Pesan Rahbar

Home » , » Halim Perdana Kusuma, Pejuang dan Pendiri Angkatan Udara RI

Halim Perdana Kusuma, Pejuang dan Pendiri Angkatan Udara RI

Written By Unknown on Thursday 10 March 2016 | 18:17:00

Foto: pahlawancenter.com

Halim Perdana Kusuma merupakan anak seorang Patih di Sampang, Madura, Jawa Timur, dari pasangan Haji Raden Mohammad Bahauddin Wongsotaruno dan Raden Ayu Ayisah. Ia lahir di Sampang, 18 November 1922 dan mengenyam pendidikan di Holands Inlandshe School (HIS) sederajat Sekolah Dasar di Sampang pada tahun 1928, serta melanjutkan ke Middebar Uitgebreid Langer Onderwijs tahun tahun 1935, dan selanjutnya ke sekolah Pamong Praja di kota Magelang.

Setamat pendidikan di kota Magelang, ia diangkat menjadi calon Mantri di kantor Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dan pada saat itu dunia dalam ambang peperangan. Ia pun memulai kariernya di dunia kemiliteran setelah diperintah Bupati Probolinggo untuk mengikuti pendidikan Perwira Angkatan Laut Belanda di Surabaya.

Sebagai seorang Perwira Angkatan Laut di Kapal Terpedo bersama tentara Belanda, ia pun bertugas untuk melawan Sekutu. Pada pertempuran tersebut kapal Terpedo di mana Halim Perdana Kusuma bertugas terkena Bom pihak musuh. Namun para awaknya dapat diselamatkan oleh kapal perang Inggris yang selanjutnya dari Cilacap dibawa ke Australia, lalu ke India. Selama di India Halim Perdana Kusuma mengadakan hubungan dengan Pangkalan Armada, dari hubungan tersebut ia mengajukan permohonan untuk pindah ke Angkatan Udara. Alhasil, ia dikirim ke Gibraltar dan London yang pada akhirnya Halim Perdana Kusuma mengikuti pendidikan Royal Canadian Air Force (Angkatan Udara Kerajaan Kanada) jurusan Navigasi.

Di sana, ia menjadi awak pesawat Pembom Jerman dan beberapa kali mengalami peristiwa yang sangat mendebarkan, dari berbagai pengalaman tersebut menjadikan dirinya matang dalam dunia penerbangan. Selain itu ia juga pernah menjadi anggota Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Royal Air Force) bertugas di Skadron tempur yang memiliki pesawat Lancester dan Liberatur. Selama Ia bertugas di Skadron tersebut sudah 42 kali ikut dalam serangan udara terhadap wilayah Jerman dan Prancis, namun yang anehnya adalah setiap kali ia ikut dalam serangan seluruh pesawat dapat kembali dengan selamat, dari peristiwa itulah ia dijuluki “The Black Mascot” yang artinya si Jimat Hitam.

Dari pengalaman-pengalaman selama 3 tahun itulah ia memiliki banyak pengetahuan yang dimilikinya seperti teknik penerbangan, taktik perang udara dan penguasaan navigasi. Sebagai seorang anak bangsa Indonesia yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, seluruh pengetahuan dan pengalaman tersebut ia sumbangkan ke Angkatan Udara Republik Indonesia sebagai bentuk darma baktinya terhadap bumi pertiwi yang ketika itu masih dalam gemgaman kolonial penjajah Belanda.

Dalam setiap perundingan antara perwira Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) Halim Perdana Kusuma selalu mendampingi Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Republik Indonesia, bahkan Ia selalu diminta oleh Panglima Angkatan Perang Indonesia Jenderal Sudirman untuk menjelaskan perkembangan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Setelah Ia diangkat menjadi Perwira Operasi dengan Pangkat Komodor Udara, Halim Perdana Kusuma mulai mempersiapkan AURI nya untuk mengadakan penyerangan terhadap kota-kota yang diduduki Belanda sebagai aksi balasan terhadap kecurangan Belanda terhadap Republik Indonesia. Adapun sasarannya adalah daerah Ambarawa, Salatiga, Semarang, dan beberapa kota lainnya. Bom-bom yang dijatuhkan hanya diikat pada bagian bawah kedua sayap pesawat.

Ia bersama rekan-rekannya seperti Agustinus Adisucipto, Abdurrachman Saleh dan Iswahyudi serta yang lainnya berusaha memperbaiki pesawat-pesawat tua bekas tentara Jepang yang kebanyakan telah rusak dan seharusnya telah masuk museum, namun berkat keuletan dan ketekunan serta adanya pengalaman akhirnya pesawat-pesawat tersebut dapat dipergunakan kembali dan selanjutnya untuk menyerang musuh.

Sebagai perwira senior bidang operasionil yang juga berpengalaman dalam perang dunia II, ia telah beberapa kali dapat menerobos ke pertahanan musuh dan berhasil membawa senjata, obat-obatan serta amunisi. Disamping bertugas sebagai penerbang tempur, Halim Perdana Kusuma ditugasi untuk mengantarkan para pejabat tinggi negara ke berbagai daerah di tanah air dan juga ke luar negeri.

Setelah Indonesia Merdeka, pada tanggal 14 Desember 1947, ia bertugas mengambil obat-obatan dengan pesawat Avro Anson RI – 003 dari Muangthai singgah di Singapore, namun nahas kabut dan angin kencang memaksa melakukan pendaratan darurat, tetapi usaha itu gagal akibatnya pesawat yang dikemudikan oleh penerbang Iswahyudi tersebut menghantam pohon dan badan pesawat hancur berkeping-keping sedangkan Iswahyudi dan Halim Perdana Kusuma dinyatakan tewas. Peristiwa tragis ini terjadi di Labuhan Bilik besar antara Tanjung Hantu dan Teluk Senangain di pantai Lumut. Berkat jasa dan pengabdiannya terhadap negeri ini, namanya disematkan di Bandara Halim Perdana Kusuma dan menerima gelar Pahlawan Nasional tanggal 23 Agustus 1975.

Selanjutnya, ia juga mendapat Bintang Maha Putera tingkat IV atas jasa-jasanya terhadap TNI Angkatan Udara yang telah ikut mendirikan dan membina AURI, peristiwa tersebut dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 1961. Untuk mengenang jasa beliau, Halim Perdana Kusumah diberikan pangkat Anumerta dari Komodor Udara menjadi Laksamana Muda TNI AU.

(Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: