Oleh Triyogo Bambang
Link: https://www.facebook.com/note.php?note_id=433369699844&comments&ref=notif¬if_t=note_reply
Sebelum bekerja hari ini, saya awali dengan membuka eramuslim.com. Terus terang, situs ini adalah situs yang sering saya buka disamping situs arrahmah.com, detik, kompas, vivanews, presstv dan abna. Kadang membacanya membuat saya tertawa, merengut, sedih, dll..mirip ketika menyimak kartun beny & mice dan sukribo yang muncul di kompas setiap hari minggu. Artikel yang saya baca berjudul Bagaimana Israel membantu Iran. Jika dilihat di menu, artikel ini adalah artikel yang paling populer dibaca, setidaknya pada saat saya membukanya.
Artikel ini merupakan analisis yang dimuat di haaretz.com (haaretz adalah koran di Israel yang beraliran liberal) yang ditulis oleh Yossi Melman. Artikel ini menganalisis bagaimana Israel dan AS yang tidak mampu berbuat apa-apa terhadap perusahaan Denmark, Haldor Tapsoe yang saat ini memperoleh kontrak membangun kilang metanol di Iran bekerjasama dengan Marjan Petrochemical Company and Kimiaye Pars.
Padahal berdasarkan sangsi yang harusnya dijatuhkan pada Iran, semua perusahaan digiring untuk tidak bekerjasama dengan Iran terutama untuk investasi diatas $20 Juta. Namun terlihat bahwa sangsi tersebut tidak membuahkan hasil, sebut saja perusahaan Rusia yang membantu membuat instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir dan perusahaan yang menjadi sorotan dalam tulisan ini.
Di bisnis lain, Haldor Tapsoe memenangi kontrak yang tidak kalah strategis terlibat dalam pembangunan penjernihan udara di kota Ashkeleton dan Hader sebesar NIS 500 Juta. Sang Analis ingin menunjukkan betapa masih lemahnya upaya Israel dan AS untuk mencegah Iran tumbuh melalui kerjasamanya dengan perusahaan-perusahaan strategis lainnya, dan Israel harus mengambil tindakan tegas pada perusahaan yang bekerjasama dengan Iran, apalagi di bisnis lain sama memenangi kontrak di Israel.
Terjemahan analisis tersebut di eramuslim tidak berbeda dengan artikel aslinya di Haaretz. Namun ada yang membuat saya terusik, ada perbedaan kesimpulan/penutup yang sangat signifikan dan sesat menyesatkan (izin meminjam istilah yang sering dipakai Hartono Ahmad Jaiz). Kalau di artikel aslinya, si penulis artikel menekankan bahwa Israel harus mengambil posisi yang jelas dan tegas terhadap perusahaan yang bekerjasama dengan Iran, yang jelas-jelas presidennya yaitu Ahmadinejad mengutarakan untuk menghancurkan Israel, namun penutup/kesimpulan artikel terjemahan di eramuslim kok berbeda bahkan menggiring pada opini tertentu yang menyudutkan Iran. Saya agak bingung, apakah editor eramuslim yang bego ataukah salah pakai google translate. Alih-alih menerjemahkan sampai tuntas, sang editor eramuslim malah menyimpulkan dengan pendapat sendiri. Agar jelas saya copas terjemahannya:
Israel harus tegas bahwa orang yang melakukan bisnis dengan Iran tidak bisa mendapatkan keuntungan bersama Israel. Ini juga mungkin seperti kebalikannya di pihak yang lain, yang menyatakan memusuhi Israel namun masih tetap menggunakan produk-produk Israel yang menggurita dan bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Jadi, Vice Versa!
Haha, di kalimat kedua si editor dengan gagahnya menyimpulkan ketidakberdayaan Israel menjadi sebuah romantisme malu-malu antara Israel dan Iran. Kesalahan lain, Iran bekerjasama dengan Haldor Tapsoe perusahaan Denmark yang juga mendapatkan kontrak di Israel bukan Iran menggunakan produk dari perusahaan Israel. Kesalahan ketiga, editor bawa-bawa gurita bahkan hingga ke desa. Si editor tampak berusaha ingin membuktikan adanya hubungan haram Iran dan Israel melalui artikel ini, namun tidak berhasil sebagaimana cinta haram segitiga antara Saudi Arabia, AS dan Israel yang tampak jelas terlihat meski dilihat dengan kacamata kuda produk wahabi sekalipun. Jika diamati, memang semakin jelas “keirian” umat Islam lain yang ditampilkan melalui negara2 Islam banci dan media-media Islam banci terhadap kegagahan Iran dalam bersikap dan ketidakmampuan Zionis melawannya. Semakin nampak mana pendukung yang hak dan mana pendukung yang bathil di kalangan umat Islam sendiri.
__________________________________
Artikel asli: http://www.haaretz.com/print-edition/opinion/how-israel-helps-iran-1.314907
artikel terjemahan:
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/bagaimana-israel-membantu-iran.htm
*Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan bukan pendapat keluarga apa lagi tempat kerja, teman kampus dan lain-lain ( Triyogo Bambang )
___________________________________________
Dibawah ini saya copas artikel EraMuslim
Bagaimana Israel Membantu Iran
SUMBER: EraMuslim
Haldor Topsoe adalah sebuah perusahaan internasional Denmark dengan hubungan bisnis yang luas di Iran. Perusahaan ini sibuk menyiapkan dua kilang metanol besar untuk lapangan gas yang bernama Fars di Iran yang juga sangat besar.
Haldor Tapsoe diawasi langsung oleh pemerintah AS terkait penyusunan daftar perusahaan Amerika dan perusahaan internasional lainnya yang membangun perekonomian Iran, dan terutama di sektor gas dan industri minyak, yang merupakan sumber utama pendapatan Teheran. Jelas, perusahaan Denmark ini tidak sendirian dalam hal ini. Ada ratusan perusahaan lain dari lusinan negara yang berdagang dengan Iran di berbagai bidang. Termasuk Israel.
Salah satunya adalah Israel Electric Corporation (IEC) yang memberikan kontrak senilai 500 juta NIS (mata uang Israel atau Shekel dalam bahasa Ibrani-nya) kepada Haldor Topsoe. Haldor Tapsoe digambarkan sebagai subkontraktor atas sebuah perusahaan Jerman yang membangun pengatur udara untuk pembangkit listrik di Ashkelon dan Hadera. Haldor Topsoe adalah finalis dalam tender IEC, dan yang lainnya adalah perusahaan Hitachi Jepang.
Seiring dengan tawaran dari perusahaan Denmark itu yang secara substansial lebih rendah daripada Hitachi, muncul pertanyaan; apakah pertimbangan keuangan menjadi satu-satunya kriteria dalam keputusan Israel? Bagaimana dengan pertimbangan politik dan etis?
Selama bertahun-tahun, pemerintah Israel telah menyebarkan kampanye kepada negara-negara lain tentang perlunya memperketat sanksi terhadap Iran. Itu terkait program nuklir Iran. Kementerian Luar Negeri Israel, secara tidak langsung dan dengan bantuan dari organisasi Yahudi, telah melakukan kampanye internasional yang luas; demonstrasi, petisi, mengumpulkan anggota parlemen dan media melawan pemerintah dan perusahaan perdagangan dengan Iran.
Tapi, tampaknya, pemerintah Israel tidak mempraktikkan apa yang mereka tuntut pada orang lain; ini munafik dan bermuka tebal. Sekitar setahun yang lalu, Haaretz mengungkapkan adanya kesepakatan kontrak senilai 150 juta NIS antara Otoritas Bandar udara dan Siemens, mitra dagang terbesar Iran di Jerman. Otoritas Bandar udara juga membenarkan berita itu.
Ada hukum di Israel yang menyatakan secara eksplisit bahwa dilarang untuk berinvestasi lebih dari $ 20 juta pada perusahaan perdagangan dengan Iran, tetapi hukum itu jelas-jelas tidak ditegakkan. Ada apa ini? Bahkan lebih buruk lagi, tidak ada otoritas sentral Israel yang menangani masalah penting ini.
Masalah ini menjadi perhatian Perdana Menteri dan Penasihat Keamanan Nasional Israel, Uzi Arad namun—baik Netanyahu dan Arad, yang tidak pernah melewatkan kesempatan apapun untuk mengingatkan semua orang dari ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh Iran, tidak pernah melakukan apa pun. Jika ini tidak menarik bagi mereka, lalu apa?
Panitia tender IEC yang telah memutuskan untuk menandatangani kontrak dengan Haldor Topsoe, berargumen bahwa ini “hanya” anak perusahaan mereka belaka di Amerika Serikat. Mungkin benar, namun undang-undang yang sedang disiapkan di AS akan mencegah perusahaan-perusahaan Amerika atau perusahaan asing yang beroperasi di sana berinvestasi di sektor energi Iran.
Setelah tawaran menit-menit terakhir oleh perusahaan Jepang yang saling bersaing, IEC membawa masalah ini ke Menteri Infrastruktur Nasional Israel, Uzi Landau untuk mengambil keputusan. Juru bicaran mengatakan bahwa “sang menteri secara serius tengah mempertimbangkan masalah ini.”
Ini tidak cukup. Jika benar memboikot Iran, Israel harus mengambil sikap yang jelas dan tidak menghindari isu tersebut. Perusahaan dan korporasi Israel—apapun kemasannya—telah dengan jelas membantu perekonomian Iran yang memperkuat rezim Mahmoud Ahmadinejad, yang selalu menggembor-gemborkan mengancam akan menghancurkan Israel namun tidak pernah terjadi.
Israel harus tegas bahwa orang yang melakukan bisnis dengan Iran tidak bisa mendapatkan keuntungan bersama Israel. Ini juga mungkin seperti kebalikannya di pihak yang lain, yang menyatakan memusuhi Israel namun masih tetap menggunakan produk-produk Israel yang menggurita dan bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Jadi, Vice Versa! (sa/haaretz)
(Bondett/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email