Pesan Rahbar

Home » , » Radjiman Wedyodiningrat, Dokter Ahli Bedah Lulusan Jerman dan Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Radjiman Wedyodiningrat, Dokter Ahli Bedah Lulusan Jerman dan Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Written By Unknown on Thursday 10 March 2016 | 18:45:00

Foto: nasional.kompas.com

Nama dokter Radjiman Wedyodiningrat seolah terselip dalam tumpukan lembar-lembar sejarah Indonesia. Mungkin generasi muda saat ini pun banyak yang tidak tau tentang peran dan kiprah pria yang dimakamkan di daerah Sleman tersebut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ia tidak lahir dari keluarga priyayi, perjalanan hidupnya ia tempuh dengan jalan yang berliku. Riwayat pendidikannya dimulai ketika Radjiman kecil hanya turut mendengar pelajaran sekolah dari bawah jendela di luar kelas, saat itu dia dipekerjakan untuk tugas antar-jemput putra Dokter Wahidin Soedirohoesodo.

Radjiman Wedyodiningrat lahir di Yogyakarta pada 21 April 1879. Orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. Karena merasa prihatin, Dr Wahidin Soedirohoesodo menolong remaja berbakat dan penuh cita-cita ini.

Pada tahun 1898, Radjiman lulus dari Sekolah Dokter Bumiputera (Stovia) sebagai dokter jiwa. Setelah beberapa tahun mengabdikan hidupnya di Banyumas, Purworejo, Semarang, dan Madiun, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dan menjadi asisten di Stovia sampai lulus sebagai Indisch Arts.

Pilihan untuk mempelajari ilmu kedokteran yang dilandasi keprihatinannya ketika masyarakat Ngawi saat itu dilanda penyakit pes, begitu pula ia secara khusus belajar ilmu kandungan karena terdorong oleh fenomena banyaknya jumlah ibu melahirkan yang meninggal.

Selepas dari Stovia, dia kemudian bekerja di Sragen, menjadi asisten dokter istana Kasunanan Surakarta, dan dokter rumah sakit jiwa di Lawang Jawa Timur, hingga saat ini namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit tersebut: Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat.

Harry Poeze dalam bukunya “Orang Indonesia di Negeri Penjajah 1600-1950”, mengisahkan bahwa Radjiman tiba di Negeri Belanda pada bulan Oktober 1909 untuk melanjutkan pendidikan sebagai dokter dan untuk mengkhitan putra-putra Susuhunan di Kasunanan Solo.

Radjiman menjadi orang Indonesia kedua, setelah WK Tehupeiory, yang berceramah di Indisch Genootschap (Indies Institute) pada Februari 1911. Dalam ceramahnya, dia memberikan jawaban atas pertanyaan “apakah orang Jawa dapat menerima pencerahan lebih lanjut.” Pidato Radjiman, yang dilengkapi cuplikan dari buku-buku psikologi, diterima dengan penuh pujian.

Selain di Belanda, Radjiman memperdalam keahliannya di Berlin dan Paris. Lulus menjadi dokter ahli bedah, ahli ilmu bersalin, dan ahli penyakit kandungan.


Selalu Mengabdi Untuk Negeri

Dokter Radjiman terlibat akif dalam kancah perjuangan berbangsa, dimulai dari kiprahnya di Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Boedi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dokter Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

Puncak peranannya terjadi ketika ia menjadi ketua BPUPKI menjelang kemerdekaan Indonesia. BPUPKI adalah badan yang dibentuk oleh Jepang setelah negeri itu menderita kekalahan dalam Perang Dunia II. Radjiman Wedyodiningrat yang berprofesi sebagai seorang dokter adalah ketua BPUPKI yang merumuskan persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, ia melanjutkan perjuangannya mengawal negara muda ini dengan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), kemudian anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia. Radjiman Wedyodiningrat juga disebutkan sebagai anggota DPR pada periode 1950-1952 sekalipun saat itu usianya telah lanjut.

Selain menjadi tokoh kemerdekaan, ia juga dikenal sebagai seorang dokter yang mengabdikan ilmunya di Ngawi, Jawa Timur, hingga menutup usia pada tanggal 20 September 1952.

Pada hari Jumat 8 November 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Boediono menyerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada pihak keluarga besar dokter Radjiman yang diwakili dokter Retno Widiowati.

(Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: