Persoalan radikalisme yang berkembang di Indonesia, sejatinya telah muncul di zaman Rasulullah, sehingga tidak heran jika kemudiaan sekarang ini radikalisme muncul dimana mana.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj di hadapan ratusan ulama NU dan kiyai pesantren se Indonesia yang hadir pada acara konsolidasi ulama pesantren tingkat nasional yang digelar Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) di Hotel Kaisar Jakarta Ahad (1/4).
Dikatakan, bibit radikalisme muncul Ketika Rasulullah usai memenangi peperangan kemudian membagi harta rampasan perang dan hanya diberikan kepada kelompok muallaf, akan tetapi kelompok senior meski ikut perang akan tetapi tidak mendapat bagian.
Sikap Rasulullah itu tiba tiba saja mendapat perlawanan dari salah seorang bernama Dzil Khuwaisir dengan penampilan kurus pakaian jubah cingkrang dan berkata agar Rasulullah membagi harta rampasan perang dengan adil. Ketika yang bersangkutan pergi, Rasulullah berkata bahwa suatu ketika dari ummatku akan muncul kelompok seperti orang yang baru saja menemui saya, hafal Qur'an akan tetapi tidak mengerti isinya.
Prediksi Rasulullah ternyata betul-betul terbukti pada pemerintahan Kholifah Ali bin Abi Tholib, yakni peristiwa pembunuhan kepada Ali bin Ali Tholib dan pelakunya dalam kesehariannya ahli puasa hafal qur'an berasal dari kelompok Khawarij.
Menurut Kang Said, apa yang disampaikan Rasulullah sekarang ini telah terbukti, dimana mana kekerasan mengatasnamakan agama, padahal sebenarnya bukan untuk kepentingan agama.
Dirinya berharap kepada warga nahdliyyin untuk waspada terhadap gerakan radikalisme yang terus mengancam eksistensi Nahdlatul Ulama dimana gerakannya selalu mendapat support dana dari negara di Timur Tengah.
(NU-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email