidak mengganggu Muslim serta memicu konflik baru di wilayah tersebut dengan melakukan eksekusi terhadap ulama senior yang di hormati.
Ditanya sebelum memasuki gedung kementerian luar negeri Iran, mungkinkah eksekusi Nimr ini akan memicu perpecahan di dunia Islam, Arini tidak memberikan jawaban dan berkata, “Aku akan menjawab nanti.”
Ia juga mengklaim bahwa eksekusi “sesuai dengan agama dan hukum yang berlaku.”
Pada hari Sabtu, Kementerian Dalam Negeri Saudi mengumumkan bahwa Sheikh Nimr bersama dengan 46 orang lainnya, dieksekusi karena terlibat dalam “terorisme” dan mengadaposi ideologi “Takfiri”.
Sementara itu, dalam sebuah jelas tit-for-tat bergerak, Arab Saudi juga memanggil duta besar Iran di Riyadh atas apa klaim Riyadh komentar “bermusuhan” oleh para pejabat Iran pada atas eksekusi Sheikh Nimr, kantor berita Saudi pemerintah melaporkan.
Badai masalah bagi Arab Saudi
Ketua Parlemen (Majlis) Iran Ali Larijani mengatakan bahwa eksekusi Sheikh Nimr akan menciptakan badai masalah bagi rezim Saudi.
Tidak mungkin Arab Saudi akan dapat dengan mudah keluar dari badai tersebut, tambahnya.
“Tindakan seperti itu akan menambah ketidakstabilan keamanan di kawasan,” tegas ketua parlemen Iran.
Dia mengatakan keputusan Arab Saudi selama dua tahun terakhir telah menciptakan masalah bagi negara-negara regional, termasuk Irak, Yaman dan Suriah, dan menyatakan penyesalan atas kebijakan Riyadh di wilayah tersebut.
Larijani menekankan bahwa negara-negara Barat dan AS harus mengambil tindakan terkait eksekusi Arab Saudi terhadap Sheikh Nimr, yang katanya sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hak asasi manusia.”
Dia memperingatkan bahwa meningkatnya ketidakamanan di kawasan itu akan mempengaruhi semua negara-negara regional.
Menurunkan hubungan Iran dengan Arab Saudi
Setelah eksekusi Arab Saudi terhadap Sheikh Nimr Sabtu, Ketua Majlis Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Alaeddin Boroujerdi, meminta Teheran untuk menurunkan hubungan dengan Riyadh.
Dalam sebuah suratnya kepada Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, Boroujerdi mengatakan jumlah diplomat Saudi di Teheran, dan kota Masyhad harus dikurangi ke “tingkat minimum.”
Pada hari Sabtu, Kementerian Dalam Negeri Saudi mengumumkan bahwa Sheikh Nimr bersama dengan 46 orang lainnya, dieksekusi karena terlibat dalam “terorisme” dan mengadopsi ideologi “Takfiri”.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaberi Ansari juga mengutuk keras eksekusi Arab Saudi terhadap ulama tersebut, mengecamnya sebagai sangat tidak bertanggung jawab.
Sheikh Nimr, seorang kritikus rezim Riyadh, ditangkap pada tahun 2012 di wilayah Qatif yang didominasi muslim Syiah, yang merupakan tempat demonstrasi damai anti-rezim pada saat itu.
Nimr didakwa dengan menghasut kerusuhan dan mengganggu keamanan kerajaan, menyampaikan pidato anti-pemerintah dan membela tahanan politik. Namun Nimr menolak semua tuduhan tersebut sebagai tak berdasar.
Pada tahun 2014, pengadilan Saudi menjatuhkan hukuman mati kepada Sheikh Nimr, yang memicu kecaman global yang luas. Vonis tersebut dikeluarkan Maret lalu oleh pengadilan banding dari Arab Saudi. []
(Mahdi-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email