Sekitar 60 persen penduduk Desa Khasyaba hanya bisa melihat kalau malam.
Berlokasi jauh dari perang telah meluluhlantakkan Yaman sejak Maret 2015, Desa Khasyaba di Provinsi Lahij dibekap fenomena langka. Sebanyak 145 orang atau 60 persen dari total penduduk desa ini hanya bisa melihat ketika matahari sudah terbenam dan saat gelap gulita.
Kondisi desa dibarat daya Ibu Kota Sanaa ini benar-benar mengenaskan. Banyak warganya kelewat miskin, kekurangan air dan tanpa listrik.
Bila matahari terbit, pandangan mereka kabur. Tapi fenomena itu tidak ditemukan di wilayah lain di Yaman. Sejumlah dokter bilang kelainan ini adalah cacat bawaan.
Dr Husain an-Nufaili, telah meneliti fenomena tersebut, mengatakan kepada Al-Arabiya, kelainan genetik ini mempengaruhi organ penerima cahaya matahari di retina.
Dia menjelaskan ada dua jenis penerima cahaya dalam retina, yakni penerima cahaya kala siang dan waktu malam. Dia menekankan kerusakan lima persen saja di bagian penerima cahaya matahari, bisa menyebabkab kebutaan kala siang.
Nufaili menambahkan kelainan pada otot kerucut bisa mengakibatkan mata sensitif atas cahaya dan buta warna.
Menurut dia, kelainan bawaan itu tidak ada obatnya. Penderita cukup memakai kacamata khusus saban siang untuk mengurangi sensitivitas mata atas cahaya.
(Al-Arabiya/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Sebanyak 145 penduduk Desa Khasyaba di Provinsi Lahij, Yaman, hanya bisa melihat kalau malam. (Foto: Husain Nufaili)
Berlokasi jauh dari perang telah meluluhlantakkan Yaman sejak Maret 2015, Desa Khasyaba di Provinsi Lahij dibekap fenomena langka. Sebanyak 145 orang atau 60 persen dari total penduduk desa ini hanya bisa melihat ketika matahari sudah terbenam dan saat gelap gulita.
Kondisi desa dibarat daya Ibu Kota Sanaa ini benar-benar mengenaskan. Banyak warganya kelewat miskin, kekurangan air dan tanpa listrik.
Bila matahari terbit, pandangan mereka kabur. Tapi fenomena itu tidak ditemukan di wilayah lain di Yaman. Sejumlah dokter bilang kelainan ini adalah cacat bawaan.
Dr Husain an-Nufaili, telah meneliti fenomena tersebut, mengatakan kepada Al-Arabiya, kelainan genetik ini mempengaruhi organ penerima cahaya matahari di retina.
Dia menjelaskan ada dua jenis penerima cahaya dalam retina, yakni penerima cahaya kala siang dan waktu malam. Dia menekankan kerusakan lima persen saja di bagian penerima cahaya matahari, bisa menyebabkab kebutaan kala siang.
Nufaili menambahkan kelainan pada otot kerucut bisa mengakibatkan mata sensitif atas cahaya dan buta warna.
Menurut dia, kelainan bawaan itu tidak ada obatnya. Penderita cukup memakai kacamata khusus saban siang untuk mengurangi sensitivitas mata atas cahaya.
(Al-Arabiya/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email