Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bereaksi saat menghadiri pemakaman korban percobaan kudeta yang gagal di Istanbul pada 17 Juli 2016. (Foto: AFP)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terpaksa menyegerakan pidatonya setelah pecah tangisannya saat memberikan pidato penghormatan kepada para pendukungnya yang tewas dalam upaya kudeta yang gagal.
“Kami berjalan ke pemakaman ini dan kami akan menangani para pembunuh, para pemuja dan pengikut-pengikut Fethullah,” kata Erdogan pada hari Minggu (17/7/16) di pemakaman korban yang meninggal dalam kudeta baru-baru ini.
Presiden Turki merujuk pada gerakan pembangkang yang dijalankan oleh Fethullah Gulen (lihat di bawah), yang dituduh merencanakan pengguling dirinya dengan membangun jaringan pendukungnya di media, peradilan dan pendidikan, yang Gulen bantah.
Pada saat itu, Erdogan menangis dan terpaksa membatalkan pidatonya, tetapi sebelumnya ia bersumpah akan membersihkan institusi Turki dari pengikut Gulen ini.
Ia juga mengklaim bahwa “kelompok Gulen” telah menginfeksi angkatan bersenjata, dan bersumpah akan “membersihkan semua lembaga negara dari virus.”
Gulen dilaporkan mempertahankan para pendukungannya diantara anggota militer dan birokrat tingkat menengah Turki. Gerakannya yang disebut Hikmat itu, termasuk think tank, di berbagai sekolah dan perusahaan media.
Seorang pria berlutut saat berdoa selama pemakaman korban kudeta gagal 15 Juli di Istanbul pada 17 Juli 2016. (Foto: AFP)
Erdogan dan Gulen merupakan sekutunya hingga polisi dan jaksa, memandang perlunya membuka penyelidikan korupsi dalam lingkaran dalam Erdogan pada 2013.
Penyelidikan tersebut menyebabkan pengunduran diri menteri ekonomi, menteri dalam negeri dan urbanisasi. Gulen juga memiliki bukti di balik kebocoran anggaran tersebut.
Erdogan juga mengumumkan bahwa Turki sedang mempertimbangkan hukuman mati dihidupkan kembali setelah upaya kudeta itu, mengatakan bahwa ia akan membawa persoalan ini beserta partai-partai oposisi ke parlemen.
“Dalam demokrasi, Anda tidak bisa mengabaikan tuntutan rakyat … Kami tidak akan menunda keputusan ini untuk waktu lama. Karena mereka yang berusaha mengkudeta di negeri ini harus dihukum,” katanya.
Para pria memegang peti mati yang ditutup bendera di Istanbul pada 17 Juli, 2016, selama pemakaman tujuh korban upaya kudeta 15 Juli. (Foto: AFP)
Turki menghentikan hukuman mati pada tahun 1984 dan menghapuskan hukuman mati pada tahun 2004 untuk memenuhi persyaratan Uni Eropa.
Ankara telah meluncurkan tindakan keras terhadap peradilan dan militer, dengan lebih dari 6.000 orang dilaporkan ditangkap atas upaya kudeta.
“Sekarang operasi bersih-bersih terus. Kami telah menahan sekitar 6.000 orang. Jumlah tersebut akan meningkat lebih 6.000,” kata Menteri Kehakiman Bekir Bozdag.
Kudeta yang dilakukan pada tanggal 15 Juli tersebut dimulai ketika sebuah faksi militer Turki memiblokir Jembatan Bosphorus ikon Istanbul dan memberondong markas badan intelijen Turki dan parlemen di ibukota.
Tank, helikopter, dan tentara bentrok dengan polisi dan rakyat di jalan-jalan di kota utama itu.
Menurut laporan terbaru oleh Kementerian Luar Negeri Turki, jumlah korban tewas akibat kudeta militer yang gagal di Turki telah meningkat menjadi lebih dari 290 orang. Lebih dari 1.400 orang juga terluka.
Seorang tentara Turki bersenjata di atas kendaraan di Istanbul pada 16 Juli 2016. (Foto: AFP)
Sementara itu, Athena telah menahan delapan personil militer Turki yang masuk secara ilegal dan melanggar wilayah udara Yunani setelah mereka tiba di sana melalui helikopter pada hari Sabtu pasca pengumuman kudeta yang gagal ini.
Petugas Turki dikawal oleh polisi Yunani meninggalkan gedung pengadilan Alexandroupoli, pada 17 Juli 2016. (Foto: AFP)
Para pencari suaka – dua kapten dan lima prajurit – ketika polisi mulai menembak terhadap mereka semua mengklaim bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan kudeta dan melarikan diri ke Yunani
Turki telah menyerukan ekstraksi terhadap mereka, Yunani mengatakan telah mempertimbangkan hukum internasional sebelum mereka dikembalikan, tetapi telah berjanji akan mengembalikan helikopter mereka yang tiba.
(Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email