Saat ini ada sekitar 3.500 mahasiswa Indonesia berkuliah di Al-Azhar.
Saat menerima Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kemarin di kantornya di Ibu Kota Kairo, Mesir, Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmad Muhammad Ahmad at-Tayyib memuji peran Indonesia dalam menyebarluaskan Islam damai ke seluruh dunia.
Syekh Tayyib dan Retno sepakat begitu banyak tantangan dihadapi kaum muslim saat ini. Karena itu, perlu kerja sama erat semua unsur di dunia Islam buat mendorong terciptanya kondisi kondusif bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan inklusif, tidak saja di negara negara Islam namun juga di dunia.
"Indonesia dan Al-Azhar akan bekerja sama untuk melakukan dialog antar agama dan antar komunitas, menyebarkan nilai-nilai Islam damai," kata Retno usai bertemu Syekh Tayyib, seperti dilansir siaran pers diterima Albalad.co malam ini.
Kedua tokoh juga membahas situasi keamanan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, bergolak sejak Oktober tahun lalu. Etnis minoritas muslim Rohingya di Rakhine menjadi korban akibat konflik sektarian dengan kaum Buddha minoritas di negara itu.
Syekh Tayyib bilang situasi di Rakhine State sangat kompleks dan tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan memberi fokus pada kepentingan komunitas tertentu atau melalui teriakan-teriakan moral tanpa langkah konkrit. Sebab itu, dia menghargai langkah Indonesia selama ini untuk mendukung Myanmar menyelesaikan masalah di Rakhine melalui pendekatan inklusif.
Syekh Tayyib menekankan Al-Azhar siap bekerja sama dengan Indonesia, Myanmar, dan negara lainnya untuk membantu membuat situasi di Rakhine lebih baik.
Dalam pertemuan itu, Retno secara khusus menyampaikan apresiasi atas dukungan diberikan Al-Azhar kepada sekitar 3.500 mahasiswa Indonesia saat ini berkuliah di kampus Islam tertua di dunia itu dan menjadi rujukan.
Al-Azhar dibentuk pada 970 atau 972 ketika Dinasti Fatimiyah berkuasa di Mesir. Universitas ini dibangun untuk menjadi pusat pendidikan Al-Quran dan hukum Islam.
Retno juga meminta perhatian Syekh Tayyib soal perlindungan keamanan bagi mahasiswa Indonesia, mengingat terjadinya beberapa tindakan kriminal menimpa mereka. Syekh Tayyib berjanji memperhatikan masalah ini dan berkoordinasi dengan otoritas keamanan.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmad Muhammad at-Tayyib di Ibu Kota Kairo, mesir, 5 Februari 2017. (Foto: Kementerian Luar Negeri)
Saat menerima Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kemarin di kantornya di Ibu Kota Kairo, Mesir, Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmad Muhammad Ahmad at-Tayyib memuji peran Indonesia dalam menyebarluaskan Islam damai ke seluruh dunia.
Syekh Tayyib dan Retno sepakat begitu banyak tantangan dihadapi kaum muslim saat ini. Karena itu, perlu kerja sama erat semua unsur di dunia Islam buat mendorong terciptanya kondisi kondusif bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan inklusif, tidak saja di negara negara Islam namun juga di dunia.
"Indonesia dan Al-Azhar akan bekerja sama untuk melakukan dialog antar agama dan antar komunitas, menyebarkan nilai-nilai Islam damai," kata Retno usai bertemu Syekh Tayyib, seperti dilansir siaran pers diterima Albalad.co malam ini.
Kedua tokoh juga membahas situasi keamanan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, bergolak sejak Oktober tahun lalu. Etnis minoritas muslim Rohingya di Rakhine menjadi korban akibat konflik sektarian dengan kaum Buddha minoritas di negara itu.
Syekh Tayyib bilang situasi di Rakhine State sangat kompleks dan tidak akan dapat diselesaikan hanya dengan memberi fokus pada kepentingan komunitas tertentu atau melalui teriakan-teriakan moral tanpa langkah konkrit. Sebab itu, dia menghargai langkah Indonesia selama ini untuk mendukung Myanmar menyelesaikan masalah di Rakhine melalui pendekatan inklusif.
Syekh Tayyib menekankan Al-Azhar siap bekerja sama dengan Indonesia, Myanmar, dan negara lainnya untuk membantu membuat situasi di Rakhine lebih baik.
Dalam pertemuan itu, Retno secara khusus menyampaikan apresiasi atas dukungan diberikan Al-Azhar kepada sekitar 3.500 mahasiswa Indonesia saat ini berkuliah di kampus Islam tertua di dunia itu dan menjadi rujukan.
Al-Azhar dibentuk pada 970 atau 972 ketika Dinasti Fatimiyah berkuasa di Mesir. Universitas ini dibangun untuk menjadi pusat pendidikan Al-Quran dan hukum Islam.
Retno juga meminta perhatian Syekh Tayyib soal perlindungan keamanan bagi mahasiswa Indonesia, mengingat terjadinya beberapa tindakan kriminal menimpa mereka. Syekh Tayyib berjanji memperhatikan masalah ini dan berkoordinasi dengan otoritas keamanan.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email