Pesan Rahbar

Home » , » Al Quds (Jerusalem) di Dalam Al-Qur'an

Al Quds (Jerusalem) di Dalam Al-Qur'an

Written By Unknown on Tuesday 19 July 2016 | 14:22:00


Oleh: Sheikh Maulana Imran Nazar Hosein

… قَدۡ جَآءَكُم بَصَآٮِٕرُ مِن رَّبِّكُمۡ‌ۖ فَمَنۡ أَبۡصَرَ فَلِنَفۡسِهِۦ‌ۖ وَمَنۡ عَمِىَ فَعَلَيۡهَا‌ۚ وَمَآ أَنَا۟ عَلَيۡكُم بِحَفِيظٍ۬

“Bukti-bukti nyata telah datang kepadamu dari Rabbmu. Jika ada yang dapat melihatnya (dan memahaminya) itu untuk (kebaikan) hatimu sendiri. Dan jika ada yang buta (kepada bukti-bukti itu) itu akan mencelakai dirinya sendiri. Dan Aku tidaklah disini untuk menjaga dirimu.”

(Al-Qur’an, al-An’am, 6:104)

AL-Qur’an Menjelaskan Semua Hal – Termasuk Takdir Jerusalem

Al-Qur’an menyatakan bahwa fungsi utama Al-Qur’an adalah untuk menjelaskan semua hal:

وَيَوۡمَ نَبۡعَثُ فِى كُلِّ أُمَّةٍ۬ شَهِيدًا عَلَيۡهِم مِّنۡ أَنفُسِہِمۡ‌ۖ وَجِئۡنَا بِكَ شَہِيدًا عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ‌ۚ وَنَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ تِبۡيَـٰنً۬ا لِّكُلِّ شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ

“… Dan Kami telah menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (yakni Al-Qur’an) yang menjelaskan semua hal, Panduan, Belas Kasih, dan Kabar Gembira bagi semua Muslim.” (Al-Qur’an, Al-Nahl, 16:89)

Karena Al-Qur’an telah mendeklarasikan pernyataan diatas maka implikasinya adalah Al-Qur’an dapat menjelaskan semua peristiwa yang aneh, yang berkelambu misteri, dan yang paling tidak masuk akal yang terjadi di seluruh masa sejarah umat manusia, dan juga peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan, dimana saat ini kita dapat menyaksikan:
1. Keberhasilan peradaban Eropa yang pada dasarnya tidak ber-Tuhan (sekuler) dalam rangka ‘membebaskan’ Tanah Suci di Tahun 1917-18, yang tercapai setelah upaya berkelanjutan dari Nasrani Eropa yang di mulai 1000 tahun yang lalu dengan Perang Salib.

Mengapa Eropa yang sekuler yang pada dasarnya tidak ber-Tuhan memilih untuk melanjutkan obsesi berumur 1000 tahun Kristen Eropa dalam membebaskan Tanah Suci? Dan mengapa hanya orang Kristen Eropa, setelah memeluk agama Kristen lebih dari 1000 tahun yang lalu, menjadi satu-satunya umat Kristen di seluruh penjuru jagat yang terobsesi membebaskan Tanah Suci?

2. Kesuksesan Yahudi Eropa mendirikan kembali Negara Israel Kuno setelah sebelumnya telah dihancurkan oleh Allah SWT lebih dari 2000 tahun yang lalu – kesuksesan ini hanya dapat terjadi karena bantuan dan dukungan oleh peradaban yang sama yakni peradaban sekuler Eropa yang pada dasarnya tidak ber-Tuhan itu.

Mengapa Eropa yang sekuler itu, terobsesi dalam membantu Yahudi Eropa didalam mendirikan kembali Negara Israel Kuno sebuah negara religius yang didirikan 2000 tahun yang lalu oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman? Dan mengapa hanya Yahudi Eropa yang menjadi satu-satunya umat Yahudi yang memiliki keinginan untuk mendirikan kembali Negara Israel?

3. Kembalinya Yahudi Banu Israel (seluruh umat Yahudi-Yahudi non Eropa) ke Tanah Suci setelah mereka dikeluarkan dari Tanah Suci oleh Allah SWT dan hidup tersebar di seluruh penjuru bumi (diaspora), Yahudi Eropa membawa kembali Yahudi Banu Israel ke Tanah Suci, namun mereka sendiri (Yahudi Eropa) sebenarnya tidak ‘kembali’ ke Tanah Suci karena mereka bukan berasal dari Tanah Suci – mereka pindah ke Tanah Suci dari Eropa (tidak kembali ke Tanah Suci seperti Yahudi Banu Israel yang memang berasal dari Tanah Suci).

Mengapa orang-orang Eropa yang merubah agama mereka ke agama Yahudi menjadi terobsesi dengan misi pembebasan Tanah Suci dan mereka dengan tipu daya, mengajak Yahudi Banu Israel?


Semua hal ini, yang terlihat aneh dan sukar dimengerti oleh dunia, tampak dimata dunia sebagai validasi klaim Yahudi terhadap Kebenaran. Demikian karena mereka tampak memenuhi Janji Allah kepada Yahudi, bahwa Allah SWT akan mengirimkan kepada mereka seorang Nabi, yang akan dikenal sebagai Mesiah (Arab: Al-Masih, Juru Selamat/ Pintu Ampunan Allah SWT), yang akan memberikan kepada mereka apa yang tersebut diatas tadi dan masih banyak hal yang lainnya.

Buku ini berpendapat bahwa Al-Qur’an tidak hanya menjelaskan peristiwa-peristiwa yang aneh itu, namun, Al-Qur’an juga menjelaskan dan membuka takdir dari Jerusalem. Qur’an menjelaskan realitas kebohongan dan kesesatan klaim Yahudi terhadap Kebenaran itu dan mengkonfirmasi klaim Nabi Muhammad SAW terhadap Kebenarannya (Kebenaran Islam). Takdir (kebenaran) akan menjadi saksi ketika Allah SWT akan menghukum Yahudi dengan hukuman terberat dan terbesar yang pernah disaksikan manusia di bumi.

Intisari dari pandangan Al-Qur’an terhadap takdir dari Jerusalem, dan Tanah Suci, adalah ketika perhitungan mundur di akhir jaman dilaksanakan, Yahudi akan dikumpulkan dari diaspora mereka, dimana mereka telah terpencar dan terpecah belah ke seluruh penjuru bumi, untuk kembali ke Tanah Suci sebagai sekumpulan satu masyarakat yang beragam, berbeda etnis (bhinneka tunggal ika) (Al-Qur’an, Banu Israel, 17:104). Janji Allah ini telah terpenuhi. Yahudi telah kembali ke Tanah Suci dan mengklaim Tanah Suci itu sebagai milik mereka! Kesuksesan mereka telah meyakinkan mereka terhadap legitimasi religius dari Negara Israel yang telah mereka ciptakan. Islam menjelaskan bahwa Negara Israel ini tidak memiliki legitimasi religius. Bahkan Yahudi ditipu dengan penipuan terbesar disepanjang sejarah umat manusia, dimana panggung kini telah disiapkan untuk mereka dalam menerima hukuman Allah yang terbesar yang ditimpakan kepada umat manusia. Namun sebelum hukuman terakhir bagi Yahudi dilaksanakan, banyak drama yang akan terjadi di Tanah Suci dan juga dunia. Buku ini (Jerusalem Dalam Al-Quran) akan menjelaskan drama-drama tersebut.

Dasar buku ini memang untuk menjelaskan bahwa Islam memiliki sudut pandang tersendiri terhadap proses sejarah yang menyangkut Tanah Suci. Dimana waktu akan segera habis bagi Israel. Laut Galilea akan segera kering! NabiIsa (as) akan segera turun (kembali ke bumi)! Dan ketika beliau turun, dunia akan menyaksikan kehancuran Negara Israel.

Yahudi dan Muslim memiliki Kebenaran yang sama, namun mereka (Yahudi) mengkorupsinya. Mereka punya banyak waktu di Medinah (setelah Hijrah) dimana mereka dapat menerima Kebenaran yang tidak terkorupsi yaitu Al-Qur’an, dan juga menerima Muhammad (saw), Nabi terakhir dari Tuhannya Ibrahim (as), namun mereka menolak melakukannya. Waktu telah habis bagi mereka ketika Allah SWT mengganti Kiblat (Al-Qur’an, Al-Baqarah, 2:141-145). Sehingga kini telah terlambat bagi mereka untuk menghindari takdir yang menanti dihadapan mereka. Masih banyak peristiwa yang akan terjadi, dan takdir dari Jerusalem dan nasib yang menanti Negara Israel akan memvalidasi klaim Islam dan Al-Qur’an sebagai Kebenaran yang benar dan tidak terkorupsi.

Rasulullah (saw) shalat menghadap ke Jerusalem selama 17 bulan lamanya dalam rangka untuk memberitahukan kepada Yahudi bahwa Tuhan yang sama yang mengirim Musa (as) juga mengirimnya, dan juga Tuhan yang telah memberikan Taurat juga memberikan Al-Qur’an. Yahudi hanya memiliki satu pintu dimana mereka dapat memperoleh ampunan dari Tuhannya Ibrahim. Dan Muhammad (saw) adalah pintu ampunan itu (Al-Qur’an, Al-‘Araf, 7:157). Namun mereka dengan keras hati menolaknya dan sekarang sudah terlambat.


Jerusalem di Dalam Al-Qur’an – Implikasi Bagi Muslim

Apa yang akan menjadi implikasi bagi Muslim yang mempelajari dan berusaha memahami tentang Al-Quds dalam Al-Qur’an?

Yang pertama adalah bahwa Jerusalem dan Tanah Suci menjadi impian dan dekat di hati mereka – sedekat Mekah dan Medinah – dan perjuangan untuk membebaskan Tanah Suci dari penguasaan Negara Yahudi Israel juga menjadi impian dari segenap perjuangan Muslim. Jika seorang Yahudi dapat meninggalkan Amerika Serikat atau Rusia atau Eropa untuk bergabung dengan IDF/ Angkatan Bersenjata Israel dan berpartisipasi dalam penindasan terhadap orang-orang Islam dan Kristen Ortodhox Palestina di Tanah Suci. Maka jika seorang Muslim melakukan hal yang sama, haknya akan diancam, dia akan ditangkap dan dicap sebagai ‘teroris’, dia harus menghiraukan dan melawan semua yang menghambatnya dalam berpartisipasi berjuang di jalan Allah. Mereka harus membakar perahu mereka, demi ‘Jalan Allah’ dan untuk melawan dunia yang tak ber-Tuhan ini. Itulah gambaran intanjibelnya, bagi dunia Islam saat ini, dimana impian untuk membebaskan Tanah Suci melalui perjuangan bersenjata (jihad) harus ada di hati setiap Muslim. Namun, Muslim juga harus diperingatkan, bahwa ketika menyatakan keyakinan mereka mengenai takdir dan kebenaran dari Negara Israel yang akan dihancurkan oleh Tentara Muslim, dan menyatakan harapannya untuk bergabung dengan tentara itu, mereka akan segera diintimidasi dan langsung ditangkap untuk membungkam mereka dan menjadikan mereka contoh bagi yang lainnya. Proses intimidasi dan penangkapan itu telah terjadi di Amerika Serikat, dan juga di bagian lain dari dunia ini, dan kemungkinan hal ini akan terus meningkat sampai Israel menjadi ‘Negara Adikuasa’ di dunia.

Yang kedua, finansial dan sumber daya lainnya yang dimiliki dunia Islam harus dikonsentrasikan dalam upaya pembebasan Tanah Suci dari penindasan. Walaupun tanah perjuangan lainnya juga penting seperti di Kosovo dan Chechnya, namun hanya perjuangan dalam pembebasan Tanah Suci inilah yang dijamin kesuksesannya. Semuanya tidak dapat disamakan. Bahkan, faktanya, pembebasan Tanah Suci akan memberikan dampak terhadap semua perjuangan Islam di bagian bumi lain dalam membebaskan diri dari penindasan.

Yang ketiga, dan yang paling penting adalah, Muslim baik pria dan wanita harus mempelajari pesan dan panduan dari Al-Qur’an terhadap sudut pandangnya mengenai Jerusalem dan Tanah Suci, dan mengajarkan pengetahuan ini kepada yang lain. Buku ‘Jerussalem Dalam Al-Quran’ berusaha untuk mempersembahkan ayat-ayat Qur’an itu sebagai penjelasan dan panduan mengenai Jerusalem dan takdirnya.


Strategi Zionist Yahudi

Satu dimensi dari seluruh dimensi dari strategi Zionist Yahudi adalah untuk menguasai dan mengontrol wilayah strategis di sekitar Israel dengan cara memelihara persekutuan dengan monarki Muslim Arab yang predator, kaya selama-lamanya, dimana mereka ini kaum elit yang tak ber-Tuhan, yang kini menguasai wilayah disekitar Israel atas nama Israel. Kaum elit ini dipaksa untuk menjadi klien Israel untuk dapat mempertahankan posisi mereka, kekuasaan mereka, kekayaan dan fasilitas mereka. Zionist selalu menekan elitis ini agar mereka menindas Muslim sehingga Muslim dapat tunduk kepada Israel atau menjadi tidak berbahaya kepada Israel. Ketika Israel menaikkan eskalasi penindasan dan kekerasannya di Tanah Suci, sehingga masyarakat Muslim Arab menjadi marah karenanya, maka elit Arab sekutu Israel ini, dalam rangka bertahan hidup, akan memperlihatkan muka marah juga terhadap Israel. Pada saat buku ini dibuat, strategi Yahudi dan Arab ini telah memasuki tahap implementasi. Namun ada kelicikan dan setan dibalik strategi ini. Strategi dari orang yang telah meninggalkan etika moral dari agamanya Ibrahim (as). Yahudi akan berkhianat kepada Monarki Arab sekutu mereka. Bahkan ketika tulisan ini dibuat Israel sudah mempersiapkan perang besar terhadap seluruh Muslim Arab dalam rangka memperluas wilayahnya dimana Israel akan menguasai seluruh Jazirah Arab dan di akui sebagai ‘Adi Kuasa’ dunia (menggantikan Amerika Serikat).

Merespon strategi Yahudi ini yang akan menentang Allah SWT dan mereka-mereka yang beriman dan juga untuk mengganti suratan takdir sejarah, Al-Qur’an menyatakan:

وَمَڪَرُواْ وَمَڪَرَ ٱللَّهُ‌ۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَـٰكِرِينَ


“Dan mereka (Yahudi) makar (merancang dan berencana dengan sembunyi-sembunyi), dan Allah pun juga merancang dan berencana, dan Allah adalah perancang dan perencana yang terbaik.” (Al-Qur’an, Ali Imran, 3:54).

Dengan tujuan inilah Israel menggandeng Yassir Arafat dengan Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO) dalam merancang perdamaian di Tanah Suci. Strategi ini sukses ketika mereka terapkan kepada Mesir, Jordania, Turki dan Arab Saudi, kesemuanya adalah negara sekuler tak ber-Tuhan ala Barat yang merupakan negara klien dari Amerika Serikat. Namun strategi ini tidak berhasil ketika diterapkan pada Suriah dan Yaman.

Para pembaca dapat melihat dalam doa Nabi Muhammad SAW berikut ini:
“Berkata Ibn Umar: Rasulullah SAW berkata: Ya Allah! Berkatilah Sham (Suriah) kami dan Yaman kami. Orang-orang berkata: Juga Nejd kami (Nejd adalah bagian dari Saudi Arabia dimana Monarki Saudi saat ini berasal). Rasulullah SAW berkata lagi: Ya Allah! Berkatilah Sham dan Yaman kami. Orang-orang berkata lagi: Juga Nejd kami. Terhadap perkataan itu Rasulullah SAW berkata: Akan terjadi gempa bumi dan bencana, dan dari sana (Nejd) akan muncul kepala setan.” (Sahih Bukhari)

Negara Yahudi Israel telah berhasil berdiri selama setengah abad, sebuah kelangsungan hidup cukup lama yang dapat dibilang, “melawan semua kemungkinan yang ada”, yang mana Yahudi juga menginginkan kita untuk juga mempercayainya. Gerakan Zionist, sebuah gerakan yang realitasnya tak mengenal Tuhan, menipu Banu Israel dengan segudang kebohongan! Salah satu kebohongan mereka adalah, “tanah tanpa orang untuk orang tanpa tanah”. Jika memang tidak ada orang disana, bolehkah kita bertanya: Siapa yang melempar batu disana?

Jika orang Arab tidak dianggap ‘orang’, atau jika mereka itu memang sekedar ‘belalang’ seperti apa yang telah dikatakan Shamir, mantan perdana menteri Israel, apakah mereka tidak mengijinkan Yahudi Banu Israel tinggal diantara mereka selama 2000 tahun? Orang-orang Arab Palestina telah mengijinkan Yahudi tinggal diantara mereka, menjamin keamanan dan harta bendanya selama lebih dari 2000 tahun. Orang-orang Arab melakukan hal ini bahkan ketika pada awal mulanya seluruh dunia telah menutup pintu mereka bagi Yahudi, atau dengan enggan melokalisasi Yahudi di perkampungan yang disebut ghetto. Orang-orang Arab melakukan ini karena didalam hati mereka masih ada ‘peninggalan’ agamanya Ibrahim (as) yang telah datang kepada mereka melalui Ismail (as), peninggalan dari ‘Kebenaran’ itu adalah bahwa mereka telah diajarkan untuk menunjukkan toleransi dan keramahan. Agama Ibrahim (as) yang sama ini seharusnya telah mengajari Yahudi untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada ALLAH.

Zionisme (Judeo Christian Alliance) berpendapat bahwa Kebenaran, di dalam Judaisme, telah melekat pada status orang-orang Yahudi yang secara ‘ekslusif’, ‘abadi’, dan ‘tanpa syarat’, berhak atas Tanah Suci. Zionisme berpendapat bahwa restorasi Negara Israel yang telah dihancurkan Allah SWT, 2000 tahun yang lalu, menjadi validasi klaim Yahudi terhadap (versi imperialis dari) Kebenaran. Seperti apa yang telah dinyatakan Taurat:

“disetiap jengkal tanah yang ada jejak kakimu akan menjadi milikmu” (Deuteronomy, 11:24)?

Selama 50 tahun sejak kelahiran Negara Israel dunia telah melihat ‘jejak kaki’ Yahudi di tanah Israel yang makin lama makin meluas itu. Perluasan itu belum pernah berhenti. Dibalik dari ‘penampakan’ bahwa Israel dikepung dari semua jurusan dimana mereka harus melindungi koper-koper mereka dari serangan orang-orang Arab, ‘realitas’ nya pada saat buku ini sedang dikerjakan (setelah dihancurkannya kamp pengungsi Jenin dan pembantaian begitu banyak orang Arab) adalah Israel sedang mempersiapkan sebuah perang besar (perang Irak, Afganisthan, Lebanon, Libya dan kini Suriah) yang melalui perang itu perbatasan wilayah Israel akan melebar secara dramatis agar sesuai dengan apa yang ada di Taurat, “dari Sungai Nil (sehingga mereka harus menguasai Terusan Suez) sampai dengan Sungai Eufrat (sehingga mereka dapat menguasai minyak Iran). Eropa, Jepang dan seluruh dunia masih mengandalkan minyak itu.” Perang besar ini yang telah direncanakan dengan matang, akan menjadi saksi Israel menggantikan Amerika Serikat sebagai negara ‘superpower’.

Sehingga, dari sudut pandang Taurat, pendirian kembali Negara Israel, kemudian pertambahan wilayah yang diperolehnya, dan juga penguasaan Yahudi terhadap Kota Suci Jerusalem, tentu saja akan ‘terlihat’ sebagai klaim validasi kebenaran oleh Yahudi.

Pertanyaan kami selanjutnya adalah: Bagaimana hal ini diperoleh tanpa kehadiran Mesiah? Jawabannya adalah bahwa semua ini dapat diaraih melalui tipu daya yang dilakukan oleh Mesiah Palsu (al-Masih ad-Dajjal)!

Sekali lagi, dampak yang tidak dapat dielakkan dalam pendirian kembali Negara Israel yang sesuai dengan Taurat yaitu klaim validasi kebenaran dari Yahudi bahwa Isa (as) dan Muhammad (saw) adalah penipu.

Namun dalam rangka menciptakan kembali Negara Israel, Judaisme harus membonceng peradaban baru, yaitu peradaban modern Barat yang pada dasarnya tidak ber-Tuhan (sekuler) dan dekaden (secara terus-menerus hilang nilai moralnya). Dunia Barat tak ber-Tuhan ini adalah aktor utama dalam panggung dunia, mereka “turun kepada manusia dari semua ketinggian” atau “menyebar ke segala arah” (Surah Al-Anbiyah, 21:96) untuk menguasai darat, laut dan udara. Atau tidaklah mungkin Negara Israel ini dapat bertahan selama 50 tahun tanpa dibantu, didukung dan dilindungi secara aktif oleh peradaban Barat yang dekaden, tak ber-Tuhan yang sangat kuat itu. Faktanya adalah peradaban itu diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh Yajuj (Gog) dan Majuj (Magog).

Para Yahudi yang percaya bahwa Negara Israel didirikan atas dasar Taurat dan tampak sebagai Israel Suci, mereka mengesampingkan fakta dan realitas terhadap ketidakadilan dan penindasan terhadap penduduk Palestina – baik Muslim maupun Nasrani – dimana satu-satunya kesalahan mereka adalah bahwa mereka kebetulan bermukim di Tanah Sucinya orang Yahudi. Ketidakadilan dan penindasan ini telah berlangsung selama 50 tahun dan terus meningkat eskalasinya. Pertanyaan kami untuk orang-orang Yahudi semacam ini adalah: Apakah valid untuk mengklaim kebenaran dengan cara yang tidak adil, rasis, tak ber-Tuhan, dekaden dan menindas itu? Dapatkah sebuah bangsa yang membonceng peradaban tak ber-Tuhan masih dapat mengklaim bahwa mereka beriman kepada Tuhannya Ibrahim (as)?

Yahudi berpendapat bahwa mereka tidak mengusir penduduk Palestina dari rumah-rumah mereka, namun mereka sendiri yang pergi dan meninggalkan rumah-rumah mereka. Jika demikian, mengapa Yahudi tidak membiarkan rumah-rumah itu dan menjaganya sebagai janji yang suci (mereka justru menghancurkannya), atau mengundang mereka untuk kembali ke rumah-rumah mereka? Justru selama 50 tahun yang pahit itu, penduduk asli Palestina ini ditolak haknya oleh Yahudi untuk kembali ke rumah-rumah mereka. Mungkin masih diperlukan 50 tahun lagi agar Yahudi, Kristen dan Muslim dapat duduk berdampingan berbagi pemukiman di Tanah Suci, namun itu hanyalah sebuah pepesan kosong karena kenyataannya adalah penindasan Israel terus meningkat eskalasinya hari demi hari. Israel akan segera meraih kejayaan ketika dia menjadi superpower dunia. Namun demikian, Al-Qur’an menyatakan bahwa dunia sedang menyaksikan permulaan dari akhir Negara Palsu Israel ini! Yahudi (Banu Israil) tidak bisa menyalahkan Zionis dalam penipuan ini. Yang Zionis lakukan hanyalah mengeksploitasi setiap kebohongan Taurat (yang Yahudi lakukan sendiri sebelumnya) dan menambahkan setiap kebohongan itu segunung kebohongan lagi.


Jerusalem’ Tidak Disebutkan Namanya di Dalam Al-Qur’an

‘Jerusalem di Dalam Al-Qur’an’ ditulis sebagai respon dari artikel Daniel Pipes yang diterbitkan oleh Surat Kabar Los Angeles Times, 21 Juli 2000, yang berjudul “Jerusalem lebih berarti bagi Yahudi ketimbang bagi Muslim”. Kota Jerusalem tidak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun liturgi Muslim lainnya, dinyatakan oleh artikel Pipes untuk menolak klaim Muslim atas Jerusalem. Karena Pipes menerbitkan artikelnya di beberapa media massa, yang diikuti oleh para analis Tanah Suci yang mengulang-ulang pernyataan Pipes ini di media dalam rangka menggiring opini publik. Dr. Pipes dan kroni medianyalah (mainstream media) yang memprovokasi kami untuk merespon, dimana kami ingin mereka merevisi opini mereka setelah mereka membaca buku (Jerussalem Dalam Al-Qur’an) ini.

Muslim berkewajiban untuk merespon setiap kritik buruk yang menentang Islam dan juga Al-Qur’an, khususnya terhadap perang salib baru yang mereka lancarkan atas nama Negara Yahudi Israel. Semua respon harus dibuat berdasarkan kebenaran yang ada di dalam Al-Qur’an.

Al-Qur’an menyatakan jika kebenaran dihadapkan kepada kebohongan (kesesatan-tanpa petunjuk Allah), maka kebenaran akan mengalahkan kebohongan.

Dan yang beriman telah diperintahkan untuk menggunakan Al-Qur’an dalam perjuangan mereka melawan yang tidak beriman dan yang sesat.

Tujuan kami bukanlah untuk meyakinkan orang-orang seperti Dr. Pipes bahwa ajaran dan nubuah Al-Qur’an dan sabda dari Muhammad (saw) mengenai Jerusalem dan takdirnya adalah kebenaran. Namun tujuan kami adalah untuk menyajikan Jerusalem dari sudut pandang Al-Qur’an dan Hadist dan berusaha untuk menjelaskan sekaligus memahaminya. Entah Dr.Pipes akan menerimanya atau tidak, sudah jelas bahwa ‘Jerusalem didalam Al-Qur’an’, adalah dasar dari pemahaman terhadap masalah Israel dan Islam. Dan itulah tujuan utama dari buku ini.


Jerusalem – Kunci Dalam Memahami Dunia Saat Ini

Seharusnya sudah menjadi jelas bahwa subjek ini sangat penting bagi Muslim dan mereka harus merespon, bertindak, terhadap semua drama besar yang terjadi di Jerusalem. Pada Tahun 1974, Ketua dan pembangun Institut Penelitian dan Perencanaan Muslim (Muslim Institute for Research and Planning) di London, Dr. Kaleem Siddiqui, telah meminta penulis buku ini untuk menulis buku, yang akan menjelaskan Jerusalem dalam proses sejarah yang saat ini sudah menjadi manifestasi di Tanah Suci. Alhamdulillah pekerjaan itu sudah kami selesaikan 27 tahun kemudian. Pandangan Al-Qur’an dalam subjek ini secara gamblang dapat memberikan pemahaman bahwa seseorang tidaklah mustahil untuk memahami dunia saat ini jika dia dapat menembus apa yang tampak dan melihat realitas Jerusalem saat ini.

Barat yang modern menginginkan sebuah Islam untuk diadopsi, yang mana dari banyak fungsi lainnya, akan mengakomodasi Negara Yahudi Israel dan membuka jalan bagi Muslim untuk menerimanya dan berdamai dengannya. Disanalah terletak kunci pemahaman proses sejarah yang berdampak terhadap masalah hubungan internasional di abad ini. Buku ini telah memberikan tanggapan Islam terhadap tujuan strategis Barat itu, sebuah tanggapan yang bepegang teguh pada Hadist Nabi Muhammad (saw). Buku ini membuka tabir bahwa tidak akan pernah ada kata damai di masa yang akan datang antara pengikut sejati (ummah) dari Nabi Muhammad (saw) dan Negara Yahudi Israel. Dan bahwa pengikut sejati Nabi Muhammad (saw) akhirnya akan menang terhadap penindas Israel dan membebaskan Tanah Suci dari penindasan Israel. Dipihak lain, Muslim yang berpihak pada rival-rival Islam yang tak ber-Tuhan (Barat/globalisasi), akhirnya akan menemukan jalan untuk menerima Israel dan akhirnya tunduk pada kekuasaan Yahudi Israel.

Tidak ditemukan dimanapun, usaha-usaha untuk mengajarkan agama Islam, dalam rangka mengejar hasil yang berarti (positif maupun negatif) ketimbang di institusi pendidikan, di sekolah-sekolah, perguruan tinggi maupun yang lebih tinggi dari itu. Dimana keberhasilan pendidikan Islam ini terletak pada pola pikir anak-anak dan siswa-siswa yang harus berpegang teguh pada Al-Qur’an. Subjek yang penting dan wajib diajarkan di pendidikan Islam dimanapun saat ini adalah subjek ‘Jerusalem di Dalam Al-Qur’an’. Dengan subjek inilah seorang Muslim dapat menanggapi serangan dunia Barat tak ber-Tuhan ini yang berkonsentrasi terhadap modifikasi iman yang akan menerima Israel (lihat kutipan dari buku Isma’il Raji Faruqi di halaman xix). Buku ini akan menjadi dasar bagi guru-guru Muslim untuk memberikan petunjuk Al-Qur’an dalam menjelaskan Jerusalem dan takdirnya. Guru Muslim dan Sekolah Islam tidak boleh mengambil posisi sebagai penengah dalam menerangkan subjek ‘Jerusalem di Dalam Al-Qur’an.


Yahudi, Nasrani dan ‘Jerusalem di Dalam Al-Qur’an’

Akhirnya, ketika menjelaskan subjek ‘Jerusalem di Dalam Al-Qur’an’ yang sangat penting bagi Muslim ini, kami juga tertarik untuk meraih perhatian orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada Al-Qur’an. Waktu terus berjalan dan hari kiyamah semakin mendekat, menjadi semakin sulit bagi cendekiawan dan sarjana agama Yahudi maupun Nasrani dalam memahami Al-Qur’an dan Hadist yang menjelaskan tentang subjek ini, atau Yajuj dan Majuj (Gog and Magog), Dajjal (Mesiah Palsu), dan kembalinya Yesus / Isa (as). Bukti-bukti yang mengkonfirmasi kebenaran di Al-Qur’an terus ditemukan.

Muslim memiliki kewajiban untuk memaparkan subjek ini kepada Nasrani maupun Yahudi seperti apa yang telah dicontohkan oleh buku ini. Buku Sheikh Safar Al-Hawali yang menakjubkan, “The Day of Wrath – Is The Intifada of Rajab only The Beginning?” “Hari Pembalasan – Apakah Intifada di Bulan Rajab Menjadi Permulaannya?” menjadi komplemen dari buku ini yang akan menjadi panduan bagi pembaca untuk meneliti sendiri persamaan dan ketidaksamaan antara Al-Qur’an dan nubuah-nubuah Injil.

Buku ini menjelaskan perbedaan antara dua Yahudi yang berbeda. Ada Yahudi yang memiliki hubungan keturunan langsung dengan Ibrahim (as). Merekalah orang Semit yang persamaan rasialnya sama dan dekat dengan orang Arab. Di lain pihak, ada yahudi yang berasal dari orang-orang Eropa yang berambut pirang, bermata biru, yang dimasa lalu memeluk Yahudi, yang tidak memiliki kaitan dengan keturunan Ibrahim (as). Opini penulis buku ini adalah, dan Allah lebih tahu, bahwa Yajuj dan Majuj (Gog and Magog) terletak didalam kawanan orang-orang Yahudi Eropa. Yajuj dan Majuj menjatuhkan Peradaban Nasrani Eropa dan merubahnya menjadi apa yang saat ini disebut sebagai Peradaban Barat (sekuler) yang tak ber-Tuhan itu. Yajuj dan Majuj mendirikan Gerakan Zionist dan Negara Yahudi Israel. Bab 10 buku ini akan mengupas Yajuj dan Majuj menurut sudut pandang Islam. Kami juga telah menjelaskannya secara keseluruhan dan mendetail dalam buku kami yaitu, “Surah Al-Kahf dan Zaman Modern.”

Sudah bukan menjadi pertanyaan lagi bahwa buku ini akan mengejutkan secara psikologis bagi Barat, Nasrani, Yahudi dan bahkan bagi sebagian Muslim. Namun dengan ini kami menyatakan bahwa buku ini tidak kami tulis untuk menyinggung mereka. ‘Realitas internal’ dunia saat ini, menurut sudut pandang Al-Qur’an, sangatlah berbeda dengan ‘realitas eksternalnya’ dalam dasar bagaimana orang-orang menilai atau memandang suatu kenyataan. Ada dunia yang berbeda bagi mereka yang melihat dengan dua mata, mata eksternal dan mata internal, dan bagi mereka yang hanya melihat dengan satu mata (karena mata internalnya buta). Rasulullah (saw) memperingatkan dengan tegas ketika dia menyatakan bahwa Dajjal, Mesiah Palsu, buta salah satu matanya: “Tuhan kamu tidak bermata satu!” Beliau juga memperingatkan bahwa dunia di jaman Dajjal, Mesiah Palsu, akan menjadi jaman dimana ‘penampakkan’ dan ‘realitasnya’ berlawanan satu sama lain. Tidak ada yang dapat melihat secara ‘internal’ untuk dapat menembus ‘realitas’ kecuali mereka-mereka yang mengikuti Rasulullah (saw).

Kami berharap bahwa Yahudi yang membaca buku ini dengan penjelasan dari Al-Qur’an mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di Tanah Suci, akan menemukan kebenaran dan Insya Allah, dapat diyakin dengan kebenaran Al-Qur’an dan menerima Nabi Muhammad (saw) sebagai Utusan Allah SWT seperti halnya Ibrahim (as).


Penafsiran dan Penjelasan

Yang pertama adalah kami sendiri (penulis buku ini) yang menafsirkan kalimat (Al-Qur’an) ketika kalimat itu tidak dijelaskan secara langsung oleh Allah SWT, maupun oleh UtusanNya, Muhammad (saw). Kami melakukannya dalam rangka mencari penjelasan Al-Qur’an terhadap subjek kami. Dan ketika kami melakukannya, kami mendapatkan penolakan dari mereka-mereka yang tidak menerima penafsiran dan penjelasan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an kecuali penafsiran dan penjelasan langsung secara tersurat dan harfiah. Kami mengundang mereka yang menolak penafsiran ayat Al-Qur’an yang kami paparkan dan meminta mereka untuk memaparkan kepada kami ‘penjelasan’ Al-Qur’an dimana Qur’an ‘dapat menjelaskan’ kembalinya Yahudi ke Tanah Suci.

Yang kedua, ketika kami menafsirkan kalimat Al-Qur’an kami selalu menyatakan bahwa Allah SWT lebih mengetahui (Allahu ‘alam).

Yang ketiga, kami tidak pernah memaksa anda untuk percaya akan opini maupun analisa dari kami, kecuali anda telah yakin akan kebenaranya karena kami sangatlah menghargai dan menghormati intelektualitas anda.


Jerusalem dan Klaim Al-Qur’an Terhadap Kebenaran

Bukanlah suatu kebiasaan di jaman sekulerisasi ilmu pengetahuan ini untuk mengacu dan berpatokan kepada kalimat Allah SWT dalam mencari penjelasan mengenai apapun di dunia ini. Dan inilah yang terjadi ketika Negara Israel muncul di peradaban modern. Yahudi Zionis Eropa menggunakan Taurat untuk kasus ini dalam menjelaskan hak mereka yang ‘diberikan Tuhan’ untuk merebut Tanah Suci dalam rangka mendirikan Negara Israel (yang pertama kali didirikan oleh Nabi Daud (as)). Perdana Menteri Israel yang pertama, David Ben Gurion, menyatakan: ‘Taurat adalah landasan kita terhadap tanah Israel’.

Ketika proses sejarah tersingkap di tahap terakhir sejarah umat manusia, dan ketika Al-Qur’an secara terus-menerus memperlihatkan kapasitasnya dalam menjelaskan dengan akurat mengenai dunia dan Jerusalem saat ini, maka inilah validasi klaim Al-Qur’an terhadap kebenaran. Lebih dari cukup buku ini menjelaskan klaim dari Al-Qur’an bahwa memang Qur’an adalah kebenaran. Inilah yang dideklarasikan Al-Qur’an dalam Surah Al-Fussilaat (“ kebenaran yang diutarakan dengan jelas”):

سَنُرِيهِمۡ ءَايَـٰتِنَا فِى ٱلۡأَفَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِہِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ‌ۗ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ ۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ شَہِيدٌ (٥٣) أَلَآ إِنَّہُمۡ فِى مِرۡيَةٍ۬ مِّن لِّقَآءِ رَبِّهِمۡ‌ۗ أَلَآ إِنَّهُ ۥ بِكُلِّ شَىۡءٍ۬ مُّحِيطُۢ (٥٤)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) (membuat mereka mengerti pesan Kami melalui semua tabir/konspirasi yang terungkap) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang Pertemuan dengan Tuhan mereka (termasuk melupakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka). Ingatlah bahwa Sesungguhnya Dia Maha melampaui segala sesuatu. (Al-Qur’an, Al-Fussilaat, 41:53-54)

Jerusalem, Kota Suci bagi Muslim, Nasrani, dan Yahudi, ditakdirkan untuk memainkan semua peranan penting di Akhir Jaman, akhir dari Sejarah manusia. Islam, Nasrani (Kristen Ortodhox) dan Yahudi (Banu Israil), semua setuju mengenai hal ini. Banyak sekali bukti-buktinya, terlihat dengan jelas bagi mereka yang memiliki penglihatan spiritual (mereka yang melihat dengan dua mata, eksternal dan internal) bahwa kita sekarang hidup di Akhir Jaman, jaman yang akan menyaksikan akhir dari sejarah manusia. Akhir Jaman ini akan berlangsung berapa lama? Kapan berakhirnya? Tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT, Tuhannya Ibrahim (as).

Sangat penting bagi kita untuk terus-menerus memaparkan pandangan Al-Qur’an mengenai Jerusalem ini karena Jerusalem pada saat ini telah memainkan ‘peran’ takdirnya. Buku ini menjelaskan apa ‘peran’ Jerusalem itu. Juga sangat penting untuk menjelaskan ‘peran’ Jerusalem di ‘Akhir Jaman’ ini dengan menggunakan pandangan intuisi spiritual karena ‘peran’ itu hanya dapat dijelaskan dengan cara ini.

Tujuan kami adalah untuk masyarakat umum dan awam. Karena penting bagi mereka untuk memahami takdir dari Jerusalem dan Tanah Suci, yang ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena klaim dari rival Islam lainnya dimana masing-masing menyatakan bahwa Jerusalem ditakdirkan untuk memvalidasi klaim ekslusif mereka terhadap kebenaran yang akan menganulir validasi dari agama lainnya.

Sederhananya seperti ini, Yahudi yakin kepada takdir Jerusalem yang akan menyaksikan turunnya Mesiah ke bumi. Ketika Mesiah datang, dia akan membawa kembali kejayaan dan jaman keemasan Judaisme dan dia akan memerintah dunia dari Jerusalem. Ini akan memvalidasi klaim Yahudi akan kebenarannya yang akan menganulir validasi kebenaran agama rivalnya. Nasrani juga memiliki keyakinan yang serupa. Ketika Yesus datang kembali ke bumi dia akan memerintah dunia dari Jerusalem dan memvalidasi dogma-dogma Nasrani seperti Trinity, Inkarnasi, Penebusan Dosa, dan lain-lain. Inilah klaim Kebenaran Nasrani yang akan menganulir klaim Kebenaran yang lainnya. Muslim juga berkeyakinan bahwa Jerusalem ditakdirkan untuk memvalidasi klaim kebenaran Islam dan menganulir klaim dari Yahudi dan Nasrani. Karena ketiga klaim kebenaran ini bersumber dari Ibrahim (as) dimana masing-masing klaim memiliki perbedaan yang mendasar, maka, ketiganya tidak mungkin benar. Dengan kata lain, hanya satu yang benar.

Dalam keyakinan Muslim, Yesus atau Isa (as), Mesiah yang ‘asli’, akan kembali lagi ke bumi, dan dia akan pergi ke Jerusalem dimana dia akan memerintah dunia sebagai Hakimun Adil (pemimpin yang adil), “dia akan menikah, memiliki keturunan, dan mati di bumi”. “Muslim akan mendoakan jasadnya dan dia akan dikuburkan di sebelah kuburan Muhammad (saw) di Medinah”. “Ketika dia kembali ke bumi, Yesus (as) akan mematahkan salib”, itulah akhir dari agama Nasrani, agama salib. “Dan dia akan membunuh babi-babi”:

“Berkata Abu Hurairah: Rasulullah (saw) berkata: “Demi Dia yang memegang nyawaku, Anak Maryam akan datang kepadamu sebagai pemimpin yang adil. Dia akan mematahkan salib, membunuh babi-babi, dan melarang Jizyah (pajak bagi non Muslim yang bermukim di wilayah Muslim). Pada saat itu kekayaan akan melimpah dan tidak ada orang yang akan menerima sedekah.” (Shahih Bukhari)

Kata ‘babi-babi’ tidak dapat diterjemahkan secara harfiah, karena tidak akan masuk dalam kontek subjek yang dibicarakan. Namun, penggunaan kata ‘babi-babi’ menunjukkan kemarahan suci yang mendalam. Buku ini mengajukan pertanyaan: Siapakah babi-babi yang akan dibunuh oleh Mesiah ketika dia kembali lagi ke bumi? Mesiah marah kepada siapa? Siapa yang mencoba membunuhnya (menyalibnya)?

Muslim memiliki informasi yang mendetail mengenai waktu kedatangan Yesus (as), Sang Mesiah. Yaitu ketika air di Laut Galilea mulai surut atau benar-benar habis:

“… Pada saat inilah Allah akan mengirimkan Mesiah, Anak Maryam. Dia akan turun di minaret putih di bagian timur dari Damascus, mengenakan 2 potong pakaian tipis yang diwarnai dengan saffron, dia meletakkan kedua tangannya di sayap dua Malaikat. Ketika dia menurunkan kepalanya, jatuhlah bulir-bulir keringat dari kepalanya, dan ketika dia menaikkan kepalanya, bulir-bulir seperti berlian berjatuhan dari kepalanya. Setiap orang yang tidak beriman akan mati ketika menghirup bau badannya. Nafasnya menjangkau sampai batas apa yang bisa dilihat oleh matanya. Dia kemudian akan mencari Dajjal (Mesiah Palsu) dan akan menemukan Dajjal di Gerbang Lud dan membunuhnya. Kemudian segolongan orang yang dilindungi Allah akan menghampiri Isa (as) Anak Maryam, dan dia akan menyeka muka-muka mereka dan memberitahu status mereka di Surga. Pada saat inilah Allah akan memberitahu Isa (as): Aku hantarkan kepadamu hambaku dimana manusia tidak dapat mengalahkan mereka. Bawa mereka ke Tur. Kemudian Allah mengirim Yajuj dan Majuj dan mereka akan turun dari semua ketinggian. Ketika gelombang pertama mereka mencapai Danau Tiberias mereka meminum air dari Danau itu. Kemudian ketika gelombang terakhir mereka keluar mereka akan berkata: Dulu ada air disini…” (Shahih Muslim)

Laut Galilea (dikenal dengan nama lain, Danau Kineret atau Danau Tiberias) saat ini airnya sudah surut dan hampir habis. Ketinggian airnya yang begitu rendah tercatat baru saat ini dan pertama kalinya dalam sejarah. Dan ketinggian airnya terus menurun karena Pemerintah Yahudi Eropa Israel menghabiskan airnya lebih cepat ketimbang pengembaliannya kembali oleh alam. Semudah itu melihatnya. Ketika airnya kering dan tidak ada air yang tersisa lagi untuk air minum, Yahudi akan mencapai puncak dari seluruh masa yang diperuntukkan bagi mereka untuk menundukkan Jazirah Arab kepada pemerintahan mereka di Tanah Suci. Tunduk dan taat, dalam arti menurut kepada kehendak mereka akan berimplikasi menurut (menyembah Mesiah Palsu) ketimbang menurut atau menyembah Allah SWT. Mereka akan dipaksa untuk tunduk dan patuh kepada Israel karena Israel akan menginginkan air mereka untuk didesalinisasi di fasilitas air bersih yang kini sedang dibangun Israel. Orang Arab akan terlalu miskin untuk dapat membeli air minum dari Israel.

Buku ini menekankan bahwa yang harus dilakukan Yahudi untuk memprediksi kapan datangnya hari penghakiman adalah dengan cara melihat ketinggian air di Laut Galilea. Waktu yang sangat mereka nantikan dimana, menurut strategi mereka, akan mendatangkan kejayaan terakhir, justru merupakan waktu ketika Mesiah yang asli turun ke bumi untuk menghancurkan dan menghukum Yahudi! (Lihat appendix 1 untuk artikel berita mengenai ketinggian air di Laut Galilea saat ini).(*)

(Kampung-Muslim/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: