Pesan Rahbar

Home » » Tak Ada Ijma’ dalam Ikhtilaf Mazhab

Tak Ada Ijma’ dalam Ikhtilaf Mazhab

Written By Unknown on Wednesday, 13 April 2016 | 04:37:00


Dialog Para Ulama Syi'ah

Terjemahan dari Kitab Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Syiria, 1402 H].

Ini juga merupakan sebahagian daripada sebab-sebab yang mendorongku menjadi seorang Syi'ah. Manakala berdialog dengan mereka, aku dapati diriku dikalahkan oleh hujjah-hujjah mereka, tetapi aku tetap merasa tidak mau menerima kala itu. Aku masih mencoba mempertahankan hujjah-hujjahku yang lemah, tak lain karena kala itu aku merasa mempunyai keilmuan yang tinggi di dalam mazhab Syafi'i dan mazhab-mazhab lain. Yang lainnya karena aku telah menuntut ilmu yang banyak di Universitas al-Azhar, yang dengannya aku memperoleh ijazah yang tinggi sebagaimana aku telah menyebutkannya.

Dialog kami mengambil masa tidak kurang daripada tiga tahun. Kemudian aku mulai meragukan dan menerima kelamahan serta kontradiksi mazhab empat, disebabkan perselisihan sesama mereka sendiri, yang begitu nyata dan tak teringkari.


Mengkaji Buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah)

Akhirnya aku mengkaji buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah - Syi'ah) karangan Ayatullah al-'Uzma Sayyid Syarafuddin. Aku mengkajinya dengan teliti. Gaya bahasa dan kemanisan lafaznya mengagumkanku dan membuatku berfikir bagaimana dia dapat memberi hujjah-hujjah yang kuat di dalam dialognya dengan Syaikh al-Akbar Syaikh Salim al-Busyra, Rektor Universitas al-Azhar ketika itu.

Aku dapati pengarangnya ketika berhujjah tidak berpegang kepada buku-buku Syi'ah, malah dia berpegang kepada buku-buku Sunni. Dan karenanya menjadi sukar bagi lawannya untuk menolaknya, sebab hujjah-hujjahnya dan dalil-dalilnya yang ada di dalam kedua pihak (Syi’ah dan Sunni). Pada malam itu aku tidak dapat tidur sehingga aku puas hati bahwa kebenaran adalah bersama Syi'ah. Mereka berada di atas mazhab yang benar, sabit dan tetap begitu kuatnya, dan berasal dari Rasulullah SAWAW dan Ahlu l-Baitnya AS. Tidak ada syubhat sedikitpun padaku. Aku percaya bahawa mereka tidaklah sebagaimana apa yang diperkatakan dan dituduhkan kaum pendengki dan munafik kepada mereka dengan tuduhan, celaan, dan kata-kata batil yang diciptakan kelompok pendengki dan munafik itu.


Buku al-Muraja'at (Dialog Sunnah Syi'ah) Untuk Saudaraku

Pada keesokan harinya, aku memberi buku tersebut kepada saudaraku, Ahmad. Dia berkata kepadaku: Apakah ini? Aku menjawab kitab Syi'ah oleh pengarang Syi'ah. Lantas dia berkata kepadaku: Jauhkanlah buku itu dariku, sebanyak tiga kali. Sebab hal itu buku-buku yang sesat, aku tidak perlu kepadanya. Aku benci kepada Syi'ah dan perkara yang berkaitan dengan Syi'ah. Aku berkata: Ambillah dan bacalah saja kerana kita tidak perlu beramal dengannya. Ia tidak akan merusak engkau jika engkau membacanya. Dan akhirnya ia pun mengambil buku tersebut, lalu mengkajinya dengan teliti. Dan akhirnya dia juga mengakui kebenaran mazhab Syi'ah. Dia berkata: Syi'ah di atas kebenaran. Selain daripada mereka adalah bersalah (Khati'un).

Kemudian aku dan saudaraku meninggalkan mazhab Syafi'i dan kami berpegang kepada mazhab Syi'ah Ja'fariyyah. Ini disebabkan oleh dalil-dalil yang banyak dan terang. Hati kecilku menikmati ketenangan dengan berpegang kepada mazhab Ja'fari, mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW karena aku mengetahui bahwa aku telah sampai kepada matlamat yang paling jauh yaitu berpegang kepada mazhab yang paling suci, yaitu berpegang kepada mazhab keluarga suci (al-Itrah al-Tahirah).

Dengannya aku mempercayai suatu keyakinan yang tidak dicampuri syak-wasangka dan waham semata, bahwa aku telah berjaya daripada siksaan Allah SWT. Aku bersyukur kepada Allah SWT di atas kejayaan semua keluargaku dan kebanyakan kaum kerabatku, sahabat-sahabatku, dan lain-lain. Ini adalah satu karunia dan nikmat dari Allah SWT yang tidak dapat dinilainya selain daripada Dia sendiri yang berhak: “Wilayah keluarga Rasul SAWAW, karena tidak ada kejayaan kecuali dengan mengangkat mereka sebagai auliya”. Sebuah hadith Rasul SAWAW yang dibenarkan oleh Sunni dan Syi'ah itu adalah: "Perumpamaan keluargaku sepertilah bahtera Nuh, sesiapa yang menaikinya ia akan berjaya dan sesiapa yang tidak menaikinya akan tenggelam dan binasa." Aku memohon kepada Allah SWT agar merestui kami karena mengangkat wilayah Ahlu l-Bait AS dan mencintai mereka.


Beberapa Kelompok Pun Menjadi Syi'ah Bersama-Sama Kami

Akhirnya, sejumlah besar orang dari saudara-saudara kami yang Sunni dari Suriah, Libanon, Turki, dan lain-lain telah turut menjadi Syi'ah bersama kami. Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kepada kami dan kami tidak akan mendapat hidayah, sekiranya Allah tidak memberi hidayah kepada kami. Apabila tersebarnya berita mengenai kami, orang ramai tanpa sungkan-sungkan datang kepada kami, bertanya kepada kami tentang sebab-sebab yang mendorong kami berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait dan meninggalkan mazhab Syafi'i. Kami memberikan jawapan kepada mereka bahwa dalil-dalil yang kuat bersama kami. Maka sesiapa yang ingin supaya kami menerangkan kepadanya mazhab al-Haqq, maka hendaklah ia datang kepada kami.


Orang Ramai Menjadikan Kami Sebagai Rujukan

Dalam masa yang singkat saja, orang ramai telah datang kepada kami. Mereka terdiri dari para ulama, guru, pegawai, peniaga, dan lain-lain. Kami menjelaskan kepada mereka kebenaran mazhab Ahlu l-Bait AS berdasarkan rujukan Ahlu s-Sunnah (Sunni) yang muktabar. Di kalangan mereka ada yang mendengar dan berpuas hati, kemudian berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS, dengan meninggalkan mazhab yang terdahulu. Di kalangan mereka ada yang fanatik, dan terus berpegang kepada mazhabnya. Keuzurannya adalah kejahilannya, dan fanatiknya adalah bahwa dia tidak mampu mempertahankan mazhabnya. Demikianlah berlalunya hari-hari, kami terus berdakwah sehingga banyak orang berpegang kepada mazhab Ahlu l-Bait AS di Suriah, Libanon, dan di Turkey, al-Hamdu Lillah.


Muzakarah Di Antaraku Dan Saudaraku

Untuk menambahkan keyakinan, aku dan saudaraku bermuzakarah tentang mazhab Ja'fari. Kadang-kadang dia jadikan dirinya sebagai seorang Syi'ah dan aku menjadikan diriku seorang Sunni. Kemudian kami memulakan perbincangan. Aku mengemukakan kepadanya beberapa persoalan, maka dia memberi jawapan kepadaku mengenainya berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah. Di dalam perbincangan itu, aku melihat diriku dikalahkan olehnya, lalu aku melihat kebenaran bersama Syi'ah. Dan pada masa yang lain aku jadikan diriku sebagai seorang Syi'ah dan saudaraku sebagai seorang Sunni, maka kami pun bermuzakarah di dalam beberapa masalah. Dia ketawa dan melihat dirinya dikalahkan dan berkata: Kebenaran adalah bersama Syi'ah. Demikianlah berulangnya muzakarah di antara kami. Dan dengan cara ini kami dapati bahwa sesungguhnya kebenaran bersama Syi'ah karena kebenaran adalah tinggi dan tidak ada sesuatu yang lebih tinggi daripadanya.

Sebagai contoh manakala dia jadikan dirinya sebagai seorang Syi'ah, dia meminta dalil daripadaku karena berpegang kepada salah satu daripada mazhab yang empat seraya berkata: "Apakah dalil Anda berpegang kepada mazhab Syafi'i atau Hanafi, Maliki atau Hanbali? Adakah Anda dapati dalil daripada ayat al-Qur'an seperti maksud firmanNya (di dalam Surah al-An'am (6): 153 yang bermaksud: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan (yang lain) karena jalan itu menceraiberaikan kami dari jalanNya." Lihatlah bagaimana Allah SWT menyuruh orang-orang Mukminin supaya berpegang kepada jalanNya yang lurus, dan melarang kami daripada mengambil jalan-jalan (Subul) yang bermacam-macam supaya kami tidak sesat daripada jalanNya.

Dia bertanya lagi: Adakah anda mendapati hadith Sahih yang mendukung dan menopang pegangan Anda kepada salah satu daripada empat mazhab? Aku menjawab: Ijmak. Maka dia berkata kepadaku: Tidak ada ijmak, karena mereka berselisih faham pada mazhab-mazhab tersebut, bagaimana pula ijmak dapat dilakukan sementara berselisih bahkan saling menuduh sesat di antara mereka sendiri?

Apabila dia bertanya kepadaku, aku jadikan diriku sebagai seorang Ja'fari, aku memberikan dalil-dalil daripada al-Qur'an dan Sunnah RasulNya. Aku berkata: Sebuah hadith Rasulullah SAWAW yang dimaksud itu adalah: "Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang berharga, kitab Allah dan Itrah Ahlu l-Baitku, selama kalian berpegang kepada kedua-duanya, kalian tidak akan sesat selepasku selama-lamanya. Kedua-duanya tidak akan terpisah sehingga kedua-duanya dikembalikan di Haudh. Justeru itu jagalah baik-baik, bagaimana kalian memperlakukan kedua peninggalanku (tsaqalain) itu." Dan juga sabda Rasulullah SAWAW: "Perumpamaan Ahlu l-Baitku pada kalian seperti bahtera Nuh, sesiapa yang menaikinya akan berjaya, dan sesiapa yang tidak menaikinya akan tenggelam." Dia menyerah kalah dan berkata kepadaku: Kebenaran bersama Anda. Begitulah kami melihat kebenaran itu tetap di samping Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW.


Istilah Sebagai Syi'ah

Sebagaimana kalian telah mengetahui bahwa dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang terang terdapat di dalam buku-buku Sunni dan Syi'ah tentang kebenaran berpegang kepada mazhab Ja'fari kerana merupakan silsilah emas (manaqib ad-dzahabiah) yang tersusun rapi dan tidak dapat dipisahkan sebagaimana firmanNya dalam (Surah al-Baqarah (2): 256 yang berbunyi: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Kerana itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus."

Sebagaimana sebuah hadith muktabar yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib AS dari Nabi SAWAW bersabda: "Kamilah al-Urwah al-Wusthqa (simpul tali yang amat kuat)." Di dalam riwayat yang lain beliau bersabda: "Kamilah al-Sirat al-Mustaqim, kamilah subul (jalan-jalan) kepada Allah." Contoh-contoh hadith seperti ini adalah sangat banyak dan tak mungkin dibatilkan karena bersumber dari ahlulbait Rasulullah (wilayah yang paling dekat dengan risalah pewahyuan) sebagaimana tak terpisahkannya rumah dengan pintunya. Semuanya menjelaskan kepada kita sabil (jalan) untuk berpegang kepada mazhab Syi'ah. Maka kami menerimanya dengan penuh kegembiraan karena ingin kejayaan dan kemenangan di akhirat kelak. Semoga Allah juga memberi petunjuk kepada kalian. Sebagaimana seorang penyair bernama al-Kumait berkata dalam puisinya: "Aku adalah Syi'ah Ahmad, dan mazhabku adalah mazhab al-Haqq”.

Imam Syafi'i berkata: “Manakala aku melihat manusia berpegang kepada mazhab yang bermacam-macam di lautan kebodohan dan kejahilan. Aku menaiki, dengan nama Allah, bahtera kejayaan, mereka adalah Ahlu l-Bait al-Mustafa, dan pamungkas segala Rasul. Aku berpegang kepada tali Allah dengan mewalikan mereka sebagaimana Dia memerintahkan kita berpegang kepada taliNya. Telah berpecah di dalam agama tujuh puluh golongan lebih sebagaimana tercatat di dalam hadith. Semuanya tidak berjaya kecuali satu golongan, maka katakanlah kepadaku mengenainya wahai orang yang mempunyai fikiran dan akal. Adakah golongan yang binasa itu Ali Muhammad? Atau golongan lain yang berjaya? Katakanlah kepadaku! Sekiranya engkau berkata mengenai orang-orang yang berjaya, maka jawapannya adalah satu (keluarga Muhammad dan pengikut-pengikutnya). Dan sekiranya engkau berkata tentang golongan yang binasa, niscaya engkau tidak boleh berbuat apa-apa lagi. Dan sekiranya maula (wali dan pemimpin) mereka adalah daripada mereka (Ahlu l-Bait AS) maka sesungguhnya aku telah meridhai mereka dan senantiasa berteduh di bayangan mereka. Tinggallah Ali untukku sebagai Wali dan juga Keturunannya (11 imam penerus Imam Ali). Dengan mereka (ahlulbait) kalian termasuk orang-orang yang tinggal di dalam kesenangan (abadi di akhirat kelak).

(Bersambung)

(Syiatulislam/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: