Anak-anak Papua sedang memainkan flute, 1955. (Foto: KITLV)
DALAM sejarah Indonesia, penulisan sejarah Papua kurang mendapatkan tempat. Porsi pembahasan tidak berimbang, lebih banyak membahas Jawa. Padahal, sebagai kesatuan sejarah yang utuh, Papua berhak mendapatkan tempatnya dalam sejarah.
“Anak-anak Papua lebih memahami tentang sejarah Majapahit, Sriwijaya, dan sejarah-sejarah lain di luar Papua. Sementara mengenai sejarah Papua sendiri, mereka buta,” ujar Bernarda Materay, penulis buku Nasionalisme Ganda Orang Papua, dalam seminar di Universitas Indonesia, 24 September 2013. Dalam bukunya, Bernarda membahas mengenai nasionalisme Indonesia dan nasionalisme Papua. Pembicara lain dalam seminar tersebut adalah sejarawan Anhar Gonggong.
Sejarah Papua penting diangkat ke permukaan, bersanding sejajar dengan sejarah daerah lain di Indonesia. Kebutuhan akan rekonstruksi sejarah Papua sangat diperlukan agar generasi muda dapat mengetahui masa lalunya dan tak kehilangan identitas.
Terabaikannya sejarah Papua membuat rakyat Papua dilanda kebingungan. Mereka merasa tak mendapatkan pijakan pengetahuan mengenai masa lalunya. Bernarda pernah mendapat komentar dari seorang elit Papua yang mengatakan “Sejarah kami tidak pernah tertuang, kami punya masa lalu terpotong-potong, jadi kami bingung masa lalu kami seperti apa?”
Bernarda menilai pemahaman sejarah Papua akan menjadi solusi alternatif bagi penyelesaian konflik di Papua, baik konflik komunal maupun separatis. Selama ini, untuk mengatasi konflik di Papua, pemerintah pusat melakukan beberapa cara: militer, ekonomi, kesejahteraan, sosial dan budaya, hingga melalui otonomi khusus dan Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B). Berbagai usaha pemerintah ini nyatanya belum berhasil meredam konflik. Bernarda percaya, konflik-konflik yang terjadi di Papua berakar pada kurangnya pemahaman sejarah Papua.
Pemerintah mengabaikan pendekatan sejarah dalam penyelesaian konflik maupun dalam usaha pembangunan. Padahal, pemahaman sejarah yang baik akan dapat memberikan berbagai keuntungan. “Pembangunan selama ini dilakukan dengan ketidaktahuan sejarah atau tidak berdasarkan atas pengetahuan sejarah. Ini hal penting karena proses pengindonesiaan kita,” ujar Anhar Gonggong.
“Sejarah Papua akan menjadi acuan dasar bagi pemerintah baik pusat maupun daerah mencari dan menentukan cara yang tepat dan bermartabat dalam mengeluarkan setiap kebijakan untuk membangun orang Papua demi memperkuat integrasi Indonesia,” ujar Bernarda.
Dengan pendekatan sejarah, pemerintah akan dapat menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan berbagai masalah di Papua maupun di daerah lain. “Jika kita memahami sejarah, kita tidak akan memberikan penafsiran yang keliru. Dan bagi pemerintah, dengan memahami sejarah, pemerintah dapat melakukan pendekatan yang tepat atas berbagai masalah yang ada,” ujarnya.
“Berbagai hal tentang keindonesiaan kita di Papua tidak akan pernah kita pahami tanpa adanya pemahaman sejarah,” ujar Anhar Gonggong.
(Historia/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email