Pesan Rahbar

Home » » Syubhat Al Muzaniy: Imam Mahdiy Syi’ah Dibunuh Banci Dan Imam-Imam Baru Setelahnya

Syubhat Al Muzaniy: Imam Mahdiy Syi’ah Dibunuh Banci Dan Imam-Imam Baru Setelahnya

Written By Unknown on Wednesday, 27 April 2016 | 02:55:00

Memang bukan pertama kalinya kami membuat tulisan bantahan pada orang yang menyebut dirinya Al Muzaniy. Tidak ada yang istimewa karena kelasnya orang ini tidak jauh berbeda dari Jaser Leonheart. Kelas orang yang pura-pura bodoh berlagak ilmiah tetapi hakikatnya jauh dari ilmiah. Kali ini kami akan meluruskan salah satu tulisan Al Muzaniy tentang Imam Mahdiy Syi’ah (http://al-muzaniy.blogspot.co.id/2015/11/saat-imam-ke-12-syiah-dibunuh-oleh.html#more).Sebagai Berikut:
__________________________________________

Saat Imam ke-12 Syi’ah dibunuh oleh seorang “banci”, apakah akan ada imam yang baru lagi bagi orang-orang Syi’ah?


Salah seorang ulama besar Syi’ah bernama ‘Ali al-Yazdi al-Hairi mengabarkan :

فإذا تمت السبعون السنة أتى الحجة الموت فتقتله امرأة من بني تميم اسمها سعيدة ولها لحية كلحية الرجل

“Apabila telah berlalu masa 70 tahun, maka kematian akan datang kepada al-Hujjah (imam Mahdi-nya Syi’ah). Dia akan dibunuh oleh seorang wanita dari Bani Tamim yang bernama Sa’idah. Wanita ini memiliki jangut sebagaimana jangutnya laki-laki.” (Ilzamun-Nashib fi Itsbatil-Hujjah al-Ghaib 2/167)

Kitab di atas bisa dibaca di perpustakaan online-nya Syi’ah di http://www.narjes-library.com/2012/02/blog-post_3216.html. Klik pada juz ke-2 dan lihat pada halaman 167.
Atau bisa juga dibaca di http://alhawzaonline.com/almaktaba-almakroaa/book/238-aqa'ed/0105-alzam-naceb-fi-athbat/02/05.htm#01, dan lihat pada halaman 146.

Ya, berita tentang akan terbunuhnya imam terakhir Syi’ah ini memang menjadi berita yang akan membuat orang-orang Syi’ah sedih, sekaligus bingung, galau dan juga kelimpungan.

Sedih sebab seorang imam yang ditunggu-tunggu kedatangannya selama ratusan tahun oleh orang-orang Syi’ah, dan mereka yakini sebagai orang yang pemberani, cerdas, orang yang mengetahui hal-hal yang ghaib, pemimpin besar umat Syi’ah, penakluk dan pembantai orang-orang Arab, orang yang lebih utama dari para Nabi, dan segudang keutamaan-keutamaan khayalan lainnya, ternyata hidupnya malah berakhir dengan tragis, yaitu mati di tangan seorang wanita berjangut!!!!
Apakah wanita ini seorang transgender-kah atau banci-kah???
Benar-benar tragis…..

Tentang hal ini, mungkin akan ada seorang Syi’ah awam yang mengatakan : “Riwayat itu tidak jelas ke-shahih-annya.”

Silahkan saja jika ada orang-orang Syi’ah recehan yang mau bilang begitu, tapi yang jelas riwayat ini telah diklarifikasi dan dinukilkan oleh salah seorang ulama besar Syi’ah di masa sekarang tanpa dikritik sedikitpun, yang menunjukan bahwa dia tidak mempermasalahkannya.

Ulama besar Syi’ah itu bernama Muhammad Shadiq ar-Ruhani, dan tidak tanggung-tanggung, orang ini adalah seorang ulama besar bergelar ayatusy-syi’ah al-uzhma, yang berarti dia ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi di kalangan ulama-ulama Syi’ah.

Dia pernah ditanya di website pribadinya:

العديد من المؤمنين يتساءلون عن الطريقة التي سيموت بها الإمام المهدي ، وإذا كان (عليه السلام) سيستشهد فهذا يعني أنّ الغاية من كلّ مسيرة الأئمّة (عليهم السلام)ومن غَيبة الإمام الطويلة ـ وهي تحقيق الكمال للبشريّة وتوجّههم للدين ـ لن تتحقّق ، فما هو قولكم في ذلك؟

“Beberapa orang2 mu’min menanyakan tentang bagaimana caranya imam Mahdi mati.........

Bagaimana menurut pendapat anda?"

Lalu, dia menjawab :

نقلَ صاحب كتاب إلزام الناصب: أنّه إذا تمّت السبعون سنة، أتى الحجّةَ الموت، فتقتله امرأة من بني تميم اسمها سعيدة، ولها لحية كلحية الرجال

“Penulis kitab Ilzamun-Nashib telah menukilkan bahwa : “Apabila telah sempurna 70 tahun, maka kematian akan datang kepada al-Hujjah (imam Mahdi-nya Syi’ah). Dia akan dibunuh oleh seorang wanita dari Bani Tamim yang bernama Sa’idah. Wanita ini memiliki jangut sebagaimana jangutnya laki-laki.” (Source : http://ar.rohani.ir/istefta-982.htm)

See??

Kemudian, orang-orang Syi’ah (khususnya ulamanya) akan merasa bingung, galau sekaligus kelimpungan sebab jika imam Mahdi Syi’ah itu mati……….jika imam terakhir dari rangkaian 12 imam Syi’ah itu mati, lalu siapa yang akan menjadi “imam” berikutnya bagi orang-orang Syi’ah?

Apakah akan ada imam khayalan ke-13, ke-14 dan seterusnya yang nantinya mendadak akan dikarang lagi oleh ulama-ulama Syi’ah?

Jika ya, maka itu berarti jumlah imam itu akan menjadi 13, 14, atau lebih, tapi tentu saja ini malah akan menghancurkan ‘Aqidah pokok orang Syi’ah bahwa imam itu hanyalah 12 orang.

Ataukah imamah itu berhenti di angka 12, dan selanjutnya posisi imam itu akan digantikan oleh marja’-marja’ Syi’ah yang tentu saja ini malah akan lebih menghancurkan lagi pokok ‘Aqidah Syi’ah tentang wajibnya kehadiran seorang imam bagi mereka, sebab jika tidak ada imam maka bumi ini akan binasa menurut mereka.

Ulama2 Syi’ah jauh2 hari sudah mengarang tentang keyakinan pokok mereka:

ما تبقى الأرض يوماً واحداً بغير إمام منا تفزع إليه الأمة

“Bumi tidak akan selamat walau satu haripun tanpa adanya seorang imam dari kami yang menolong umat.”
(Biharul-Anwar 23/42)

Bagaimana ini?

Ini benar-benar menjadi masalah besar dan rumit yang membuat pusing dan galau ulama-ulama Syi’ah.
Tapi…….bukan Syi’ah namanya kalau tidak bisa membuat karangan baru yang ajaib yang hanya bisa diterima oleh orang-orang yang paling bodoh diantara manusia.

So, sebagian ulama Syi’ah membuat karangan bahwa setelah imam Mahdi mereka mati, maka akan ada 11 atau 12 Mahdi yang lain yang akan menuntun umat.

إن منا بعد القائم اثني عشر مهدياً من ولد الحسين

“Sesungguhnya setelah Al-Qaim (Mahdi Syi’ah), akan ada lagi 12 Mahdi dari kami dari kalangan anak-anak Al-Husain.” (Biharul-Anwar 53/148)

Dalam karangan lainnya disebutkan :

إن منا بعد القائم أحد عشر مهديا من ولد الحسين

“Sesungguhnya setelah Al-Qaim (Mahdi Syi’ah), akan ada lagi 11 Mahdi dari kami dari kalangan anak-anak Al-Husain.” (Al-Ghaibah hal.478)

Ah, ini benar-benar karangan yang sangat tidak seru dan sangat tidak bermutu sekali. Apakah Mahdi-Mahdi ini juga adalah imam-imam yang memiliki kedudukan yang sama dengan 12 imam sebelumnya atau bagaimana??
Kemudian, jika saja ada orang yang bertanya lagi : “Lalu, setelah 11 atau 12 Mahdi lain yang ini mati, apakah akan ada lagi Mahdi-Mahdi yang lain ?”
Maka, karangan apa lagi yang akan mereka buat?
Apakah akan ada lagi 12 Mahdi yang lain, kemudian, 12 Mahdi yang lainnya lagi, lagi dan lagi….??
Begitu seterusnya…??
Benar-benar konyol.

Sebagian ulama yang lain, tidak mau kalah konyolnya dalam mengarang masalah ini. Mereka mengarang bahwa setelah Mahdi Syi’ah mati, maka kedudukannya akan digantikan oleh Al-Husain yang akan hidup kembali setelah wafat selama kurang lebih 1300 tahun lamanya.

‘Ali al-Yazdi al-Hairi mengabarkan kelanjutan peristiwa setelah matinya Mahdi Syi’ah :

فإذا تمت السبعون السنة أتى الحجة الموت فتقتله امرأة من بني تميم اسمها سعيدة ولها لحية كلحية الرجل بجاون صخر من فوق سطح وهو متجاوز في الطريق فإذا مات تولى تجهيزه الحسين

“Apabila telah berlalu masa 70 tahun, maka kematian akan datang kepada al-Hujjah (imam Mahdi-nya Syi’ah). Dia akan dibunuh oleh seorang wanita dari Bani Tamim yang bernama Sa’idah. Wanita ini memiliki jangut sebagaimana jangutnya laki-laki.............. Apabila Mahdi telah mati, maka dengan segera Al-Husain akan menggantikannya.” (Ilzamun-Nashib fi Itsbatil-Hujjah al-Ghaib 2/167)

Celakanya, karangan yang inipun tidak kalah konyolnya dengan yang pertama…
Al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhu yang telah wafat selama kurang lebih 1300 tahun, nanti akan hidup lagi untuk menggantikan imam Mahdi Syi’ah??
Lalu, jika Al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhu wafat lagi, siapa yang menggantikan beliau untuk menjadi imam??
Apakah ayah beliau, ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu??
Atau mungkin Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang juga akan hidup kembali??

Ah, seperti inilah sesatnya dan konyolnya ajaran Syi’ah….dan sebagaimana saya katakan sebelumnya bahwa ajaran Syi’ah itu tidaklah akan diambil dan diterima kecuali oleh orang-orang yang paling bodoh diantara manusia.
_________________________________________

Tentu saja tulisan ini bukan ditujukan untuk menyadarkannya karena kami sungguh tidak peduli dengan dirinya tetapi tulisan ini kami tujukan pada para pembaca sebagai tambahan pengetahuan daftar orang-orang yang menyebarkan syubhat berusaha merendahkan mazhab Syi’ah dengan sekedar mencatut hal-hal yang aneh dalam kitab mereka.

Kami akan mengawali tulisan ini dengan menjelaskan secara singkat metode ilmiah untuk orang-orang yang ingin berbicara tentang mazhab lain. Cukupkah bagi anda wahai pembaca sekedar menukil perkataan ulama atau riwayat [hadis] dalam suatu mazhab untuk mengatasnamakan mazhab tersebut.

Tidak cukup, bahkan pembahasan tersebut bisa dibilang miskin. Banyak contoh perkataan para Ulama penganut mazhab tertentu yang bukan menjadi pandangan shahih mazhabnya. Ambil contoh mazhab Ahlus Sunnah.
1. Shahihkah jika dikatakan Mazhab Ahlus Sunnah menghalalkan berhubungan dengan istri pada duburnya hanya karena Imam Malik menyatakan kebolehannya.
2. Shahihkah jika dikatakan Mazhab Ahlus Sunnah menganggap Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pernah memuji berhala hanya karena sebagian ulama ahlus sunnah menceritakan kisah Al Gharaniq.
3. Shahihkah jika dikatakan Mazhab Ahlus Sunnah meyakini kesucian kotoran Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya karena sebagian ulama ahlus sunnah berpandangan demikian.

Mengapa kita katakan tidak shahih?. Karena jika hal-hal tersebut dianalisis dengan metode keilmuan yang ada dalam mazhab Ahlus Sunnah maka pandangan tersebut lemah atau tidak kuat.

Hal-hal yang aneh, menggelikan, asing [gharib] baik berupa riwayat atau fatwa ulama itu ternukil baik dalam mazhab Ahlus Sunnah maupun mazhab Syi’ah. Mereka yang melalang buana berbagai kitab suatu mazhab akan menemukannya. Boleh saja kalau mau diangkat-angkat tetapi silakan disajikan secara objektif sesuai metode keilmuan yang ada dalam mazhab tersebut.

Maka dari itulah kami disini akan membahas syubhat Al Muzaniy dalam salah satu tulisannya mengenai Imam Mahdiy Syi’ah. Intinya dengan membawakan tulisan tersebut ia ingin menunjukkan betapa konyol dan sesatnya mazhab Syi’ah dan hanya akan diterima kecuali oleh orang-orang yang paling bodoh diantara manusia. Tidak perlu heran, manusia satu ini memang terlalu sombong ya seperti tong kosong nyaring bunyinya.

Kami tidak meragukan penukilannya dari kitab Syaikh Aliy Al Yazdiy Al Hairiy yaitu Ilzaamun Naashib fii Itsbaat Al Hujjah Al Ghaaib 2/167.


فإذا تمت السبعون السنة أتى الحجة الموت فتقتله امرأة من بني تميم اسمها سعيدة ولها لحية كلحية الرجل

Ketika telah berlalu tujuh puluh tahun, kematian akan datang kepada Al Hujjah, dia akan dibunuh oleh seorang wanita dari bani Tammiim yang bernama Sa’iidah yang memiliki jenggot sebagaimana jenggot laki-laki.

Kemudian Al Muzaniy ini seolah ingin menguatkan bahwa penukilan tersebut shahih dengan hujjah murahan berikut:


Sungguh aneh sekali, orang ini sepertinya tidak pernah membaca kitab-kitab para ulama. Tidak perlu ulama mazhab Syi’ah cukup ia membaca kitab-kitab ulama mazhab Ahlus Sunnah maka ia akan mengetahui bahwa penukilan seorang ulama atas ulama lain tidak berarti menetapkan keshahihan. Banyak contohnya bahkan hal itu sangat ma’ruf. Mengapa demikian? Karena cukup banyak ulama [bahkan mazhab ahlus sunnah] yang berhujjah dengan hadis dhaif, yang berhujjah dengan riwayat yang tidak jelas penukilannya, yang berhujjah dengan sekedar menukil dari ulama lain [yang juga tidak jelas sumber nukilannya].

Apalagi kalau membuka kitab tafsir dan kitab tarikh, cukup banyak para ulama yang ketika menjelaskan tafsir ayat tertentu atau kejadian tarikh tertentu mereka berhujjah dengan penukilan dan perkataan yang tidak jelas sumbernya atau jelas sumbernya namun kualitasnya dhaif. Ulama-ulama itu sudah dikenal keilmuannya dan ketinggian kedudukannya di kalangan Ahlus Sunnah. Jadi kalau tindakan berpegang dengan penukilan dhaif dianggap menjatuhkan kedudukan seorang ulama maka akan banyak ulama ahlus sunnah yang bisa dijatuhkan kedudukannya.

Melihat cara ia berhujjah sungguh logika orang ini bahkan lebih rendah dari orang yang ia sebut recehan. Hakikatnya disini adalah penukilan itu hanya berasal dari perkataan Syaikh Ali Al Yazdiy saja, tidak ditemukan adanya riwayat tentang itu. Hal ini ditegaskan oleh Syaikh Najm Ad Diin Ath Thabasiy dimana ia berkata:


لكنها ليست رواية بل هو مجرد قول غير مستند إلى منبع روائي

Tetapi ini bukanlah riwayat bahkan hanya sekedar perkataan yang tidak bersandar pada sumber penulis riwayat [Kitab Fii Rihaab Al Hukuumat Al Imam Mahdiy hal 261]

Jadi dari segi validitas, perkataan ini tidak bernilai shahih, lantas bagaimana bisa dijadikan hujjah. Kalaupun ada ulama Syi’ah yang berpegang dengannya ya itu tetap tidak membuktikan bahwa perkara itu shahih. Perkara ini tidak berkaitan dengan ijtihad suatu perkara tetapi berkaitan dengan kabar ghaib yang hanya bisa dipastikan kebenarannya dengan riwayat yang shahih. Sungguh benar sekali orang yang disebutkan Al Muzaniy sebagai recehan ketika ia mengatakan hal ini tidak jelas keshahihannya. Justru Al Muzaniy telah menunjukkan bahwa dirinya lebih rendah kualitasnya dari orang yang ia sebut recehan.

Kemudian Al Muzaniy mengutip riwayat yang menyatakan akan ada sebelas atau dua belas Mahdiy dari keturunan Imam Husain [‘alaihis salaam]. Berikut nukilan Al Muzaniy:


Kami akan menunjukkan sanad lengkap kedua riwayat tersebut dan menganalisisnya sesuai dengan metode ilmu hadis yang ada dalam mazhab Syi’ah.

محمد بن عبدالله بن جعفر الحميري، عن أبيه، عن محمد بن عبدالحميد ومحمد بن عيسى، عن محمد بن الفضيل عن أبي حمزة، عن أبي عبدالله عليه السلام في حديث طويل أنه قال:يا أبا حمزة إن منا بعد القائم أحد عشر مهديا من ولد الحسين عليه السلام.

Muhammad bin ‘Abdullah bin Ja’far Al Himyariy dari Ayahnya dari Muhammad bin ‘Abdul Hamiid dan Muhammad bin ‘Iisa dari Muhammad bin Fudhail dari Abi Hamzah dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam] dalam hadis yang panjang bahwasanya ia berkata “wahai Abu Hamzah sesungguhnya dari kami setelah Al Qa’im akan ada sebelas Mahdiy dari keturunan Husain [‘alaihis salaam] [Al Ghaibah Syaikh Ath Thuusiy hal 285]

Riwayat di atas sanadnya dhaif karena Muhammad bin Fudhail Al Azdiy. Syaikh Ath Thuusiy berkata tentangnya “dhaif” [Rijal Ath Thuusiy hal 344 no 5124]. Allamah Al Hilliy juga menyatakan dhaif [Khulashah Al Aqwaal hal 393 no 1584]. Ibnu Daud Al Hilliy memasukkan namanya dalam bagian kedua kitabnya yang memuat daftar perawi majhul dan tercela [Rijal Ibnu Dawud hal 510 no 462]. Al Majlisiy menyatakan Muhammad bin Fudhail Al Azdiy dhaif [Al Wajiizah hal 312 no 1758].


مما رواه السيد علي بن عبدالحميد بإسناده عن الصادق عليه السلام أن منا بعد القائم عليه السلام اثنا عشر مهديا من ولد الحسين عليه السلام

Diriwayatkan Sayyid ‘Aliy bin ‘Abdul Hamiid dengan sanadnya dari Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] “sesungguhnya dari kami setelah Al Qa’im [‘alaihis salaam] akan ada dua belas Mahdiy dari keturunan Husain [‘alaihis salaam] [Bihar Al Anwaar Al Majlisiy 53/99 no 7]

Riwayat di atas dinukil Al Majlisiy dengan sanad dari Sayyid ‘Aliy bin ‘Abdul Hamiid. Sayyid ‘Aliy bin ‘Abdul Hamiid membawakan sanadnya dalam kitab Muntakhab Al Anwar Al Mudhii’ah hal 353-354 yaitu


Jadi sanad yang dimiliki Sayyid Aliy bin ‘Abdul Hamiid adalah dari Ahmad bin Muhammad Al ‘Iyaadiy yang merafa’kan kepada ‘Aliy bin Uqbah dari Ayahnya dari Abu ‘Abdullah. Sanad riwayat ini dhaif dengan tiga alasan berikut :
1. Ahmad bin Muhammad Al ‘Iyaadiy, disebutkan dalam Muqaddimah tahqiq kitab Muntakhab Al Anwar Al Mudhii’ah hal 22 ia adalah penulis kitab Asy Syifaa’ Wal Jalaa’. Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan bahwa penulis kitab Asy Syifaa’ Wal Jalaa’ adalah Ahmad bin ‘Aliy Al ‘Iyaadiy bukan seorang yang tsiqat dalam hadis dan tertuduh ghuluw [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 30 no 81]. Ibnu Ghadha’iriy menyatakan ia dhaif [Rijal Ibnu Ghadha’iriy hal 43 no 18].
2. Sanad tersebut terputus karena Ahmad bin Muhammad Al ‘Iyaadiy tidak menyebutkan sanad lengkapnya sampai ‘Aliy bin Uqbah.
3. Ayahnya ‘Aliy bin Uqbah yaitu Uqbah bin Khalid Al Kuufiy yang meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] adalah seorang yang majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 375].

Jadi kedua riwayat yang dibawakan Al Muzaniy untuk membuat karangan konyol dalam tulisannya tersebut di sisi mazhab Syi’ah adalah riwayat-riwayat yang dhaif tidak bisa dijadikan hujjah. Adapun perkataan Syaikh Aliy Yazdiy yang ia kutip bahwa setelah kematian Imam Mahdiy akan digantikan oleh Imam Husain adalah perkataan yang tidak memiliki sandaran riwayat sebagaimana sudah dikutip di atas.

Sebenarnya yang membuat kami ingin membantah Al Muzaniy disini karena orang ini mulutnya terlalu besar mengatakan betapa sesat dan konyolnya ajaran Syi’ah padahal semua dasar karangannya itu tidak memiliki nilai hujjah shahih di sisi mazhab Syi’ah. Apalagi sampai mengatakan bahwa ajaran Syi’ah itu tidak akan diterima kecuali oleh orang-orang yang paling bodoh diantara manusia. Sungguh menggelikan, saya tidak perlu menunjukkan siapa yang sebenarnya bodoh karena tulisan di atas sudah jelas menampakkan hakikat Al Muzaniy.

(Scondprince/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: