Saudi Binladin Group sebagai kontraktor utama dalam menangani perluasan Masjidil Haram, (7/8). Pemerintah Arab Saudi memperkirakan renovasi ini akan selesai paling cepat 5 tahun. (Foto: Tempo/Ijar karim)
Perusahaan pengembang raksasa Arab Saudi, The Bin Ladin Group (SBG) , disarankan untuk resmi mengumumkan kebangkrutannya agar selamat dari kehancuran. Usul tersebut diberikan menyusul perusahaan tersebut kesulitan dana untuk membayar gaji pegawai dan harus melakukan pengurangan karyawan secara besar-besaran.
Seperti yang dilansir Al Arabiya, terdapat tiga opsi lain disamping menyatakan kebangkrutan, untuk mencegah keruntuhan.
Opsi yang disarankan adalah pemerintah Arab Saudi mengakuisisi 60 persen saham di perusahaan. Pilihan lain adalah untuk menjual proyek real estat yang sedang dikerjakan dan memutus kontrak yang telah dimenangkan perusahaan.
SBG adalah salah satu perusahaan konstruksi terbesar di dunia. Sejak pembentukannya lebih dari delapan dekade lalu, perusahaan telah berada di balik beberapa proyek yang paling penting di Arab Saudi termasuk jalan, terowongan, bandara, universitas dan hotel.
Tapi perusahaan ini mulai goyah sejak September 2015, ketika salah satu crane di kompleks Masjid Agung Mekah runtuh pada musim haji dan menewaskan 107 orang.
Pemerintah Arab Saudi lantas menolak memberikan kontrak tambahan setelah peristiwa berdarah itu. Sehingga SBG rugi miliaran dollar. Hal tersebut diperparah dengan masalah anjloknya harga minyak sejak akhir 2014 yang telah memangkas anggaran nasional.
SBG mengalami kesulitan dana terutama dalam melunasi gaji karyawan. Mereka pun kemudian harus mengurangi jumlah karyawan hingga ribuan orang termasuk tenaga kerja asal Indonesia.
Al Arabiyah melaporkan bahwa sekitar 77.000 dari sekitar 217.000 karyawan yang bekerja untuk SBG akan diputus kontrak kerjanya.
(Al-Arabiya/Tempo/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email