Pesan Rahbar

Home » » Syiah Kloningan Yahudi Yang Sebenarnya Berasal Dari Yasir Al-Habib Dari Inggris (Syiah Versi Amerika). Berikut Jawaban Dari Kami Untuk Voa-Islam, Syiah Indonesia Dll

Syiah Kloningan Yahudi Yang Sebenarnya Berasal Dari Yasir Al-Habib Dari Inggris (Syiah Versi Amerika). Berikut Jawaban Dari Kami Untuk Voa-Islam, Syiah Indonesia Dll

Written By Unknown on Sunday 8 May 2016 | 00:38:00

Ulama Syiah Merayakan Hari Raya Pengutukan Aisyah RA? Syeikh Yasser Al Habib Bukan Syiah, Tetapi Anjing Antek-Antek CIA dari Amerika yang menyamar jadi Syiah

Ulama Syiah Merayakan Hari Raya Pengutukan Aisyah RA ? YouTube- Syeikh Yasser Al Habib preman jalanan yang dilatih CIA ! CIA adalah kawanan pendukung wahabi.. Wahabi dan CIA tukang adu domba !

Baru-baru ini, kes laknat menjadi isu besar semula akibat perbuatan Syeikh Yasser Al Habib.

Syeikh Yasser Al Habib bukan ulama syi’ah muktabarah ! dia cuma preman jalanan yang dilatih CIA ! CIA adalah kawanan pendukung wahabi.. Wahabi dan CIA tukang adu domba !.

inilah video hasil kerjasama Wahabi dan CIA:


Syeikh Yasser Al Habib bukan ulama syi’ah muktabarah ! dia cuma preman jalanan yang dilatih CIA ! CIA adalah kawanan pendukung wahabi.. Wahabi dan CIA tukang adu domba !


Psychotic hatred displayed by Syeikh Yasser Al Habib , dia bukan ulama syi’ah muktabarah ! dia cuma preman jalanan yang dilatih CIA ! CIA adalah kawanan pendukung wahabi.. Wahabi dan CIA tukang adu domba !
__________________________________________

Sayid Hasan Nasrallah Menanggapi Yaser Habib


Sayid Ali Khamene'i: Haram Menghina Istri Nabi dan Simbol Ahlussunnah

Informasi ini sangat layak untuk dibaca dan dijadikan sebagai bahan renungan (khususnya muqallid Sayid Ali Khamenei dan pengikut mazhab Syiah umumnya) sekaligus alasan untuk mengevaluasi diri kita masing-masing dalam melaksanakan taklif terutama dalam bidang dakwah dan interaksi antarsesama. Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Spiritual dari Iran, menerbitkan sebuah fatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap Istri Nabi, Ummul Mukminin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) kaum Ahlussunnah.

Fatwa Khamenei ini dapat dapat dianggap sebagai fatwa paling mutakhir dan menempati posisi terpenting dalam rangkaian reaksi-reaksi luas kalangan Syiah sebagai kecaman terhadap pelecehan yang dilontarkan oleh (seseorang bernama) Yasir al-Habib terhadap Siti Aisyah ra. Sebelumnya puluhan pemuka agama di kalangan Syiah di Arab Saudi, negara-negara Teluk dan Iran telah mengecam dengan keras pernyataan-pernyataan dan setiap keterangan yang menghina Siti Aisyah atau salah satu istri Nabi termulia saw.


Jawaban Imam Khamenei:

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.

Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.


Lalu, Siapa Yasser al-Habib?

Pernah, seorang pengunjung blog berkomentar mengenai tidak mungkinnya persatuan Syiah dan suni karena masih adanya caci-maki terhadap sahabat dan istri Nabi. Dalam komentarnya, dia juga memberi link sebuah video di YouTube untuk "membuktikan" klaim tersebut. Saya buka video tersebut dan tulisan di awal video adalah "YASIR AL-HABIB, di antara ulama Syiah yang terkemuka di abad 20."

Saya membalas komentarnya begini, "Yasir Al-Habib? Ulama terkemuka abad 20? Terlalu berlebihan. Saya kasih contoh yang terkemuka: Ayatullah Khamenei, Ayatullah Sistani, Syekh Subhani, Husein Fadhlullah, dll." Jadi, siapa Yasir Al-Habib?

Yasser al-Habib, begitu transliterasi dalam bahasa Inggrisnya, dilahirkan di Kuwait pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama "terkemuka". Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait. Pandangannya dalam agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummulmukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003. Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukuman selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait.

Karena tidak mendapat izin dari pemerintah untuk tinggal di Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris. Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, entah bagaimana organisasinya semakin "makmur". Punya kantor, koran, hauzah, majelis, yayasan dan juga website sendiri. Karena perkembangannya yang cepat inilah muncul kecurigaan bantuan dana dari pemerintah Inggris. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser Al-Habib ditangkap namun ditolak oleh Interpol.

Hubungannya dengan Mesir, Iran, dan sebagian besar ulama Syiah nampaknya tidak harmonis. Dalam situsnya, ia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei, bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja'. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser Al-Habib sangat tidak merepresentasikan mayoritas ulama Syiah yang menghendaki persatuan dan perbaikan umat muslim. Tidak adil jika Anda mengutip pendapatnya dan menuliskan bahwa itu adalah pandangan (mayoritas) pengikut Syiah, padahal hanyalah pandangan pribadinya. Informasi lain yang patut dibaca dan diketahui adalah mengenai rancangan CIA dalam menciptakan "ulama-ulama" palsu dikalangan Sunni dan Syi'ah agar perpecahan terus terjadi dan menjadikan Umat Islam lemah.
________________________________________

Syeikh Yasser Al Habib membuat penghinaan bersifat peribadi ke atas simbol-simbol AhlulSunnah. Bagaimanapun keributan itu akhirnya dipadamkan atau berjaya diredakan dengan pengeluaran fatwa menghina peribadi-peribadi ini oleh Ayatollah Ali Khamenei.

























Imam Khamenei.

Imam Sayyed Ali Khamenei Pemimpin Agung Iran menerbitkan sebuah fatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap istri Nabi, Ummul Mu’minin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) Ahlussunnah wal Jamaah.

Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Spiritual dari Iran, menerbitkan sebuah fatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap istri Nabi, Ummulmukminin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljemaah.Hal itu tertera dalam jawaban atas istifta’ (permohonan fatwa) yang diajukan oleh sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, Arab Saudi, menyusul penghinaan yang akhir-akhir ini dilontarkan seorang pribadi tak terpuji bernama Yasir al-Habib yang berdomisili di London terhadap istri nabi, Aisyah.

Para pemohon fatwa menghimbau kepada Sayid Khamenei menyampaikan pandangannya terhadap “penghujatan jelas dan penghinaan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan terhadap istri Rasul saw., Aisyah.”Menjawab hal itu, Khamenei mengatakan, “…diharamkan melakukan penghinaan terhadap (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljemaah apalagi melontarkan tuduhan terhadap istri nabi saw. dengan perkataan-perkataan yang menodai kehormatannya, bahkan tindakan demikian haram dilakukan terhadap istri-istri para nabi terutama penghulu mereka Rasul termulia.”. Fatwa Khamenei ini dapat dapat dianggap sebagai fatwa paling mutakhir dan menempati posisi terpenting dalam rangkaian reaksi-reaksi luas kalangan Syiah sebagai kecaman terhadap pelecehan yang dilontarkan oleh (seseorang bernama) Yasir al-Habib terhadap Siti Aisyah ra. Sebelumnya puluhan pemuka agama di kalangan Syiah di Arab Saudi, negara-negara Teluk dan Iran telah mengecam dengan keras pernyataan-pernyataan dan setiap keterangan yang menghina Siti Aisyah atau salah satu istri Nabi termulia saw.
___________________________________________

Konspirasi Anti-Syiah dan Adu Domba CIA.

Sebuah buku berjudul “A Plan to Divide and Destroy the Theology” telah terbit di AS. Buku ini berisi wawancara detail dengan Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA. Dalam wawancara ini diungkapkan hal-hal yang sangat mengejutkan. Dikatakan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta US dollar untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Dr. Michael Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan.

Tampaknya dalam rangka balas dendam, ia membongkar rencana-rencana rahasia CIA ini. Brant berkata bahwa sejak beberapa abad silam dunia Islam berada di bawah kekuasaan negara-negara Barat. Meskipun kemudian sebagian besar negara-negara Islam ini sudah merdeka, akan tetapi negara-negara Barat tetap menguasai kebebasan, politik, pendidikan, dan budaya mereka, terutama sistem politik dan ekonomi mereka. Oleh sebab itu, meski telah merdeka dari penjajahan fisik, mereka masih banyak terikat kepada Barat.

Pada tahun 1979, kemenangan Revolusi Islam telah menggagalkan politik-politik kami. Pada mulanya Revolusi Islam ini dianggap hanya sebagai reaksi wajar dari politik-politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, kami (AS) akan menempatkan lagi orang-orang kami di dalam pemerintahan Iran yang baru, sehingga kami akan dapat melanjutkan politik-politik kami di Iran.

Setelah kegagalan besar AS dalam dua tahun pertama (dikuasainya Kedubes AS di Tehran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas) dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Islam Iran di kalangan Syiah di berbagai negara–terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan—akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara ini.

Dalam pertemuan tersebut, kami sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya bahwa Revolusi Islam Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran. Tetapi, terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya kepemimpinan politik marja’iyah (kepemimpinan agama) dan syahidnya Husain, cucu Rasulullah, 1400 tahun lalu, yang hingga kini masih tetap diperingati oleh kaum Syiah melalui upacara-upacara kesedihan secara luas. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding muslimin lainnya.

Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapi Syiah. Bujet awal sebesar 40 juta US dolar juga telah disediakan. Untuk penyempurnaan proyek ini, ada tiga tahap program:
1. Pengumpulan informasi tentang Syiah, markas-markas dan jumlah lengkap pengikutnya.
2. Program-program jangka pendek: propaganda anti-Syiah, mencetuskan permusuhan dan bentrokan besar antara Syiah dan Sunni dalam rangka membenturkan Syiah dengan suni yang merupakan mayoritas muslim, lalu menarik mereka (kaum Syiah) kepada AS.
3. Program-program jangka panjang: demi merealisasikan tahap pertama, CIA telah mengutus para peneliti ke seluruh dunia, di mana enam orang dari mereka telah diutus ke Pakistan, untuk mengadakan penelitian tentang upacara kesedihan bulan Muharram.

Para peneliti CIA ini harus mendapatkan jawaban bagi soal-soal berikut:
1. Di kawasan dunia manakah kaum Syiah tinggal, dan berapa jumlah mereka?
2. Bagaimanakah status sosial-ekonomi kaum Syiah, dan apa perbedaan-perbedaan di antara mereka?
3. Bagaimanakah cara untuk menciptakan pertentangan internal di kalangan Syiah?
4. Bagaimanakah cara memperbesar perpecahan antara Syiah dan suni?
5. Mengapa mereka kuatir terhadap Syiah?

Dr. Michael Brant berkata bahwa setelah melalui berbagai polling tahap pertama dan setelah terkumpulnya informasi tentang pengikut Syiah di berbagai negara, didapat poin-poin yang disepakati, sebagai berikut:

Para marja’ Syiah adalah sumber utama kekuatan mazhab ini, yang di setiap zaman selalu melindungi mazhab Syiah dan menjaga sendi-sendinya. Dalam sejarah panjang Syiah, kaum ulama (para marja’) tidak pernah menyatakan baiat (kesetiaan) kepada penguasa yang tidak Islami. Akibat fatwa Ayatullah Syirazi, marja’ Syiah saat itu, Inggris tidak mampu bertahan di Iran.

Di Irak yang merupakan pusat terbesar ilmu-ilmu Syiah, Saddam dengan segala kekuatan dan segenap usaha tidak mampu membasmi Syiah. Pada akhirnya, ia terpaksa mengakhiri usahanya itu. Ketika semua pusat ilmu lain di dunia selalu mengambil langkah beriringan dengan para penguasa, Hauzah Ilmiyah Qom justru menggulung singgasana kerajaan tirani Syah. Di Lebanon, Ayatullah Musa Shadr memaksa pasukan militer Inggris, Perancis, dan Israel melarikan diri. Keberadaan Israel juga terancam oleh sang Ayatullah dalam bentuk Hizbullah.

Setelah semua penelitian ini, kami sampai pada kesimpulan bahwa berbenturan langsung dengan Syiah akan banyak menimbulkan kerugian, dan kemungkinan menang atas mereka sangat kecil. Oleh sebab itu, kami mesti bekerja di balik layar. Sebagai ganti slogan lama Inggris: “Pecah-belah dan Kuasai” (Divide and Rule), kami memiliki slogan baru: “Pecah-belah dan Musnahkan” (Divide and Annihilate).

Rencana mereka sebagai berikut:
1. Mendorong kelompok-kelompok yang membenci Syiah untuk melancarkan aksi-aksi anti-Syiah.
2. Memanfaatkan propaganda negatif terhadap Syiah, untuk mengisolasi mereka dari masyarakat muslim lainnya.
3. Mencetak buku-buku yang menghasut Syiah.
4. Ketika kuantitas kelompok anti-Syiah meningkat, gunakan mereka sebagai senjata melawan Syiah (contohnya: Taliban di Afghanistan dan Sipah-e Sahabah di Pakistan).
5. Menyebarkan propaganda palsu tentang para marjak dan ulama Syiah.

Orang-orang Syiah selalu berkumpul untuk memperingati tragedi Karbala. Dalam peringatan itu, seorang akan berceramah dan menguraikan sejarah tragedi Karbala, dan hadirin pun mendengarkannya. Lalu mereka akan memukul dada dan melakukan “upacara kesedihan” (azadari). Penceramah dan para pendengar ini sangat penting bagi kita. Karena, azadari-azadari seperti inilah yang selalu menciptakan semangat menggelora kaum Syiah dan mendorong mereka untuk selalu siap memerangi kebatilan demi menegakkan kebenaran. Untuk itu:
1. Kita harus mendapatkan orang-orang Syiah yang materialistis dan memiliki akidah lemah, tetapi memiliki kemasyhuran dan kata-kata yang berpengaruh. Karena, melalui orang-orang inilah kita bisa menyusup ke dalam upacara-upacara azadari (wafat para imam ahlulbait).
2. Mencetak atau menguasai para penceramah yang tidak begitu banyak mengetahui akidah Syiah.
3. Mencari sejumlah orang Syiah yang butuh duit, lalu memanfaatkan mereka untuk kampanye anti-Syiah. Sehingga, melalui tulisan-tulisan, mereka akan melemahkan fondasi-fondasi Syiah dan melemparkan kesalahan kepada para marjak dan ulama Syiah.
4. Memunculkan praktik-praktik azadari yang tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran Syiah yang sebenarnya.
5. Tampilkan praktik azadari (seburuk mungkin), sehingga muncul kesan bahwa orang-orang Syiah ini adalah sekelompok orang dungu, penuh khurafat, yang di bulan Muharram melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain.
6. Untuk menyukseskan semua rencana itu harus disediakan dana besar, termasuk mencetak penceramah-penceram ah yang dapat menistakan praktik azadari. Sehingga, mazhab Syiah yang berbasis logika itu dapat ditampilkan sebagai sesuatu yang tidak logis dan palsu. Hal ini akan memunculkan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.
7. Jika sudah demikian, tinggal kita kerahkan sedikit kekuatan untuk membasmi mereka secara tuntas.
8. Kucurkan dana besar untuk mempropagandakan informasi palsu.
9. Berbagai topik anti-marja’iah harus disusun, lalu diserahkan kepada para penulis bayaran untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Marja‘iah, yang merupakan pusat kekuatan Syiah, harus dimusnahkan. Akibatnya, para pengikut Syiah akan bertebaran tanpa arah, sehingga mudah untuk menghancurkan mereka.
________________________________________

Lalu, Siapa Yasser al-Habib?
Pernah, seorang pengunjung blog berkomentar mengenai tidak mungkinnya persatuan Syiah dan suni karena masih adanya caci-maki terhadap sahabat dan istri Nabi. Dalam komentarnya, dia juga memberi link sebuah video di YouTube untuk “membuktikan” klaim tersebut. Saya buka video tersebut dan tulisan di awal video adalah “YASIR AL-HABIB, di antara ulama Syiah yang terkemuka di abad 20.”

Saya membalas komentarnya begini, “Yasir Al-Habib? Ulama terkemuka abad 20? Terlalu berlebihan. Saya kasih contoh yang terkemuka: Ayatullah Khamenei, Ayatullah Sistani, Syekh Subhani, Husein Fadhlullah, dll.” Jadi, siapa Yasir Al-Habib?

Yasser al-Habib, begitu transliterasi dalam bahasa Inggrisnya, dilahirkan di Kuwait pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama “terkemuka”. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait.

Pandangannya dalam agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummulmukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003. Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukuman selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait.

Karena tidak mendapat izin dari pemerintah untuk tinggal di Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris. Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, entah bagaimana organisasinya semakin “makmur”. Punya kantor, koran, hauzah, majelis, yayasan dan juga website sendiri. Karena perkembangannya yang cepat inilah muncul kecurigaan bantuan dana dari pemerintah Inggris. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser Al-Habib ditangkap namun ditolak oleh Interpol.

Hubungannya dengan Mesir, Iran, dan sebagian besar ulama Syiah nampaknya tidak harmonis. Dalam situsnya, ia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas, Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei, bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser Al-Habib sangat tidak merepresentasikan mayoritas ulama Syiah yang menghendaki persatuan dan perbaikan umat muslim. Tidak adil jika Anda mengutip pendapatnya dan menuliskan bahwa itu adalah pandangan (mayoritas) pengikut Syiah, padahal hanyalah pandangan pribadinya. Artikel lain yang patut dibaca mengenai rancangan CIA dalam menciptakan “ulama-ulama” palsu.
__________________________________

Jawaban Untuk Voa-Islam: Yasser Habib Kok Didengar?!


Yasser Habib: Ulama yang Bukan Ulama

Voa- Islam menulis:
“Dalam sebuah video yang diunggah di youtube, Yasir Habib menuntum seorang untuk masuk agama syiah dengan syahadat yang berbeda. Pada kesempatan itu ia mengakui bahwa sebagaian syiah tidak tasyayyu’ haqiqi, namun tasyayyu’ siyasi. Dan tidak mengherankan, karena syiah imamiyyah memiliki akidah taqiyyah untuk menyembunyikan akidahnya. Memang ada ulama syiah yang jelas-jelas tidak mencela sahabat seperti Syaikh Fazlullah. Namun beliau pun menjadi bahan “serang” oleh ulama-ulama syiah lain. Maka silahkan lihat ulama-ulama syiah saling menghujat dan bahkan mengkafirkan”


Jawaban kami:

Pertama, emang siapa tuh Yasser Habib? Dalam penelitian ilmiah ‘sekuler’-pun, kita musti merujuk pendapat para pakar, bukan orang di pinggir jalan. Contohnya, apa mungkin meneliti masalah sistem politik Indonesia dengan merujuk pendapat penjual tahu di pasar? Tentu tidak, kita musti mencari narasumber yang sudah diakui kepakaran, misalnya ilmuwan politik dari LIPI. Apalagi masalah agama.

Dalam mazhab Syiah, yang dianggap ‘pakar’ dan rujukan yang valid adalah para Ayatullah (sudah setingkat profesor), dan posisi tertinggi di antara mereka adalah Rahbar atau Wali Faqih, yaitu Ayatullah Al Uzhma, Sayyid Ali Khamenei. Beliau mengatakan, “Syiah yang dipropagandakan melalui media massa London dan Amerika dengan target memecah belah umat tidaklah berada di jalur Syiah yang sesungguhnya.”

Nah, siapa itu yang dimaksud ‘propagandis Syiah dari London’ ? Tak lain, Yasser Habib.


Kedua, Mari Kenalan Dulu dengan Yasser al-Habib

Dia dilahirkan di Kuwait pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama “terkemuka”. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait, artinya tidak ada latar belakang keilmuan hauzah ilmiah. Pandangannya dalam agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummul Mukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.

Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukuman selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait. Karena tidak mendapat izin dari pemerintah untuk tinggal di Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.

Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, entah bagaimana organisasinya semakin “makmur”. Punya kantor, koran, hauzah (semacam pesantren), majelis, yayasan dan juga website sendiri. Karena perkembangannya yang cepat inilah muncul kecurigaan bantuan dana dari pemerintah Inggris. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser Al-Habib ditangkap namun ditolak oleh Interpol.

Hubungan Yasser Habib dengan Mesir, Iran, dan sebagian besar ulama Syiah nampaknya tidak harmonis. Dalam situsnya, ia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei, bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser Al-Habib sangat tidak merepresentasikan mayoritas ulama Syiah yang menghendaki persatuan dan perbaikan umat muslim. Tidak adil jika Anda mengutip pendapatnya dan menuliskan bahwa itu adalah pandangan (mayoritas) pengikut Syiah, padahal hanyalah pandangan pribadinya. Dan karena itu kita perlu waspada dan mengetahui mengenai rancangan CIA dalam menciptakan “ulama-ulama” palsu.

Ayatullah Makarim Shirazi: Yasser Al Habib itu Tidak Tahu Apa-apa, dan Wahabi Lebih Bodoh Lagi


Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al-Uzhma Makarim Shirazi dalam perkuliahannya (tanggal 3/10) menyikapi munculnya fitnah terbaru yang dihadapi umat Syiah dengan keberadaan Yasser al Habib yang mengatasnamakan Syiah telah melakukan penghinaan terhadap istri Nabi Ummul Mukminin Aisyah ra. Beliau berkata, “Apakah kamu mendengar ada seseorang yang tidak tahu apa-apa namun menyebut diri sebagai ulama Syiah yang sekarang menetap di London yang telah mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sepantasnya disematkan kepada istri Nabi saww?”

Beliau menegaskan bahwa individu tersebut (Yasser Habib-red) tidak layak mengatasnamakan diri sebagai ulama Syiah sebab tidak memiliki kapasitas apa-apa, “Orang itu memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu adalah ulama-ulama Wahabi yang bersandar dengan ucapan-ucapan Yasser dengan mengatakan, “Syiah telah menampakkan hakekat aslinya.” Ini menunjukkan mereka berdalil dengan sesuatu yang tidak logis sebab hanya menyandarkan pendapatnya pada satu orang yang tidak dikenal, dan tidak bersandar pada pendapat ulama-ulama Syiah lainnya. Saya menulis sekitar 140 kitab mengenai aqidah, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya dan tidak satupun dalam kitab saya, saya menulis penghinaan terhadap istri Nabi, sementara Yasser tidak menghasilkan karya apapun dan berbicara tanpa sanad.”

Ulama besar yang merupakan marja taklid (ulama yang diikuti fatwa-fatwanya) dalam dunia Syiah ini melanjutkan, “Kami mengatakan bahwa ucapan orang tersebut adalah perkataan buruk dan bohong besar, dan ia tidak tahu apa-apa namun ulama-ulama Wahabi justru bersandar pada ucapannya. Ada kemungkinan ceramah-ceramah tidak senonoh dari orang yang bermukim di London ini adalah sebuah konspirasi, dan Wahabi yang berada di Hijaz memanfaatkan ceramah-ceramah itu untuk merusak citra Syiah dan menimbulkan kebingungan di kalangan umat Islam sampai mereka mendapatkan keuntungan pribadi dari tipu muslihat ini.”

Ayatullah Shirazi melanjutkan, “Di antara syubhat lainnya, yang ulama-ulama Wahabi lontarkan, mereka berkata, kalau memang perbuatan Yasser tersebut sesuatu yang terlaknat lantas mengapa Ayatullah-ayatullah kalian tidak mengatakan apa-apa? Mereka melontarkan syubhat tersebut dengan terus bertanya padahl kami telah mengutuk perbuatan tersebut dan mengatakan bahwa kita tidak mengenal bentuk penghinaan apapun terhadap istri-istri Nabi, yang kita tahu, penghinaan terhadap istri-istri Nabi sama halnya menghina Nabi sendiri.”

“Apakah Wahabi lupa mengenai fatwa mati Imam Khomeini terhadap Salman Rusdi yang telah menghina Islam dan menyatakan bahwa ia telah murtad dari Islam? Apa mereka ulama-ulama Wahabi itu tidak mengetahui bahwa Salman Rusdi dalam buku Ayat-ayat Syaitan-nya itu bukan hanya menghina Nabi namun juga melakukan penghinaan terhadap istri-istri Nabi tetapi mengapa mereka berdiam saja dan tidak mengeluarkan kutukan apapun terhadap Salman Rusdi sementara Imam Khomeini melakukannya? Ini menunjukkan bahwa mereka bukan ahli logika dan tidak lagi mampu berpikir sehat. Berseberangan dengan mereka, di antara ulama-ulama Sunni mengetahui fatwa-fatwa dan pengecaman kami (ulama-ulama Syiah) dan mereka menyatakan kegembiraannya dengan itu,” tegasnya.

Ayatullah Shirazi di akhir pembicaraannya mengatakan, “Kita harus lebih waspada dan berhati-hati dalam setiap diskusi dan dialog, jawablah setiap pertanyaan dengan dalil dan hujjah yang tegas, dengan argumen-argumen yang sehat dan kuat dan jangan melakukan hal-hal yang dapat memicu perselisihan dan semakin memperlebar jurang perpecahan. Saya yakin umat Islam pada akhirnya akan bergandengan tangan satu sama lain dan tidak terjebak dalam fitnah perpecahan yang gencar dihembuskan musuh-musuh Islam.”


Yasser al-Habib Salah Kostum

Penampilan Yasser al Habib memang seperti ulama: ia menggunakan pakaian yang merupakan ciri khas pakaian ulama Syiah. Namun sesungguhnya itu adalah pakaian khusus yang hanya boleh dikenakan oleh lulusan atau alumni dari Hauzah Ilmiyah; padahal Yasser bukanlah lulusan Hauzah Ilmiyyah manapun.

Yasser al Habib selama bulan Ramadhan kemarin dengan provokatif mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu pertikaian dengan menyematkan hal-hal yang tidak pantas kepada Ummul Mukminin Aisyah. Ulama-ulama Syiah dari Arab Saudi dan Kuwait di antaranya, Syaikh Amri, Syaikh Husain Mu’tawaq, Syaikh Hasan Safaar, Syaikh Al al-Muhsin, Syaikh Hasyim as Salman dan lain-lain telah mengecam keras pernyataan-pernyataan Yasser al Habib yang dianggap telah melukai hati umat Islam.

Sesuatu yang mengherankan, di tengah kecaman kaum muslimin dan para ulama, baik Sunni maupun Syiah, Yasser al Habib justru mendapat perlindungan dan pembelaan dari pemerintah Inggris. Inilah yang dimaksud dengan pernyataan Ayatullah Khamenei : Syiah yang dipropagandakan melalui media massa di London maupun Amerika adalah Syiah yang tidak berada di jalur sesungguhnya. Inilah mereka yang berkedok Syiah padahal sesungguhnya antek Zionis.


Gaya Yasser Habib dan Gaya Voa-Islam

Ada fakta yang aneh tapi nyata di sini: Yasser Habib mengaku Syiah, tapi perilakunya berlawanan dengan fatwa-fatwa dan nasehat para ulama besar Syiah. Hasilnya: muncul perpecahan dan kebencian di antara kaum muslimin. Di sisi lain, Voa-Islam dan media sejenisnya selalu berkeras kepala menyebarluaskan ucapan-ucapan seorang Yasser Habib, tanpa peduli pada tabayun yang kami lakukan (dan dilakukan oleh banyak pihak lainnya). Hasilnya: kebencian dan perpecahan di tengah muslim Indonesia. Lho..lho.. kok output ‘gaya’ Yaser Habib dan Voa-Islam (dkk) sama ya? Apa mereka berada di barisan yang sama? :D

Ini bukan cuma penilaian LI lho ya… Syafi’ Alielha, pemimpin redaksi NU Online, mendampingi Direktur Eksekutif Matriks Indonesia Agus Sudibyo, pun pernah mendaftar situs-situs Islam yang menebar kebencian, “Setidaknya ada empat situs yang sangat tinggi rate-nya di dunia maya: ar-rahmah.com, dakwatuna.com, voa.islam.com, hidayatullah.com,” paparnya. http://www.muslimedianews.com/2014/03/inilah-4-situs-islam-penebar-kebencian.html#ixzz2yI7nmqpX
___________________________________________

Siapakah Yasir Habib Pencela Istri Nabi?

Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, organisasinya semakin “makmur”


Yasir Habib Orang Syi’ah Gadungan Kaki Tangan Zionis

Pernah, seorang pengunjung blog berkomentar mengenai tidak mungkinnya persatuan Syiah dan suni karena masih adanya caci-maki terhadap sahabat dan istri Nabi. Dalam komentarnya, dia juga memberi link sebuah video di YouTube untuk “membuktikan” klaim tersebut. Saya buka video tersebut dan tulisan di awal video adalah “YASIR AL-HABIB, di antara ulama Syiah yang terkemuka di abad 20.”

Saya membalas komentarnya begini, “Yasir Al-Habib? Ulama terkemuka abad 20? Terlalu berlebihan. Saya kasih contoh yang terkemuka: Ayatullah Khamenei, Ayatullah Sistani, Syekh Subhani, Husein Fadhlullah, dll.” Jadi, siapa Yasir Al-Habib?

Yasser al-Habib, begitu transliterasi dalam bahasa Inggrisnya, dilahirkan di Kuwait pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama “terkemuka”. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait, artinya tidak ada latar belakang keilmuan hauzah ilmiah. Pandangannya dalam agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummulmukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.

Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukuman selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait. Karena tidak mendapat izin dari pemerintah untuk tinggal di Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.

Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, organisasinya semakin “makmur”. Punya kantor, koran, hauzah (semacam pesantren), majelis, yayasan dan juga website sendiri. Karena perkembangannya yang cepat inilah muncul kecurigaan bantuan dana dari pemerintah Inggris. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser Al-Habib ditangkap namun ditolak oleh Interpol.

Hubungannya dengan Mesir, Iran, dan sebagian besar ulama Syiah nampaknya tidak harmonis. Dalam situsnya, ia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas, Imam Khomeini dan Ayatullah Ali Khamenei, bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser Al-Habib sangat tidak merepresentasikan mayoritas ulama Syiah yang menghendaki persatuan dan perbaikan umat muslim. Tidak adil jika Anda mengutip pendapatnya dan menuliskan bahwa itu adalah pandangan (mayoritas) pengikut Syiah, padahal hanyalah pandangan pribadinya. Dan karena itu kita perlu waspada dan mengetahui mengenai rancangan CIA dalam menciptakan “ulama-ulama” palsu.
________________________________________

Yasser Al Habib Syi'ah Sesat Piaraan Zionis Inggris yg Disebar Wahabi dan Sayid Hasan Nasrullah Tuduh Yasir Al Habib Binaan Zionis Inggris


Penghinaan thd sahabat dilakukan Syi’ah Takfiri binaan Inggris: Yassir Al Habib yg videonya banyak disebar. Ada pun ulama Syi’ah mainstream mengharamkan penghinaan tsb. Silahkan lihat videonya:

http://www.youtube.com/watch?v=v3zBKTv0hFs

__________________________________
Khamenei: Haram Menghina Istri Nabi dan Simbol Ahlusunah http://kabarislamia.blogspot.com/2013/04/imam-syi-ali-khamenei-dan-ahmadinejad.html
____________________________________

Imam Syi'ah Ali Khamenei dan Ahmadinejad Larang Menghina Istri dan Sahabat Nabi


Isyu penghinaan istri dan sahabat Nabi adalah satu duri dalam hubungan Muslim Sunni dgn Syi'ah. Ini adalah satu poin yang bisa menyebabkan Muslim menjadi sesat/kafir.

Meski demikian, Nabi saat istrinya Siti 'Aisyah difitnah berzina, beliau menegur dengan baik sehingga ummat Islam yg turut menyebar fitnah itu kembali ke Islam. Bukan mengkafirkan dan membunuh mereka. Dakwah dilakukan dgn Maw-izhotul Hasanah dan Bil Hikmah. Dgn baik.

Kalau ada yang menemukan orang yang menghina istri/sahabat Nabi, hendaknya diseret saja ke polisi agar dihukum berat.
______________________________________

Ahmadinejad: Siapa Menghina Sahabat Rasulullah Sekutu Musuh Islam

Ahmadinejad dan Syekh Al Azhar Ahmad Thayyib

Ahmadinejad: Siapa Menghina Sahabat Rasulullah Sekutu Musuh Islam

Presiden Ahmadinejad menandaskan, “Dari tribun ini saya tegaskan bahwa barang siapa di mana pun ia berada menghina sahabat Rasulullah saw, maka ia bukanlah seorang muslim dan tidak bergerak di atas jalan Islam. Ia tidak lebih hanyalah kaki tangan dan alat mainan musuh-musuh asing.”
http://www.ipabionline.com/2013/02/ahmadinejad-siapa-menghina-sahabat.html#ixzz2PpyAj3AN

Fatwa Para Ulama Syi'ah Larangan Mencaci Para Sahabat
http://www.shia-explained.com/my/archives/2364

Khamenei: Haram Menghina Istri Nabi dan Simbol Ahlusunah

Sanad informasi yang saya peroleh ini adalah dari note Muhsin Labib, dari Mohammad Baagil, dari AhlulBayt News Agency. Sangat layak untuk dibaca dan dijadikan sebagai bahan renungan (khususnya muqallid Sayid Ali Khamenei dan pengikut mazhab Syiah umumnya) sekaligus alasan untuk mengevaluasi diri kita masing dalam melaksanakan taklif terutama dalam bidang dakwah dan interaksi antarsesama. Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Spiritual dari Iran, menerbitkan sebuahfatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap istri Nabi, Ummulmukminin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljemaah.

Hal itu tertera dalam jawaban atas istifta’ (permohonan fatwa) yang diajukan oleh sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, Arab Saudi, menyusul penghinaan yang akhir-akhir ini dilontarkan seorang pribadi tak terpuji bernama Yasir al-Habib yang berdomisili di London terhadap istri nabi, Aisyah. Para pemohon fatwa menghimbau kepada Sayid Khamenei menyampaikan pandangannya terhadap “penghujatan jelas dan penghinaan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan terhadap istri Rasul saw., Aisyah.”

Menjawab hal itu, Khamenei mengatakan, “…diharamkan melakukan penghinaan terhadap (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljemaah apalagi melontarkan tuduhan terhadap istri nabi saw. dengan perkataan-perkataan yang menodai kehormatannya, bahkan tindakan demikian haram dilakukan terhadap istri-istri para nabi terutama penghulu mereka Rasul termulia.”

Fatwa Khamenei ini dapat dapat dianggap sebagai fatwa paling mutakhir dan menempati posisi terpenting dalam rangkaian reaksi-reaksi luas kalangan Syiah sebagai kecaman terhadap pelecehan yang dilontarkan oleh (seseorang bernama) Yasir al-Habib terhadap Siti Aisyah ra. Sebelumnya puluhan pemuka agama di kalangan Syiah di Arab Saudi, negara-negara Teluk dan Iran telah mengecam dengan keras pernyataan-pernyataan dan setiap keterangan yang menghina Siti Aisyah atau salah satu istri Nabi termulia saw. Berikut teks fatwa dalam bahasa Arab tersebut:

نص الاستفتاء: بسم الله الرحمن الرحيم سماحة آية الله العظمى السيد علي الخامنئي الحسيني دام ظله الوارف السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

تمر الامة الاسلامية بأزمة منهج يؤدي الى اثارت الفتن بين ابناء المذاهب الاسلامية ، وعدم رعا ية الأولويات لوحدة صف المسلمين ، مما يكون منشا لفتن داخلية وتشتيت الجهد الاسلامي في المسائل الحساسة والمصيرية ، ويؤدي الى صرف النظر عن الانجازات التي تحققت على يد ابناء الامة الاسلامية في فلسطين ولبنان والعراق وتركيا وايران والدول الاسلامية ، ومن افرازات هذا المنهج المتطرف طرح ما يوجب الاساءة الى رموز ومقدسات اتباع الطائفة السنية الكريمة بصورة متعمدة ومكررة .

فما هو رأي سماحتكم في ما يطرح في بعض وسائل الاعلام من فضائيات وانترنت من قبل بعض المنتسبين الى العلم من اهانة صريحة وتحقير بكلمات بذيئة ومسيئة لزوج الرسول صلى الله عليه واله ام المؤمنين السيدة عائشة واتهامها بما يخل بالشرف والكرامة لأزواج النبي امهات المؤمنين رضوان الله تعالى عليهن.

لذا نرجو من سماحتكم التكرم ببيان الموقف الشرعي بوضوح لما سببته الاثارات المسيئة من اضطراب وسط المجتمع الاسلامي وخلق حالة من التوتر النفسي بين المسلمين من اتباع مدرسة أهل البيت عليهم السلام وسائر المسلمين من المذاهب الاسلامية ، علما ان هذه الاساءات استغلت وبصورة منهجية من بعض المغرضين ومثيري الفتن في بعض الفضائيات والانترنت لتشويش وارباك الساحة الاسلامية واثارة الفتنة بين المسلمين .

ختاما دمتم عزا وذخرا للاسلام والمسلمين .

التوقيع

جمع من علماء ومثقفي الاحساء4 / شوال / 1431هـــــ

:جواب الإمام الخامنئي

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

يحرم النيل من رموز إخواننا السنة فضلاً عن اتهام زوج النبي (صلى الله عليه وآله) بما يخل بشرفها بل هذا الأمر ممتنع على نساء الأنبياء وخصوصاً سيدهم الرسول الأعظم (صلّى الله عليه وآله).

موفقين لكل خير

Berikut ini teks fatwa yang diterjemahkan oleh Ust. Muhsin Labib, dengan catatan bahwa terjemahan dilakukan (dalam bahasa) bebas. Mohon dimaafkan bila kurang pas. Semoga beliau memaafkan saya, muqallid dan pewalinya yang penuh dosa ini.


Teks Permohonan Fatwa:

Bismillahirrahmanirrahim Yang Mulia Ayatullah Al-Uzma Sayid Ali Al-Khamenei Al-Husaini Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Umat Islam mengalami krisis metode yang mengakibatkan penyebaran fitnah (cekcok) antar para penganut mazhab-mazhab Islam dan mengakibatkan diabaikannya prioritas-prioritas bagi persatuan barisan muslimin. Hal ini menjadi sumber bagi kekacauan internal dan terhamburkannya kontribusi Islam dalam penyelesaian isu-isu penting dan menentukan. Salah satu akibatnya adalah teralihkannya perhatian terhadap capaian-capaian putra-putra umat Islam di Palestina, Lebanon, Irak, Turki,Iran dan negara-negara Islam lainnya. Salah satu hasil dari metode ekstrim ini adalah tindakan-tindakan yang menjurus kepada pelecehan secara sengaja dan konstan terhadap ikon-ikon dan keyakinan-keyakinan yang diagungkan oleh para penganut mazhab suni yang kami muliakan.

Maka, bagaimanakah pendapat Yang Mulia tentang hal-hal yang dilontarkan dalam sebagian media televisi satelit dan internet oleh sebagian orang yang menyandang predikat ilmu berupa penginaan terang-terangan dan pelecehan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan istri Rasul saw., Ummulmukminin Aisyah serta menuduhkan dengan hal-hal yang menodai kehormatan dan harkat istri-istri nabi, semoga Allah Taala meridai mereka?

Karenanya, kami memohon Yang Mulia berkenan memberikan pernyataan tentang sikap syar’i secara jelas terhadap akibat-akibat yang timbul dari sensasi negatif berupa ketegangan di tengah masyarakat Islam dan menciptakan suasana yang diliputi ketegangan psikologis antar sesama muslim baik di kalangan para penganut mazhab ahlulbait maupun kaum muslimin dari mazhab-mazhab Islam lainnya, mengingat penghujatan-penghujatan demikian telah dieksploitasi secara sistematis oleh para provokator dan penebar fitnah dalam sejumlah televisi satelit dan internet demi mengacaukan dan mengotori dunia Islam dan menyebarkan perpecahan antar muslimin.

Sebagai penutup, kami berdoa semoga Yang Mulia senantiasa menjadi pusaka bagi Islam dan muslimin.

Tertanda, Sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, 4 Syawal 1431 H


Jawaban Imam Khamenei:

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.

Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.

أصدر الإمام السيد علي الخامنئي المرشد الروحي لإيران فتوى حرّم بموجبها الإساءة لزوج النبي الأكرم أم المؤمنين السيدة عائشة أو النيل من الرموز الاسلامية لأهل السنة والجماعة.

جاء ذلك في اجابة على استفتاء وجهه جمع من علماء ومثقفي الاحساء في أعقاب الإساءات الأخيرة التي وجهها شخص نکرة باسم «ياسر الحبيب» المقيم في لندن لزوجة النبي عائشة.

وكان المستفتون طالبوا السيد الخامنئي بإبداء رأيه حول ما ورد من "اهانة صريحة وتحقير بكلمات بذيئة ومسيئة لزوج الرسول ام المؤمنين السيدة عائشة".

وقال الخامنئي جوابا على ذلك "يحرم النيل من رموز إخواننا السنة فضلاً عن اتهام زوج النبي بما يخل بشرفها بل هذا الأمر ممتنع على نساء الأنبياء وخصوصاً سيدهم الرسول الأعظم ".

وتعد فتوى الخامنئي هذه الأحدث والأرفع مستوى ضمن ردود الفعل الشيعية واسعة النطاق استنكارا للاساءة التي وجهها الحبيب للسيدة عائشة.

وكان العشرات من الرموز الدينية الشيعية البارزة في السعودية والخليج وايران دانت بشدة في تصريحات وبيانات التعرض بالاساءة للسيدة عائشة أو أي من أزواج النبي الأكرم (ص).

.....................

نص الاستفتاء:

بسم الله الرحمن الرحيم

سماحة آية الله العظمى السيد علي الخامنئي الحسيني دام ظله الوارف

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ،،

تمر الامة الاسلامية بأزمة منهج يؤدي الى اثارت الفتن بين ابناء المذاهب الاسلامية ، وعدم رعا ية الأولويات لوحدة صف المسلمين ، مما يكون منشا لفتن داخلية وتشتيت الجهد الاسلامي في المسائل الحساسة والمصيرية ، ويؤدي الى صرف النظر عن الانجازات التي تحققت على يد ابناء الامة الاسلامية في فلسطين ولبنان والعراق وتركيا وايران والدول الاسلامية ، ومن افرازات هذا المنهج المتطرف طرح ما يوجب الاساءة الى رموز ومقدسات اتباع الطائفة السنية الكريمة بصورة متعمدة ومكررة .

فما هو رأي سماحتكم في ما يطرح في بعض وسائل الاعلام من فضائيات وانترنت من قبل بعض المنتسبين الى العلم من اهانة صريحة وتحقير بكلمات بذيئة ومسيئة لزوج الرسول صلى الله عليه واله ام المؤمنين السيدة عائشة واتهامها بما يخل بالشرف والكرامة لأزواج النبي امهات المؤمنين رضوان الله تعالى عليهن.

لذا نرجو من سماحتكم التكرم ببيان الموقف الشرعي بوضوح لما سببته الاثارات المسيئة من اضطراب وسط المجتمع الاسلامي وخلق حالة من التوتر النفسي بين المسلمين من اتباع مدرسة أهل البيت عليهم السلام وسائر المسلمين من المذاهب الاسلامية ، علما ان هذه الاساءات استغلت وبصورة منهجية من بعض المغرضين ومثيري الفتن في بعض الفضائيات والانترنت لتشويش وارباك الساحة الاسلامية واثارة الفتنة بين المسلمين .

ختاما دمتم عزا وذخرا للاسلام والمسلمين .

التوقيع

جمع من علماء ومثقفي الاحساء4 / شوال / 1431هـــــ

..............................

جواب الإمام الخامنئي:

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

يحرم النيل من رموز إخواننا السنة فضلاً عن اتهام زوج النبي (صلى الله عليه وآله) بما يخل بشرفها بل هذا الأمر ممتنع على نساء الأنبياء وخصوصاً سيدهم الرسول الأعظم (صلّى الله عليه وآله).

موفقين لكل خير.

ــــــــــــــــــــــــــــــ

انتهی/137 ـ 101


http://abna.ir/data.asp?lang=2&id=206704
_____________________________________________

Fatwa Para Ulama Syi’ah Larangan Mencaci Para Sahabat

http://www.shia-explained.com/my/archives/2364


Khamenei: Haram Menghina Istri Nabi dan Simbol Ahlusunah Harusnya ketimbang menyebar video Yassir, bunuh saja si Yassir yg saat ini berada di Inggris.
____________________________________ 

Mari perhatikan ciri-ciri yang terlihat dalam sehari-harinya dari Yasir Al-Habib dari syiah inggris sebagai berikut:

1. Mengucapkan: Allahummal'an aba bakar wa umar wa usman wa muawiyah wa yazid wa aisyah wa hafsyah wa hindun wa umma hakam wa khomeini wa khamenei wa ahmad ismail wa man tabiahum minal malail 'ala ila yaumiddin..

2. Mengucapkan: ALLAHUMMAL'AN SHANAMAIN QURAISY WA SHANAMAIN IRAN ILA YAUMIL QIYAMAH...

3. Mengcapkan: Allahummal'an aba bakar wa umar wa usman wa muawiyah wa yazid wa aisyah wa hafsyah wa hindun wa umma hakam wa khomeini wa khamenei wa ahmad ismail wa man tabiahum minal malail 'ala ila yaumiddin..
_____________________________________

Syiah Iran Hanya Kritik Semata, Bukan Mengkafirkannya Berikut Penjelasannnya dari Syiah Iran Sebagai Berikut:

Sikap Syiah terhadap Sahabat, Istri-Istri Nabi, dan Ahlus Sunnah

Para Khulafaur Rasyidin adalah fakta sejarah yang tidak bisa ditolak kebenarannya dan mereka juga adalah sahabat Nabi Muhammad Saw yang mulia dan, faktanya, mereka pun memiliki banyak prestasi.

Begitu juga, terkait dengan kemaslahatan umum Islam Imam Ali telah mengirim putra-putranya untuk turut serta dalam jihad dan berperang membela Islam dengan mereka dan para tentara Islam.

Memang Syiah berpendapat bahwa Imam Ali lebih berhak atas khilafah sebagai penerus Rasulullah Saw. Meski demikian, hal ini tidak menghalangi para pengikut Syiah untuk memberikan apresiasi terhadap prestasi para khilafah ini dan memberikan penghormatan yang layak kepada mereka.

Bahkan, dalam sebuah konferensi di London pada tahun 1985, Majma’ Taqrib Bayn Al-Madzahib—yang dipimpin oleh Ayatullah Mahdi Al-Hakim, menyatakan bahwa Syiah mengakui kekhalifahan tiga khalifah sebelum Imam Ali (secara de facto ).


Sikap Syiah terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah

Pertama , beliau adalah istri Nabi Muhammad Saw sehingga beliau sangat layak untuk dihargai dan dihormati. Untuk membuktikan hal ini cukuplah kita merujuk kepada pemahaman Syiah terkait ayat Ifk yang ada di dalam Al-Quran Al-Karim.

Dalam hal ini para mufassir Syiah sangat menjaga kemuliaan kedudukan ‘Aisyah sebagai salah seorang istri Nabi Saw dan Ummul Mukminin.

Untuk keperluan ini, silakan rujuk buku-buku penulis biografi atau pendapat dari orang-orang yang mengatakan adanya fitnah Ifk ini, maka tidak akan ditemukan satu sumber pun yang sahih di kalangan Syiah yang membenarkan terjadinya peristiwa ini. Karena kedudukannya sebagai istri Nabi ini, kehormatan dan kemuliaan beliau harus kita jaga.

Begitu juga, Syiah sepenuhnya mengikuti Imam Ali a.s. yang mengatakan: “Beliau telah menyucikan sandalnya, bagaimana mungkin beliau tidak menyucikan kehormatan istrinya.”

Selanjutnya, meski menolak sikap Ummul Mukminin yang memerangi Imam Ali a.s. sebagai khalifah yang sah, Syiah sangat memuliakan dan menghormati beliau. Syiah berpendapat, siapa saja yang menghina istri Nabi Saw maka dia telah berlepas diri dari Allah dan Rasul-Nya.

Mereka belajar dari kenyataan bahwa, dalam Perang Jamal pun, Imam Ali a.s. telah mengingatkan secara khusus kewajiban memastikan keselamatan Ummul Mukminin ‘Aisyah dan bahkan mengirimkan sebanyak dua puluh orang pembantu kepada beliau untuk mengurusi segala kebutuhannya.

Belakangan ini, sebuah fatwa yang tegas telah dikeluarkan oleh Ayatullah Ali Khamene’i, pemimpin spiritual (rahbar ) Syiah di Iran berkenaan dengan masalah ini:

“Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, Ahlus Sunnah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi Saw dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri-istri para Nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia Saw.”

Demikian pula, Marja Besar Syiah Iran, Ayatullah Naser Makarim Shirazi, seraya menuduh orang-orang yang mengaku Syiah yang mengutuk sahabat yang dihormati Ahlus Sunnah dan juga istri-istri Nabi Saw sebagai agen asing, menegaskan:

“Kami mengutuk segala bentuk penghinaan terhadap istri-istri Nabi Saw. Dan ulama perlu waspada dan berupaya menggagalkan konspirasi-konspirasi musuh Islam.”

Perlu pula diingat bahwa “Salah satu alasan utama Imam Khomeini menyebut Salman Rushdie sebagai orang murtad karena pada satu bagian penting buku Ayat-Ayat Setan (The Satanic Verses ) yang dia tulis, menyandangkan hal-hal yang sangat buruk kepada istri-istri Nabi Saw.” Demikian ditegaskan Ayatullah Makarim Shirazi.


Sikap Syiah terhadap Ahlus Sunnah

Menurut nash-nash Syiah, keislaman Ahlus Sunnah adalah sah, dan bahwa kedudukan mereka sama seperti kaum Syiah, dalam segala konsekuensi yang timbul akibat keislamannya itu.

Memang, pandangan mazhab Syiah mengenai hal ini sungguh amat jelas. Tak seorang pun dari Syiah—yang berpandangan adil dan moderat—meragukannya.

Al-Imam Abu Abdillah, Ja’far Ash-Shadiq a.s., berkata, sebagaimana dirawikan oleh Sufyan ibn As-Samath mengatakan: “Agama Islam itu ialah seperti yang tampak pada diri manusia (yakni, kaum Muslim secara umum), yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan.”

Berkata pula beliau sebagaimana dirawikan oleh Sama’ah: “Agama Islam itu adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan pembenaran kepada Rasulullah Saw. Atas dasar itulah, nyawa manusia dijamin keselamatannya. Dan atas dasar itulah berlangsung pernikahan dan pewarisan dan atas dasar itu pula terbina kesatuan jamaah (kaum Muslim).”

Ada dua macam klasifikasi Muslim menurut Syiah: Pertama, mukhalif adalah sekelompok kaum Muslim yang berbeda pandangan dengan Syiah. Kedua, nashibi adalah sekelompok kaum Muslim yang mengibarkan bendera permusuhan terhadap para Imam Suci Ahlul Bait dengan cara melaknat dan mencaci-maki mereka.

Sikap Syiah terhadap yang pertama adalah tetap menganggap mereka Muslim dan mukmin dan tetap memiliki hak-hak sebagai seorang Muslim yang harus dihormati jiwa, harta, dan kehormatannya. Adapun untuk kelompok yang kedua, Syiah menganggapnya sebagai kafir. Saat ini, kaum Syiah menganggap bahwa kelompok seperti ini tidak akan ditemui. Kalaupun disebut oleh para ulama, khususnya para fuqaha dalam buku-buku fatwa mereka, itu tidak lebih dari sekadar informasi dan kepastian hukum yang tidak melazimkan keberadaan mereka saat ini.


Hubungan Baik di Antara Syiah dan Ahlus Sunnah dalam Hal Pernikahan, Waris, dan Lain-Lain

Al-Imam Abu Ja’far, Muhammad Al-Baqir a.s. berkata, seperti tercantum dalam Sahih Hamran ibn A’yan: “Agama Islam dinilai dari segala yang tampak dari perbuatan dan ucapan. Yakni yang dianut oleh kelompok-kelompok kaum Muslim dari semua firqah (aliran). Atas dasar itu terjamin nyawa mereka, dan atas dasar itu berlangsung pengalihan harta warisan. Dengan itu pula dilangsungkan hubungan pernikahan. Demikian pula pelaksanaan shalat, zakat, puasa, dan haji. Dengan semua itu, mereka keluar dari kekufuran dan dimasukkan ke dalam keimanan.”

Masih banyak lagi riwayat dari para Imam itu yang mengandung makna-makna seperti tersebut di atas, yang tak mungkin dinukilkan semuanya.

Karena itu pulalah, para ulama Syiah memfatwakan kebolehan pernikahan antara Sunni dan Syiah, saling mewarisi di antara mereka, dan halalnya sembelihan mereka. Imam Khomeini menyebutkan hal itu secara tegas dalam kumpulan fatwanya, yakni Kitab Tahrir Al-Wasilah sebagai berikut:

Pertama, dalam Bab Warisan, di saat menjelaskan kafir (non-Muslim) tidak berhak mendapatkan warisan dari seorang Muslim, pada masalah ke-8, beliau menyebutkan: “Kaum Muslim saling mewarisi di antara mereka, walaupun mereka berbeda dalam mazhab….”

Kedua, dalam Bab Nikah, di saat menjelaskan tentang kafir (non-Muslim) pada masalah ke-8, beliau menyebutkan: “Tidak bermasalah seorang mukmin mengawini seorang perempuan yang berbeda (non-Syiah) yang bukan Nashibi, (yakni, yang tidak melaknat dan memusuhi para imam suci Ahlul Bait).”

Ketiga, dalam Bab Penyembelihan, masalah pertama, dinyatakan pula: “Disyaratkan kepada pelaku penyembelihan keharusan bahwa yang bersangkutan adalah seorang Muslim. Maka halal sembelihan (penganut) seluruh kelompok Islam.”

Begitu juga Imam Ali Khamene’i memfatwakan secara tegas keabsahan bermakmum kepada Ahlus Sunnah.


Pandangan resmi ulama-ulama panutan Syi'ah Itsna asy'ariyah perihal para Sahabat dan Istri-Istri Nabi saw

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan : “Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam.. Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as)..Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka.. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil”"

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan, “Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka.. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil.” -Qom-

Ayatullah Jaafar Subhani dalam kuliah tafsir surah al-Hasyr di Madrasah ‘Ali Fiqh mendedahkan, “Hanya orang yang tidak berpelajaran sahaja yang menganggap sahabat nabi bersikap adil dari awal sampai akhir hayat mereka, atau mengatakan riwayat daripada mereka itu muktabar. Meskipun Syiah memberi penghormatan kepada mereka, ini bukanlah alasan untuk menutup mata dan memuktabarkan riwayat daripada sahabat.” Beliau menambah, tidak seperti fitnah yang tersebar luas, Syiah juga mengasihi mereka namun sebahagian pembohongan menuduh syiah mengkafirkan sahabat.”

“Kekafiran dan keadilan adalah dua masalah entiti yang berbeza dan tidak boleh kedua-duanya dicampur adukkan. Pada pandangan Syiah dikalangan sahabat dari mereka itu ada yang bertaqwa dan berlaku adil, namun sebilangan daripada mereka ada juga bersikap tidak adil. Tidak adil dan kafir sangat jauh bezanya.”

“Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as). Oleh itu hendaklah mereka yang membuat tuduhan itu takut kepada Allah dan tidak berdusta lagi.” tambah beliau.

Berkenaan riwayat-riwayat Ahlusunnah seperti di dalam Sahih Bukhari beliau mengatakan, “Dalam kitab Sahih Bukhari sebahagian riwayat menunjukkan kemurtadan para sahabat. Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam. Oleh itu barangsiapa yang membuat tuduhan liar terhadap Syiah, mereka itu dikira tidak berpelajaran.”

Merujuk kepada beberapa peristiwa bersejarah tentang ketidak adilan sebahagian para sahabat, ulama tafsir ini menjelaskan, “Sejarah menunjukkan bahawa sahabat Nabi beberapa kali mengingkari baginda dan banyak ayat telah turun untuk memberi hidayat dan menghalang mereka dari kesesatan dan kefasikan yang mana teladan itu dapat disaksikan dalam surah al-Hasyr.”

Ayatullah Subhani menegaskan, “Sebahagian khutbah Nabi dan peperangan setelah wafat baginda seperti perang Jamal, Nahrawan dan….. perkara ini membuktikan sebahagian para sahabat terjebak seperti apa yang dirisaukan baginda dan gugurlah keadilan dari mereka itu.”

Menurut beliau lagi, “Allah (swt) mendifinisikan sifat dan ciri-ciri para sahabat di dalam berbagai ayat, namun jelas sekali definisi itu tidaklah meliputi semua sahabat namun kebanyakan daripada mereka termasuk di dalamnya.”

“Maksud ayat-ayat seperti ini ialah sahabat hakiki yang memiliki sifat dan personaliti seperti ini sahaja, bukan bermaksud pakaian keadilan dan kesucian dibusanakan ke tubuh semua sahabat.” menurut beliau lagi.

Imam Sayyed Ali Khamenei Pemimpin Agung Iran menerbitkan sebuah fatwa yang mengharamkan perlakuan buruk terhadap istri Nabi, Ummul Mu’minin Aisyah dan melecehkan simbol-simbol (tokoh-tokoh yang diagungkan) Ahlussunnah wal Jamaah

Hal itu tertera dalam jawaban atas istifta’ (permohonan fatwa) yang diajukan oleh sejumlah ulama dan cendeiawan Ahsa menyusul penghinaan-penghinaan yang akhir-akhir ini dilontarkan seorang pribadi tak terpuji mengaku bernama Yasir al-Habib yang berdomisili di London terhadap istri Nabi, Aisyah.

Para pemohon fatwa menghimbau kepada Sayyid Khamenei menyampaikan pandangannya terhadap “penghujatan jelas dan penghinaan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan terhadap istri Rasul, Ummul Mun’min Aisyah.”

Menjawab hal itu, Khamenei mengatakan, “ diharamkan melakukan penghinaan terhadap (tokoh-tokoh yang diagungkan) Ahlussunnah wal Jamaah apalagi melontarkan tuduhan terhadap istri Nabi dengan perkataan-perkataan yang menodai kehormatannya, bahkan tindakan demikian haram dilakukan terhadap istri-istri para Nabi terutama penghulu mereka Rasul termulia.”

Fatwa Khamenei ini dapat dapat dianggap sebagai fatwa paling mutakhir dan menempati posisi terpenting dalam rangakain reaksi-reaksi luas kalangan Syiah sebagai kecaman terhadap pelecehan yang dilontarkan oleh “ Yasir al-Habib” terhadap Siti Aisyah.

Sebelumnya puluhan pemuka agama di kalangan Syiah di Arab Saudi, negara-negara Teluk dan Iran telah mengecam dengan keras pernyataan-pernyataan dan setiap keterangan yang menghina Siti Aisyah atau salah satu istri Nabi termulia saw.

Berikut teks bahasa Arab fatwa tersebut:

نص الاستفتاء:

بسم الله الرحمن الرحيم


سماحة آية الله العظمى السيد علي الخامنئي الحسيني دام ظله الوارف
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ،،

تمر الامة الاسلامية بأزمة منهج يؤدي الى اثارت الفتن بين ابناء المذاهب الاسلامية ، وعدم رعا ية الأولويات لوحدة صف المسلمين ، مما يكون منشا لفتن داخلية وتشتيت الجهد الاسلامي في المسائل الحساسة والمصيرية ، ويؤدي الى صرف النظر عن الانجازات التي تحققت على يد ابناء الامة الاسلامية في فلسطين ولبنان والعراق وتركيا وايران والدول الاسلامية ، ومن افرازات هذا المنهج المتطرف طرح ما يوجب الاساءة الى رموز ومقدسات اتباع الطائفة السنية الكريمة بصورة متعمدة ومكررة .

فما هو رأي سماحتكم في ما يطرح في بعض وسائل الاعلام من فضائيات وانترنت من قبل بعض المنتسبين الى العلم من اهانة صريحة وتحقير بكلمات بذيئة ومسيئة لزوج الرسول صلى الله عليه واله ام المؤمنين السيدة عائشة واتهامها بما يخل بالشرف والكرامة لأزواج النبي امهات المؤمنين رضوان الله تعالى عليهن.

لذا نرجو من سماحتكم التكرم ببيان الموقف الشرعي بوضوح لما سببته الاثارات المسيئة من اضطراب وسط المجتمع الاسلامي وخلق حالة من التوتر النفسي بين المسلمين من اتباع مدرسة أهل البيت عليهم السلام وسائر المسلمين من المذاهب الاسلامية ، علما ان هذه الاساءات استغلت وبصورة منهجية من بعض المغرضين ومثيري الفتن في بعض الفضائيات والانترنت لتشويش وارباك الساحة الاسلامية واثارة الفتنة بين المسلمين .

ختاما دمتم عزا وذخرا للاسلام والمسلمين .

التوقيع

جمع من علماء ومثقفي الاحساء4 / شوال / 1431هـــــ

جواب الإمام الخامنئي:

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

يحرم النيل من رموز إخواننا السنة فضلاً عن اتهام زوج النبي (صلى الله عليه وآله) بما يخل بشرفها بل هذا الأمر ممتنع على نساء الأنبياء وخصوصاً سيدهم الرسول الأعظم (صلّى الله عليه وآله).

موفقين لكل خير


Sumber:
http://abna.ir/data.asp?lang=2&id=204925
http://www.facebook.com/notes/thoha-bagir/pandangan-resmi-ulama-ulama-panutan-syiah-itsna-asyariyah-perihal-para-sahabat-d/157610870926093


Syiah mencela sahabat karena ada alasannya

Manusia tidak melakukan sesuatu tanpa sebab. Syi’ah tidak mencela sahabat kecuali ada alasannya. Lalu apa alasan Syi’ah mencela para sahabat?

Begini, tidak semua sahabat dicela oleh Syi’ah. Karena, sahabat-sahabat nabi tidak semua baik, sebagian dari mereka adalah buruk. Syi’ah mencela sahabat yang buruk.

Sikap Syi’ah ini tidak diterima kebanyakan tokoh Sunni, karena menurut Ahlu Sunnah (Sunni), semua sahabat adalah manusia suci yang tak luput dari dosa. Mereka mengatakan bahwa Rasul pernah berkata: “Sahabat-sahabatku bagaikan bintang gemintang. Jika kalian mengikuti mereka kalian akan mendapatkan hidayah.”

Syi’ah terkenal dengan mazhab/sekte yang mengakui akal sebagai salah satu pegangan beragama; lain dengan sebagian sekte lainnya yang menekankan “iman membabi buta” pada apa saja yang didengar dari muftinya.

Bagi Syi’ah, tidak masuk akal “semua” sahabat nabi itu benar. Sekarang begini, apa definisi sahabat? Definisi yang sering kita dengar dari kalangan Ahlu Sunnah bermacam-macam. Ada yang bilang sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan nabi meski sekali saja. Ada pula yang bilang sahabat adalah orang yang hidup di zaman nabi meskipun ia tidak melihatnya secara langsung… Bermacam-macam definisi sahabat. Lalu mana yang benar? Taruhlah sahabat adalah orang-orang dekat nabi. Tapi, masuk akal-kah kalau semua (100 persen) orang-orang dekat nabi itu benar?

Adalah hukum alam, hukum sejarah, bahwa seorang tokoh besar orang-orang yang di sekelilingnya tidak mungkin semuanya benar. pasti ada orang munafik, musuh dalam selimut, musuh yang berpura-pura menjadi sahabat… Mereka itu lah yang dicela Syi’ah.

Apakah orang yang mencela “musuh dalam selimut” adalah orang kafir?

Masalah berikutnya yang perlu kita selesaikan, Syi’ah menganggap si fulan sahabat sebagai musuh dalam selimut. Begitu kita dengar sikap Syi’ah itu, tidak bijak kalau kita langsung mengkafirkan Syi’ah; selayaknya kita mencari tahu apakah pendapat Syi’ah itu benar atau tidak. Jangan hanya karena kebanyakan orang berkata bahwa fulan sahabat itu baik namun Syi’ah berkata ia buruk lalu kita marah; padahal kita sendiri tidak pernah mencari tahu/meneliti apakah sahabat yang diagungkan Sunni adalah sahabat yang benar-benar harus diagungkan atau tidak.

Semuanya mari kita menelaah sejarah. Tentunya tidak dari satu sudut pandang dan sumber-sumber sepihak saja.


Pandangan Mazhab Syiah Tentang Keadilan Sahabat

Seluruh Sahabat Mulia?

Dalam buku penyesatan terhadap Mazhab Syiah yang konon diterbitkan MUI pada halaman 58-59 menyatakan: “Seluruh ulama Islam meyakini bahwa seluruh sahabat Rasul saw adalah orang mulia yang telah dipuji Allah dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 100:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”


Tanggapan:

Sebaiknya dalam memahami satu ayat kita tidak dapat menafsirkannya menurut hawa nafsu, karena metode yang benar adalah mengembalikan kepada Alquran itu sendiri dan kepada Rasulullah Saw, yang mana beliau sebagai mubayyin (penjelas) Alquran, yang cara ini telah diisyaratkan dalam Alquran,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَ أَطِيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati-lah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al quran) dan Rasul (sunnah-nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Hal yang demikian lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. Al-Nisâ’ [4]: 59).

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa di antara ciri keimanan seseorang adalah jika terjadi perselisihan dalam masalah keagamaan, maka dia harus merujuk pada Alquran dan Sunnah Nabi Saw. Dengan catatan bahwa Sunnah Nabi yang sahih, sharih (jelas) dan muttafaqun ‘alaih. Demikian halnya firman Allah Swt berikut,

بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS. Al-Nahl [16]: 44).

Sebab itu, apabila Rasulullah telah menjelaskan sesuatu, maka siapa pun sangat tidak pantas mengatakan “menurut pendapat kami seperti ini” karena semua persoalan yang telah dijelaskan Rasulullah adalah wahyu dari Allah Swt, sebagaimana firman Allah,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

Tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. Al-Najm [53]: 3-4).

Sebab itu, kita diperintahkan Allah Swt untuk mengambil semua hal yang telah dijelaskan Rasulullah Saw dan meninggalkan semua larangannya, sebagaimana firman Allah,

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Hal-hal yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan hal-hal yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr [59]: 7).

Ayat yang dikutip oleh Buku Panduan MUI di atas menunjukkan bahwa semua sahabat Nabi Saw adalah mulia yang telah dipuji Allah Swt. Namun “min” dalam ayat di atas menunjukkan “li al-tab’îdh” yang artinya “sebagian”. Ayat berikutnya dalam surah Al-Taubah justru menyebutkan adanya kemunafikan pada bangsa Arab di sekitar Nabi termasuk penduduk Madinah:

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (QS. Al-Taubah [9]: 101).

Dalam banyak riwayat bahkan terdapat hadis-hadis tentang sahabat yang berpaling sepeninggal Nabi Saw, sebagaimana kami jelaskan di bagian lain buku ini. Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukharidalam Shahîh-nya. Beliau menuliskan, “Nabi Saw bersabda, ‘Akulah yang mendahului kalian yang mendatangi telaga, dan diperlihatkan bersamaku beberapa orang di antara kalian, kemudian dicabut dari pandanganku, maka aku pun berteriak, ‘Ya Rabbi, mereka itu sahabatku!’ maka ada suara; ‘Engkau tidak tahu yang mereka lakukan sepeninggalmu.’”(1)

Seharusnya kita menjadikan riwayat-riwayat di atas sebagai penjelasan tentang kriteria sahabat yang terdapat dalam ayat. Tidak pantas bagi kita hanya membaca secara lahiriah dari ayat tersebut namun melepaskan nas Rasulullah Saw begitu saja. Sebagaimana hal itu dijelaskan oleh ulama mereka sendiri dalam beberapa kitab berikut;
1. Ibnu Taimiyah dalam Kitab Majmû’ Fatâwâ berkata, “Perlu diketahui bahwa Alquran dan hadis, ketika penjelasannya sudah diketahui dari Nabi, maka dalam hal itu (seseorang) tidak boleh berhujjah lagi dengan pernyataan pakar bahasa dan selainnya.”(2).
2. Al-Albani dalam Kitab Manzilah Al-Sunnah fî Al-Islâm berkata, “Kesesatan orang-orang yang merasa cukup dengan Alquran tanpa sunnah, bahwa syariat Islam itu bukan Alquran saja. Akan tetapi Alquran dan sunnah. Oleh karena itu, barang siapa berpegang teguh pada salah satu dari keduanya tanpa yang lainnya, berarti dia tidak berpegang pada salah satunya lagi, karena ke-duanya memerintahkan untuk berpegang pada yang lainnya…dst. Sebagaimana ayat berbunyi, Apa yang datang dari Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.(Q.S Al-Hasyr [59]: 7). (3) Lalu Al-Albani berkata, “Apabila riwayat telah menjelaskan maka batalah pendapat..”(4)


Jadi, tidak ada generalisasi pada apa pun termasuk sahabat Nabi dalam hal ini.

Seluruh Sahabat Adil?

Dalam rangka menguatkan dalil keadilan para sahabat Nabi Saw, Buku Panduan MUI halaman 59 menyatakan:
Dalam QS. Al-Fath [48]: 18,

لَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi ba-lasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. Al-Fath [48]: 18).


Tanggapan:

Dalam ayat tersebut tidak menyebut kata ‘kullu/seluruh’ dan ungkapan “semua sahabat adil” bukanlah hadis. Ungkapan ini merupakan sebuah istilah yang diterapkan dalam ilmu jarh wa ta’dil sebagai bagian dari ilmu periwayatan hadis yang dikutip oleh Ibnu Ruslan dalam kitabnya Al-Zubad. Karena penggunaannya sering diungkapkan oleh para ulama dari masa ke masa, maka secara keliru dianggap sebagai sebuah hadis dari Nabi Saw.

Yang lebih populer adalah beberapa riwayat tentang keutamaan para sahabat Nabi Saw sebagai berikut:
Sahabatku bagaikan bintang-bintang, yang mana saja kalian ikuti, maka kalian akan memperoleh petunjuk

(أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم).

Pertama, riwayat ini punya dua kata ganti, orang ketiga (mereka – him) dan kata ganti orang kedua (kamu sekalian – tum). Yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat dan yang dimaksud dengan kamu sekalian juga sahabat. Konsekuensi pertama, yang mengikuti dan yang diikuti adalah sama-sama sahabat. Mungkinkah sesama bintang mengikuti bintang? Bintang yang mengikuti bintang berarti bukan bintang. Begitu dia mengikuti, seketika itu pula ia bukan bintang. Konsekuensi kedua, Nabi Saw berbicara dengan orang yang bukan bintang karena diperintahkan untuk mengikuti bintang. Padahal yang diajak bicara Nabi Saw adalah bintang. Jika ia adalah bintang, tidak mungkin diperintahkan untuk mengikuti bintang. Kalau pun mesti ditafsir secara rasional, maka Nabi Saw pasti berbicara kepada yang bukan bintang, artinya haruslah yang diajak bicara oleh Nabi adalah bukan generasi sahabat.

Jangan cela sahabatku

(لا تسبوا أصحابي).

Siapakah yang menjadi lawan bicara (mukhathab) Nabi Saw dalam hadis tersebut? Jika yang diajak bicara Nabi Saw adalah sahabat, maka semestinya redaksi hadis Nabi Saw berbunyi, “Janganlah kalian saling mencaci.” Jika tidak, konsekuensinya adalah lawan bicara hadis tersebut bukanlah generasi sahabat. Jika lawan bicara Nabi bukan generasi sahabat, konsekuensi-nya Nabi Saw berbicara dengan selain sahabat. Jika Nabi bukan berbicara dengan selain sahabat, konsekuensinya hadis ini tidak diriwayatkan oleh sahabat. Jika tidak diriwayatkan oleh sahabat, maka hadis ini tidak ada.

Seandainya kedua hadis ini dianggap sahih, maka larangan mencaci tidak menafikan fakta sahabat dapat bertindak salah. Karena larangan mencaci tidak bisa diasosiasikan dengan keadilan sahabat.
Andaikan semua sahabat adil (baik), maka kita tidak akan menemukan contoh orang yang buruk menjadi baik. Lantas untuk apa Nabi Saw berdakwah kepada para sahabatnya dengan cara menegur, membimbing, menyalahkan, marah dan kecewa? Hal ini meneguhkan bahwa Nabi Saw berhasil dalam berdakwah kepada orang-orang yang tidak baik menjadi baik, meskipun tidak semua mengikuti bimbingan beliau Saw, sebagaimana disitir oleh Alquran,

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash [28]: 56).

Selain itu, pada ayat 10 dalam surah Al-Fath, Allah Swt telah membatasi siapa yang sesungguhnya akan mendapatkan keridhaan-Nya dan siapa pula yang tidak memperolehnya. Ayat ini menerangkan adanya potensi dan kemungkinan lain terhadap mereka yang mengambil sumpah setia di bawah pohon yang kemudian diabadikan oleh Allah Swt dalam Alquran,

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللهَ يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu hanyalah mereka berjanji setia kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka. Maka barang siapa melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.(QS. Al-Fath [48]: 10)

Lebih jauh, Imam Bukhari dalam kitab Shahîh-nya meriwayatkan,

حدثني أحمد بن إشكاب، حدثنا محمد بن فضيل، عن العلاء بن المسيب، عن أبيه، قال لقيت البراء بن عازب، رضي الله عنهما فقلت طوبى لك صحبت النبي صلى الله عليه و سلم و بايعته تحت الشجرة، فقال: يا ابن أخي إنك لا تدري ما أحدثنا بعده.

Dari Al-’Ala bin Al-Musayyab dari ayahnya berkata, “Saya menemui Al-Barra’ bin ‘Azib seraya berkata kepadanya, ‘Alangkah beruntungnya engkau, engkau telah menemani Nabi (sahabat) dan membaiat beliau di bawah pohon.’ Maka Bara’ berkata, ‘Wahai putra saudaraku, sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang kami perbuat setelah beliau tiada.’”(5)

Catatan Kaki:
1. Imam Al-Bukhari, op.cit, h. 1655, hadis 6576, kitab Al-Riqâq, bab Fi Al-Haudh. Bandingkan juga dengan hadis, 6582, 6583, 6584, 6585, 6587, kitab Al-Fitan, hadis 7048, 7049, 7050, 7051. Juga lihat dua buah hadis dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, j. 38, hadis 23290 dan 23393.
2. Ibnu Taimiyah, Majmû’ Fatâwâ, j. 13, h. 27, Mujamma’ Al-Malik Fahd, Riyadh, Saudi Arabia, 2004 M (1425 H).
3. Muhammad Nashir Al-Din Al-Albani, Manzilah Al-Sunnah fî Al-Islâm wa Bayân Annahu lâ Yustaghnâ ‘anhâ bi Al-Qur’ân, h. 12-14, cet.
4. Dar Al-Salafiyah, Shafah, Kuwait, 1984 M, 1404 H.
5. Ibid., h. 22.
6. Imam Al-Bukhari, op.cit., h. 1021, hadis 4170, kitab Al-Maghâzhi, bab Ghazwah Al-Hudaibiyyah.


Syi’ah Tidak Mengkafirkan Para Sahabat Nabi SAW !!!

Syiah menganggap murtad/kafir adalah berpaling dari kepimpinan, seperti orang yang malas shalat, bukannya keluar dari Islam.

Ayatullah Jaafar Subhani salah seorang Marji’ terkemuka menyatakan, “Syiah tidak pernah mengkafirkan para sahabat, bahkan mencintai dan menghormati mereka. Namun kami tidak menganggap mereka semua adil.”

Qom- Ayatullah Jaafar Subhani dalam kuliah tafsir surah al-Hasyr di Madrasah ‘Ali Fiqh mendedahkan, “Hanya orang yang tidak berpelajaran sahaja yang menganggap sahabat nabi bersikap adil dari awal sampai akhir hayat mereka, atau mengatakan riwayat daripada mereka itu muktabar. Meskipun Syiah memberi penghormatan kepada mereka, ini bukanlah alasan untuk menutup mata dan memuktabarkan riwayat daripada sahabat.” Beliau menambah, tidak seperti fitnah yang tersebar luas, Syiah juga mengasihi mereka namun sebahagian pembohongan menuduh syiah mengkafirkan sahabat.”

“Kekafiran dan keadilan adalah dua masalah entiti yang berbeza dan tidak boleh kedua-duanya dicampur adukkan. Pada pandangan Syiah dikalangan sahabat dari mereka itu ada yang bertaqwa dan berlaku adil, namun sebilangan daripada mereka ada juga bersikap tidak adil. Tidak adil dan kafir sangat jauh bezanya.”

“Bagaimana mungkin Syiah mengkafirkan semua sahabat sedangkan lebih 150 orang daripada kalangan mereka itu adalah pengikut Ali (as). Oleh itu hendaklah mereka yang membuat tuduhan itu takut kepada Allah dan tidak berdusta lagi.” tambah beliau.

Berkenaan riwayat-riwayat Ahlusunnah seperti di dalam Sahih Bukhari beliau mengatakan, “Dalam kitab Sahih Bukhari sebahagian riwayat menunjukkan kemurtadan para sahabat. Syiah menganggap kemurtadan ini adalah berpaling dari kepimpinan, bukannya keluar dari Islam. Oleh itu barangsiapa yang membuat tuduhan liar terhadap Syiah, mereka itu dikira tidak berpelajaran.”

Merujuk kepada beberapa peristiwa bersejarah tentang ketidak adilan sebahagian para sahabat, ulama tafsir ini menjelaskan, “Sejarah menunjukkan bahawa sahabat Nabi beberapa kali mengingkari baginda dan banyak ayat telah turun untuk memberi hidayat dan menghalang mereka dari kesesatan dan kefasikan yang mana teladan itu dapat disaksikan dalam surah al-Hasyr.”

Ayatullah Subhani menegaskan, “Sebahagian khutbah Nabi dan peperangan setelah wafat baginda seperti perang Jamal, Nahrawan dan….. perkara ini membuktikan sebahagian para sahabat terjebak seperti apa yang dirisaukan baginda dan gugurlah keadilan dari mereka itu.”

Menurut beliau lagi, “Allah (swt) mendifinisikan sifat dan ciri-ciri para sahabat di dalam berbagai ayat, namun jelas sekali definisi itu tidaklah meliputi semua sahabat namun kebanyakan daripada mereka termasuk di dalamnya.”

“Maksud ayat-ayat seperti ini ialah sahabat hakiki yang memiliki sifat dan personaliti seperti ini sahaja, bukan bermaksud pakaian keadilan dan kesucian dibusanakan ke tubuh semua sahabat.” menurut beliau lagi.
 
(Al-Hasanain/ABNA/Hauzah-Maya/Eja-Jufri/Syiah-Menjawab/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: