Dalam kitab ‘Uddatud Da’i, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
ما بسط عبد يده إلى الله عز وجل إلا استحيى الله أن يردها صفرا حتى يجعل فيها من فضله ورحمته ما يشاء، فإذا دعا أحدكم فلا يرد يده حتى يمسح بها على رأسه ووجهه
“Tidak ada seorangpun hamba yang mengangkat tangannya kepada Allah azza wa jalla, kecuali Allah malu mengembalikan tangannya dengan tangan hampa. Sehingga Dia menjadikan pada tangannya bagian dari karunia dan rahmat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu jika salah seorang dari kamu berdoa, maka hendaknya ia tidak mengembalikan tangannya kecuali ia mengusapkan tangannya pada kepala dan wajahnya.” Dalam riwayat yang lain: “Mengusapkan pada wajah dan dadanya.”
Allamah Thabathaba’i mengatakan: Tafsir Ad-Durrul Mantsur menyebutkan bahwa beberapa sahabat Nabi saw seperti Salman, Jabir, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Ibnu Abi Mughits, meriwayatkan dalam delapan riwayat bahwa Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan mengangkat tangan dalam berdoa. Sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang mengingkari keutamaan mengangkat tangan dalam berdoa, dengan alasan tidak boleh menjadikan doa sebagai ibadah, dan mengisyaratkan bahwa Allah swt ada di langit, Maha Suci Allah dari dugaan ini.
Pendapat seperti ini jelas tidak berdasar sama sekali. Karena semua ibadah yang dilakukan oleh fisik bermula dari hati, pemusatan pandangan batin pada tempat penampakan gambaran batin, dan perwujudan hakikat-hakikat yang tinggi pada dimensi fisikal dan material. Seperti shalat, puasa, haji, dan lainnya serta syarat-syaratnya. Jika hal ini dingkari, maka perintah ibadah fisikal tak dapat dilakukan dan diwujudkan, yang antara lain adalah doa. Doa merupakan gambaran batin dan permohonan hati dari seorang hamba yang fakir, miskin dan hina kepada Yang Maha Kaya, Maha Dermawan dan Maha Mulia. Suatu permohonan yang disampaikan dengan mengangkat tangan dan merendahkan diri di hadapan-Nya.
Dalam kitab Uddatud Da’i juga menyebutkan: Imam Husein (sa) berkata bahwa kakeknya Rasulullah saw mengangkat tangannya dalam berdoa dan bermohon kepada Allah swt seperti orang miskin minta makanan.
Disarikan dari Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i, jilid 2: 39.
(Tafsir-Tematis/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email