Menurut Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, dunia pendidikan di Tanah Air lebih kental dengan urusan teknis administratif dibanding pengembangan ilmu pengetahuan. “Dunia pendidikan kita masih kental birokratisasi,” kata eks Rektor UIN Jakarta ini di Kantor LIPI seperti dilansir metrotvnews.com, 11 Juli.
Azra bilang, sejauh ini dosen setiap semester hanya sibuk membuat laporan-laporan seperti SAP (Satuan Acara Perkuliahan) dan segala macamnya. Ia pun tak segan menyebut fenomena ini sebagai bentuk penjajahan bagi dunia pendidikan.
Azra menambahkan, kolonialisasi perguruan tinggi ini dilakukan oleh kementerian. Padahal bila ingin perguruan tinggi nasional kompetitif, maka perlu ada perubahan kebijakan kepada para dosen untuk dibebastugaskan dari kewajiban mengurusi urusan nonteknis administratif.
“Oleh karena itu saya menganjurkan untuk dilakukan dekolonialisasi pendidikan tinggi, dibebaskan dari penjajahan, dibebaskan dari perlakuan perguruan tinggi yang hanya sebagai unit pelaksana teknis (UPT),” tegasnya.
Selain itu, sambung Azyumardi, pimpinan perguruan tinggi terlalu banyak dicekoki oleh pemerintah. Rektor selalu tunduk sehingga sulit memainkan peran dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
“Rezim perguruan tinggi itu ancamannya anggaran ditahan kementerian, itu yang terjadi. Pendidikan tinggi kita sekarang ini jauh tidak bebas dan otonom dibandingkan zaman Orde Baru yang dulu pemilihan rektornya diserahkan kepada senat, kalau sekarang oleh kementerian,” paparnya.
Rezim yang terjadi pada pendidikan tinggi, ungkap Azyumardi membuat universitas sulit mengembangkan ilmu pengetahuan dan berkompetitif di tingkat internasional. “Gimana perguruan tinggi kita mau berkompetitif di internasional kalau kepemimpinannya juga sering diancam-ancam seperti itu,” pungkas dia.
(Metro-TV-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email