Pesan Rahbar

Home » » Tangisan Al-Husein a.s Menyakitkan Nabi Saw

Tangisan Al-Husein a.s Menyakitkan Nabi Saw

Written By Unknown on Saturday, 23 April 2016 | 17:58:00


Yazid bin Abi Ziyad berkata: Pada suatu hari Nabi saw keluar dari rumah Aisyah kemudian lewat di dekat rumah Fatimah (as), lalu beliau mendengar Husein menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Tidak kamu tahu bahwa tangisan Al-Husein menyakitkan aku.”

Dalam Ad-Durrul Mantsur tentang tafsir surat At-Taghabun: 15, As-Suyuthi berkata:
Yazid bin Abi Ziyad berkata: Pada suatu hari Nabi saw keluar dari rumah Aisyah lalu beliau lewat di dekat rumah Fatimah (as), kemudian beliau mendengar tangisan Al-Husein. Maka beliau bersabda: “Tahukan kamu sesungguhnya tangisan Al-Husein menyakitkan aku?”

Hadis ini juga disebutkan dalam:
1. Majma’ Az-Zawaid, jilid 9 halaman 201.
2. Dzakhair Al-Uqba, halaman 143.
_____________________________________________

Asyura’ : Pembantaian Keluarga Nabi saww

Syair Imam Husein a.s :
Jika agama kakekku takkan tegak kecuali dengan jalan harus dibunuhnya aku..?
Maka, wahai pedang-pedang kaum durjana perangilah aku..!
Wahai kematian, datanglah dan aku menyongsongmu
Ketahuilah, batas kehidupan dan kematian adalah semu.
Aku lindungi keluarga Muhammad SAW darimu
Aku perangi kalian dengan tanpa ragu dan jemu
Bagiku kehidupan dan kematian adalah sama
Kematian sang at indah di mata sang kesatria
Kehidupan adalah masa di mata sang jawara.
Kematian pasti datang mencari mangsa
Celakalah orang yang menjajakan agama demi harta dan tahta
Celakalah orang yang memerangi Marga Thoha
di akhirat nanti mereka akan merangkak mengemis iba.

Di dalam kemah tangisan para putri Nabi SAW semakin menjadi, tak tega melihat putra bungsu Al-Husain’As yang berusia 5 bulan menggelepar kehausan, suara tangisannya parau dan lirih. Al-Husain As membawa, mengangkatnya tinggi-tinggi bayi itu agar tampak oleh lawan, memohon secangkir air bagi bayinya, dengan bersabda:
” Hai kaum durjana… kalian biarkan kaum Yahudi dan Nasrani bahkan kuda, anjing dan babi minum di sungai Eufrat. Aku mohon secangkir saja untuk bayi ini…! ”

Seorang pasukan lawan menjawab sambil melepaskan anak panahnya: Inilah air kiriman dariku..! Al-Husein As terkejut mendengar tangis bayinya terhenti seketika… Al-Husain As terhentak merasakan cairan hangat mengaliri kepala, wajah, terus turun kebawah, dan ternyata darah..! Bayi itu diturunkannya, sekujur tubuh Al-Husain As menggigil melihat kenyataan yang tak terduga… Bayi itu diletakkan di atas tanah, Al-Husain As mencabut perlahan anak panah yang menancap di leher menembus dada bayinya, memancarlah darahnya, lalu ditadahinya dengan kedua telapak tangannya, dan dilemparkannya ke arah langit sambil berteriak:
” Terimalah persembahan awalku ya Allah…! ”

Banyak penulis yang menyaksikan, darah yang dilemparkan kelangit itu, tidak turun kembali ke bumi. [Buku The Saviour oleh Antoane Bara ].

Inna Lillahi wa inna Ilaihi rojiun Ali Al-Ashghor wafat putra Imam Husain As yang terkecil. Al-Husein As memerintahkan menyerang satu persatu, mulai dari Sahabatnya, saudaranya, semuanya wafat, lalu giliran putranya yang terbesar bernama Ali Akbar. Ali Akbar menyerang dan terus menyerang lalu kembali menemui ayahnya:
” Duhai ayah Rasa haus ini mencekik leherku, kini seakan aku tak mampu lagi memegang pedang, adakah setetes air guna memulihkan tenagaku..? ”
” Berperanglah semampumu nak… Kakekmu menantimu dan telah menyiapkan segelas madu merah dan surga nak…”

Ali Akbar menyerang memacu kudanya, lawannya menghujani anak panah yang menancap di sekujur tubuhnya, sebuah tombak menghunjam dilambungnya, Ali Akbar terhuyung di atas kudanya Al-Husein melesat memeluknya agar tidak jatuh terjerembab ke tanah. Dalam pelukan ayahnya, Ali Akbar tersenyum dan bersuara parau:
Maafkan aku ayah…. Aku tidak mampu lagi membantumu… Aku sangat mencintaimu ayah…”

Bibirnya, sekujur tubuhnya bergetar dalam pelukan ayahnya, lalu Al-Husain mengucapkan: ” Inna Lillahi wa Inna Ilaihi rojiun. terimalah persembahan awalku Ya Allah.. !

Al-Husain berperang tiada lesu dan jemu, pasukan Umar yang licik itu menghujani anak panah yang memenuhi sekujur tubuhnya, hingga Al-HusainAs tiada berdaya lagi, pasukan Umar mengitari, menebas kedua lengannya dengan terbahak-bahak.

Al-Husain As berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya yang tak berlengan, berjalan terhuyung-huyung menuju ke kemah adiknya, tiba-tiba tiga tombak dihunjamkan dan robohlah sang pahlawan Rasulullah SAW itu..!

Sy Zainab menutup matanya, lalu membukanya kembali dan terlihat matahari memerah seakan marah, membelalakkan mata seakan murka menyaksikannya, dan terhentak terhenti dari peredarannya, tiada mau masuk keperaduannya.

Kemudian datanglah Syimir bin Zil Jauzan dengan beringas bangga sambil terbahak-bahak mencabuti tombak, anak panah dengan kasar, lalu duduk di dada Al-Husain As, yang semakin menyesakkan nafasnya, Al-Husain As dengan nafas yang tersisa bersabda:

H : Siapakah engkau..? Dan apa yang membuatmu menjadi begitu biadab..? siapakah aku yang kau duduki dadanya ini..?
S : Aku Syimir dan engkau Husain bin Ali..
H : Bila kau tahu, mengapa kau masih berniat membunuhku..?
S : Aku mengharap imbalan dari khalifah Yazid..
H : Tidakkah kau harapkan syafaat dari kakekku..?
S : Imbalan dari Yazid lebih aku dambakan..
H : Sebelum kau bunuh, berilah aku air minum dulu…
S : Bukankah kakekmu telah menyiapkannya di surga..?
H : Bukalah penutup wajahmu dan kakekku bersabda: pembunuhku, lelaki berwajah rusak menakutkan dan di sekujur tubuhnya berbulu sangat kasar, hingga tidak memikat babi hutan.
S : Engkau dan kakekmu sama-sama terkutuk dan akan aku potong pada setiap persendianmu dengan perlahan, sebagai imbalan dari ucapan kakekmu itu…!

Syimir mulai melucuti persendian jari-jari kaki, tangan Al- Husain As dengan perlahan, pada puncak kegeramannya Syimir menempelkan pedangnya di leher Al-Husain, tetapi pedang Syimir tak dapat melukai leher Al-Husain As, Syimir berganti-ganti pedang, namun lehernya tak tergoreskan, Syimir menekan pedangnya di leher Al-Husain, lalu menggeleng-gelengkan kepala Al-Husain dan tetap saja leher itu tak tergoreskan. Syimir bingung, putus asa, kemudian datang seseorang yang melihatnya berkata: Leher Al-Husain itu selalu diciumi oleh Rasulullah SAW.

Syimir membalik, menelungkupkan tubuh Al Husain As yang tak berdaya, Al-Husain mengarahkan pandangannya tertuju kepada sy Zainab adiknya…. Syimir menyembelihnya dari belakang lehernya…. Sy Zainab menjerit, pekikkannya merobek-robek langit. Bersama kewafatan Al-Husein As, mataharipun terjun menenggelamkan dirinya kedalam bumi pada hari Jum’at tanggal 10 Muharram 61 H. Innalillahi wa inna Ilaihi rojiun….

Kudanya datang ke kemah Sy Zainab tanpa penunggangnya penuh dengan luka dan dengan air matanya berbela sungkawa.

Di Madinah, setiap sore mengamati air bercampur tanah di dalam botol yang tiba-tiba berubah menjadi darah dan Ummu Salamah ra menjerit menangis mengabarkan kepada orang akan wafatnya Al-Husain As, para Sahabat Nabi SAW menangis melaknat Yazid.

Kepala Al-Husain As ditancapkan di ujung tombak diarak dipertontonkan, dibelakangnya barisan keluarga Rasulullah SAW dirantai tangan dan kakinya di giring bagaikan tawanan perang yang dihinakan menuju Kufah hingga ke Syam.

Diperjalanan tiba-tiba alam menjadi gelap gulita, pasukan pengawal mengistirahatkan membuka rantai para tawanan, sy Syaharbanu ra keguguran karena kelelahan.

Pendeta Bhuhaira tertegun, berjalan menuju sinar yang menjulang kelangit dan diketahuinya pusat sinar itu dari kepala Al- Husain As yang tertancap diujung tombak.

Pendeta itu membayar mahal untuk meminjam semalam kepala Al-Husain As. Kepala Al-Husain As dibedirikan perlahan di atas meja, di bersihkannya kepala, wajahnya dari darah bercampur tanah yang melekatinya, mengelapnya dengan kapas dan air hangat, tanpa henti jari jemarinya bergerak lembut, meminyaki dan menyisir rambutnya hingga wajah Al-Husain As bersih ceria.

Pendeta Bhuhaira memandanginya, menciumi wajah mulia itu sambil berkata:
Aku yakin engkau orang mulia, keturunan orang mulia, salamku untukmu, ayahmu, kakekmu, bila engkau keturunan Ahmad Nabi akhir zaman, sampaikanlah salamku dan katakan aku beriman kepadanya nak…

Keluarga Nabi Muhammad SAW yang tersisa akhirnya sampai di Syam dalam keadaan kelelahan tangan, kaki membengkak berdarah karena rantai besi yang diikatkannya.

Tawanan disambut senyum kesinisan, tawa penghinaan, kalimat menyakitkan, sesampainya di Syam, kaki, tangan dibuka borgolnya dengan kasar oleh pengawal menampakkan kebencian yang dipamerkan dihadapan tuannya demi harapkan sanjungan dan jasa.

Pasukan lemparkan kepala Al-Husain As dengan kasar di lantai, Keluarga Nabi SAW terhentak menyaksikannya

oleh deraan kenyataan yang menyakitkan, penguasa tahta kedholiman, Yazid berbicara sambil menginjak kepala Al-Husain As, yang melihatnya pasti akan berkata:

Perbuatannya memerihkan mata. Hentakannya menyesakkan dada. Kalimatnya meledakkan kepala. Kata-katanya memekakkan telinga. Nada-nadanya melunglaikan raga Aksinya menjerat jiwa. Kesombongannya mendirikan bulu roma. Beginilah nasib pemburu akherat harus menerima dera nestapa dunia.

Saat diinjak, kepala Al-Husain As bersabda:
” Kamu telah memisahkan kepalaku dari tubuhku….” Kepala Al-Husain As dipecutinya hingga diam. [The Saviour: Syarh Al-Qashidah Abi Firas: 148 ].

Ibnu Wakidah mendengar kepala Al-Husain As membaca Surat Al-Kahfi, Ibnu Wakidah ragu dan sangsi bila suara itu keluar dari lisan kepala itu, tiba-tiba beliau berhenti mengaji dan kepala Al-Husain menoleh ke arahnyanya sambil bersabda:
” Hai Ibnu Wakidah.. Tidakkah kamu tahu bahwa kami para Imam selalu hidup dan diberi rizki di sisi Tuhan-Nya..?”

Ibnu Wakidah berniat mencuri kepala itu dan menguburkannya, tiba-tiba kepala itu bersabda:
” Hai Ibu Wakidah… Tidak perlu melakukan hal itu, karena perbuatan mereka yang menumpahkan darahku lebih berat di sisi Allah SWT daripada yang membawaku berjalan di ujung tombak, maka biarkanlah, mereka kelak akan mengetahui, saat dibelenggu dengan rantai dileher mereka sambil diseret. [ The Saviour: Syarh Al-Qashidah Abi Firas: 149 ] .

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an QS 2:154;
” Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di Jalan Allah [bahwa mereka itu] mati, bahkan [sebenarnya] mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya.

Minhal bin Amr berkata:
Aku melihat kepala Al-Husain As di ujung tombak, di depannya ada seorang yang membaca Surat Al-Kahfi hingga sampai pada ayat:
” Dan [yang mempunyai] rahim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan… ” Kepala itu bersabda dengan bahasa yang fasih: Ada yang lebih mengherankan daripada Ashhabul Kahfi yaitu pembunuhan terhadapku dan membawa kepalaku. [ The Saviour: Al-Khshalsh As-Suyuthi 2:127 ].

Saat Yazid memerintahkan membunuh seorang utusan kaisar Romawi yang membela Al-Husain tiba-tiba kepala itu bersuara keras:
La haula wa la quwwata ilia Billah
The Saviour: Magtal Al-Awalim: 151].

Hampir sebulan Yazid terpuaskan dan akhirnya membebaskan. Kafilah suci pergi menuju Karbala guna menyambung jari jemari, betis, lengan disatukan dengan tubuh dan kepalanya, lalu jenazah Al-Husain dishalati dan dimakamkan di Karbala.

Kafilah suci lalu pergi menuju Madinah guna melaporkan semua kejadian kepada kakeknya kepada ibunya pertanda tugas suci Sy Zainab telah diselesaikan dengan baik.

Sesampainya di Madinah dari Karbala, seluruh keluarga itu mengalami keguncangan yang kesekian kalinya, kali ini ledakan dahsyat dalam hati dan fikiran menyatu dalam perasaan ingin mengadukan kepada kakeknya Rasulullah SAW di pusaranya.

Semuanya berlari ingin segera mencapai pusara, di masjid Nabawi, setelah melihat makam kakeknya, tubuh beliau itu terhenti, mendadak bergetar dan lunglai terjatuh di pelataran masjid, beliau tak mampu berdiri lagi dan merangkak menuju pusara Nabi Muhammad SAW guna menguras isi hatinya.
Sy Zainab ra membuat acara peringatan Arbain, seluruh penduduk Madinah hadir dan menangisi Al-Husain As.

Yazid mendengar dan merasa khawatir lalu bersurat kepada Walid gubernur Madinah, yang kemudian mengusir sy Zainab ra dari Madinah, pergi ke Mesir. Sy Syaharbanu ra istri Imam Husain As menuju kemakam Rasulullah SAW, menangis, mengadu:

Benar sabdamu ya Rasulullah bahwa: Ahlul Baitmu padanan Al- Qur’an yang tak dapat dipisahkan. Dahulu di Shiffin pasukan Muawiyah menancapkan AlQur’an di ujung tombak untuk melanggengkan kekuasaannya. Kini di Karbala pasukan Yazid bin Muawiyah menancapkan kepala Husainmu, Ahlul Baitmu diujung tombak pula demi melanggengkan kekuasaannya. Dan sempurnalah kekejian Bani Umaiyah terhadap Bani Hasyim….

Benar sabdamu ya Rasulullah…. Kesyahidan Al-Husain membuat tiara di dalam hati orang orang beriman yang tidak akan pernah padam untuk selama-lamanya. Ya Rasulullah… doakan aku segera menyusulnya… Demi Allah… Aku tak sanggup hidup lagi…

Sy Syaharbanu memohon kepada kerabatnya untuk segera membongkar atap rumahnya, sambil menangis Imam Ali Zainal Abidin As bersabda:

ZA : ” Duhai ibuku…Bila atap rumah ini dibongkar maka engkau akan wafat oleh sengatan panasnya matahari Bu…”
Ibu: ” Aku telah menyaksikan ayahmu selalu terkena sengatan matahari dalam keadaan haus dan lapar dipaksa untuk berperang dan wafat kehausan…. Apakah aku akan lari dari sengatan matahari nak.? Keinginanku segera wafat nak… Dan engkau ku titipkan kepada Allah SWT… Maafkan… maafkan ibu nak… Aku tak dapat melupakan saat ayahmu ditelungkupkan nak… Semoga Allah memberikan ketabahan kepadamu nak.”

Semakin lama semakin banyak yang meminangnya, akan tetapi setiap pinangan yang hadir, bagai tusukan duri di hatinya. Setahun kemudian Syaharbanu wafat. Inna Lillahi w a inna Ilaihi rojiun…

Kita telah mengetahui sekelumit perjuangan, penderitaan Ahlul Kisa’ As yang sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

” Tiada penderitaan [ujian] seorang Nabipun seperti penderitaanku dan tiada penderitaan sebuah keluarga pun seperti penderitaan keluargaku.

Tiada Zat Semulia Allah SWT
Tiada Malaikat semulia Jibril As
Tiada Kitab semulia Al-Qur’an
Tiada Nabi semulia Nabi Muhammad SAW
Tiada Insan semulia Ahlul Bait As.


Al-Hasan dan Al-Husain yang benihnya ditanam oleh Rasulullah SAW dan tunasnya terpelihara di istana ke-Nabian dan di taman ke Imaman hingga berbunga dengan aroma semerbak keharumannya. Harum kebenaran Ilahi di atmosfer akidah Islami. Penyejuk mata dan hati bagi Sang Nabi.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW naik di atas mimbar dalam keadaan sedih meletakkan telapak tangan kanannya di kepala Al- Hasan dan yang kiri di kepala Al-Husain lalu bersabda:
” Ya Allah…. Sesungguhnya aku adalah hamba dan Rasul-Mu.. dua anak ini adalah keturunanku yang terbaik dan utama yang aku tinggalkan di tengah umatku, Jibril As telah memberitahuku bahwa keduanya akan diburu dan dibunuh dengan racun dan pedang.
Ya Allah…. Berkahilah ia dalam kesyahidannya dan jadikanlah dia penghulu para Syuhada….

Rasulullah SAW saat mengimami shalat Isya’ dalam sujudnya sangat lama, setelah shalat Sahabat bertanya mengapa saat sujud tadi sangat lama ya Rasulullah…? Rasul SAW: ” Husain naik dipunggungku, aku biarkan sampai ia turun sendiri…! ”

Rasulullah SAW memberikan manisan lebih banyak kepada salah seorang teman Al-Husain As, saat Al-Husain bertanya, maka Rasulullah SAW bersabda:

” Temanmu yang satu itu lebih mencintaimu ya Al-Husain…

Pada acara Arbain para penyair dari berbagai daerah bahkan luar negeri berdatangan dengan mempersiapkan syair-syairnya untuk dibaca pada acara tersebut, sangat banyak yang membawakan syairnya secara bergantian, tidak terhitung banyaknya penyair yang pingsan pada saat membaca syairnya itu. Ada seorang pemuda belia yang rupawan naik keatas panggung sambil membawa secarik keatas cukup lama dia berada di atas panggung karena perasaan cintanya kepada Al- Husain As pemuda itu tak mampu berucap pandangan matanya mengarah ke atas tubuh dan bibirnya bergetar dari sela-sela bibirnya keluar suara ” Yaa Husain…” lalu pingsan.

Syair pujian Khalil Gibran untuk Imam Husain as:
” Kesyahidan yang dipersembahkan oleh Al-HusainAs mengajarkan kepada manusia bagaimana dari keadaan teraniaya bisa meraih kemenangan.”

Mahatma Gandhi yang beragama Hindu dari India:
” Kesyahidan Husain itu mengajarkan kepada jiwa bagaimana ia menyalakan, berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa mencerahkan yang utama dan prinsip-prinsip yang luhur, sehingga interaksinya menggoncangkan tabiat, seperti kegoncangan yang jatuh cinta yang kacau pikirannya karena mengingat rupa kekasihnya, kemudian ia mengekalkannya dalam kalam, syair, dan keindahan, hingga catatan itu di abadikan oleh sejarah. Hal itu agar menjadi biografi yang paling kekal bagi kesyahidan yang paling agung ini, dan agar menjadi seindah-indah ucapan untuk sesempurna sempurna bentuknya.”

(Tafsir-Tematis/Kampung-Sufi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: