Pesan Rahbar

Home » » Apakah Hanya Ada Bidadari Untuk Lelaki Saja di Surga?

Apakah Hanya Ada Bidadari Untuk Lelaki Saja di Surga?

Written By Unknown on Sunday 4 September 2016 | 09:38:00


Jika dalam Al-Qur’an dijanjikan bahwa para lelaki beriman dapat menikmati bidadari di surga, lalu apa yang akan didapatkan oleh perempuan beriman di sana?

*****

Di surga manusia dapat merasakan “keindahan Tuhan” dan alam malakut serta hakikat wujud kehidupan dengan tanpa halangan apapun. Keindahan Ilahi yang dapat dirasakan di surga berupa nikmat-nikmat tak terbatas, seperti makanan, minuman, istri, dan lain sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengkaji bagaimana sebenarnya mereka (pelayan-pelayan surga) berprilaku terhadap penduduk surga. Namun sebelum kita harus membahas arti kata huurul ‘iyn dalam Al-Qur’an yang kerap diterjemahkan sebagai bidadari.

Huur adalah bentuk plural kata haura’, yang berarti perempuan putih yang hitam mata dan rambutnya berwarna hitam pekat. Jadi haura’ adalah perempuan dengan karakteristik demikian, sedang ahwaradalah jenis lelakinya.[1]

Kata ‘iyn adalah bentuk jamak kata ‘aiyna’ yang berarti perempuan bermata lebar yang mana hal itu menunjukkan kecantikannya.
Hawari berarti sahabat suci yang memiliki hati bersih dan mengenakan pakaian putih. Bentuk plural kata ini adalh hawariyyun.[2]

Arti sebenarnya dari kata huur adalah keluar dari aliran dan kembali menjadi bentuk lain; entah dalam bentuk yang baik atau buruk, entah juga dalam hal materi maupun non materi. Alhasil berubah menjadi suatu keadaan yang berbeda dari keadaan sebelumnya. Bidadari disebut huur karena mereka keluar dari jalur asli atas izin Allah, dari bentuk malaikat menjadi makhluk yang dapat berinteraksi dengan manusia.[3]

Jadi, huur atau haura adalah makhluk rupawan yang hitam dan putih matanya sangat tajam. Dalam bahasa Arab lelaki yang memiliki kriteria sedemikian rupa juga disebut dengan huur, berbeda dengan kata bidadari dalam bahasa Farsi yang identik dengan wanita rupawan saja.[4]

Dalam Al-Qur’an empat kali kata huur disebutkan; ketiganya dengan tambahan sifat ‘iyn dan satu kali mutlak tanpa tambahan itu.[5]

Kata qashirah berarti perempuan pemalu. Ath-Tharf berarti kelopak mata. Qashirat Ath-Tharf Al-‘Aiynyakni perempuan dengan kelopak mata yang indah dan memalingkan pandangannya dari hal-hal yang tak patut dilihat.[6]

Kata-kata tersusun Qashirat Ath-Tharf Al-‘Aiyn disebutkan sebanyak tiga kali dalam Al-Qur’an.[7]


Kriteria huurul ‘iyn

Huurul ‘iyn atau bidadari dalam Al-Qur’an memiliki kriteria-kriteria berikut ini:
1. Memiliki perangai yang baik. Allah swt berfirman:
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahmaan [55]:70).
2. Menjaga pandangan dari hal-hal yang tak patut dilihat. Allah swt berfirman:
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan [55]:42).
3. Bidadari-bidadari surga memiliki kriteria dan sifat yang sama dan tidak ada kelebihan antara satu dari mereka atas selainnya, serta berusia sama dengan suami mereka. Allah swt berfirman:
“…penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waaqi’ah [56]:37).
4. Mereka memiliki kulit terang yang memikat dan sangat rupawan. Bagaikan mutiara yang berkilau, juga bagai yaqut dan marjan. Allah swt berfirman:
“…seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]:49).
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman [55]:58).
5. Mereka adalah perawan yang tak pernah tersentuh manusia dan jin sebelumnya. Allah swt berfirman:
“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar-Rahman [55]:74).
“… dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waaqi’ah [56]:36-37).
6. Bidadari-bidadari surga selalu bersedia melayani pasangan mereka dan berada di tenda-tendanya yang aman dari pengelihatan lelaki asing. Allah swt berfirman:
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (QS. Ar-Rahman [55]: 72).


Para pelayan surga

Di surga juga ada pemuda-pemuda rupawan yang melayani orang-orang beriman. Allah swt berfirman:“Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.” (QS. Ath-Thuur [52]:24).
“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.” (QS. Al-Insan [76]:19).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa pelayan-pelayan surga adalah anak-anak lelaki muda rupawan dan berakhlak baik. Ghilman adalah jamak kata ghulam dan yang dimaksud adalah para pembantu surga. Dalam bahasa Arab, anak lelaki yang baru lahir hingga masa muda disebut ghulam. Yang dimaksud lelaki-lelaki muda dalam ayat tersebut adalah anak-anak muda yang masih baru tumbuh kumisnya.[8]

Menurut para hali bahasa, lelaki dalam usia sedemikian disebut ghulam karena mereka memiliki hasrat yang tinggi untuk menikah. Yang dimaksud kelilingnya pelayan-pelayan surga adalah pelayanannya untuk para penduduk surga.

Sebagaian ahli tafsir menjelaskan bahwa para pelayan surga itu juga seperti bidadari, memiliki paras yang tampan dan tak pernah tersentuh oleh orang asing.[9]


Pasangan di surga

Sebagaimana di dunia lelaki dan perempuan dapat menjalin hubungan cinta dengan cara menikah, di surga pun juga demikian. Di surga perasaan itu tetap ada. Disebutkan bahwa saat orang yang beriman masuk surga, ia bertanya: “Di manakah orang tua dan anak-anakku?” Maka jika seandainya keluarganya berada di bawah derajatnya, maka atas izin Allah orang mukmin itu dapat memberikan syafaat untuk mengangkat keluarganya menjadi sederajat dengannya.[10]

Allah swt berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.”” (QS. Az-Zukhruf [43]:69-70).

“Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta.” (QS. Yaasiin [36]:56-57).

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa di surga nanti orang-orang yang beriman akan dipertemukan dengan pasangan dan kekasihnya di dunia. Jika istri seorang mukmin memiliki derajat lebih rendah dari suaminya, maka suaminya dapat memberikan syafaat untuk istrinya. Jika beriman yang masuk surga di dunia belum menikah, maka di surga ia dapat menikah dengan siapa saja.[11]

Jika seorang wanita mukmin pernah menikah lebih dari sekali, di surga ia dapat memilih yang terbaik dari keduanya.[12]

Banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan masalah berpasang-pasangannya penduduk surga. Perhatikan ayat-ayat berikut ini:
“Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al-Waqi’ah [56]: 22-23).
“Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.” (QS. Ath-Thuur [52]:24).
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS. An-Nisa’ [4]:57).

Wanita-wanita di surga disebut dengan istilah “istri-istri yang suci”.[13]

Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan birahi penduduk surga, dalam metode penyampaiannya, memposisikan lelaki sebagai “yang menginginkan” dan perempuan sebagai “yang diinginkan”. Padahal keduanya sama-sama saling membutuhkan dan dapat merasakan ketentraman saat bersama. Perempuan digambarkan sebagai seorang yang berada di dalam tirai kesucian, dan lelaki yang berusaha memasuki tirai itu dengan sopan. Oleh karena itu ayat-ayat yang berkenaan dengan hubungan cinta dan hasrat lelaki dan perempuan hanya kecenderungan lelaki terhadap perempuan saja yang diungkapkan; sedang kecenderungan wanita tidak diungkap dan terjaga dalam kesuciannya.[14]

Misalnya Allah swt pernah berfirman: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak…” (QS. Ali-Imran [3]:14)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa lelaki mencintai wanita-wanita. Lalu mengapa tidak disebutkan juga bahwa wanita mencintai lelaki-lelaki? Jawabannya karena Al-Qur’an secara sopan hanya mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan lelaki saja. Karena jika tidak seperti itu, maka Al-Qur’an bertentangan dengan kesopanan. Sedangkan nabi sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak dan kesopanan untuk umat manusia. Tak hanya ayat-ayat Al-Qur’an saja yang menggunakan metode ini, para imam maksum dalam ucapan-ucapannya pun juga demikian.

Perhatikan dua ayat di bawah ini:
“Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al-Waqi’ah [56]:22-23).
“Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.” (QS. Ath-Thuur [52]:24).
Dengan memperhatikan dua ayat tersebut, dapat difahami bahwa lelaki dan perempuan di surga adalah huurul ‘iyn. Hanya saja karena Al-Qur’an menggunakan cara yang sopan dalam menjelaskan hasrat dan birahi para penduduk surga, Al-Qur’an hanya menyinggung gairah lelaki yang cenderung “menginginkan” lawan jenisnya saja. Ia berfirman: “…mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci.” (QS. An-Nisa’ [4]:57).

Etika dan kesopanan yang dijaga Al-Qur’an dalam menjelaskan membuatnya tidak menyebut bahwa di surga para wanita akan mendapatkan lelaki-lelaki sebagai pasangannya.[15]

Kesimpulan
Etika yang dijunjung Al-Qur’an menuntut agar gairah-gairah wanita tidak terlalu diutarakan, jika pun diutarakan hanya sekedar isyarah semata. Sudah hal pasti bahwa segala kenikmatan di surga yang disebutkan dalam Al-Qur’an tidak hanya untuk lelaki saja, namun juga untuk perempuan beriman pula.
Tuhan akan memberikan kecantikan yang luar biasa kepada perempuan-perempuan beriman lebih dari para bidadari surga dan dapat dipertemukan dengan suaminya di dunia, dan jika ia belum pernah menikah ia dapat menikah dengan siapapun yang ia suka.

Referensi untuk mengkaji lebih jauh:
1. Abbas Ali Muhammadi, Huri Kist, Tehran, Safir Subh, 1379.
2. Abdul Husain Dastegheib Syirazi, Sara e Digar, Syarah dan Tafsir Surah Al-Waqi’ah.
3. Tafsir Al-Mizan, terjemahan Baqir Musawi Hamadani, jil 19-21.
Hadits akhir:
Rasulullah saw bersabda: “Memiliki istri yang baik adalah kebahagiaan seorang lelaki.”[16]

Referensi:

[1] Raghib Esfahani, Mufradat Alfadz Al-Qur’an, hal. 262.
[2] Ali Akbar Qurashi, Qamusul Qur’an, jil. 1, hal. 192.
[3] Husain Musthafawi, At Tahqiq Fi Kalimatil Qur’an, jil. 1, hal. 380.
[4] Abbas Ali Mahmudi, Huri Kist, hal. 9.
[5] QS. Ad-Dukhan: 54, QS. Ath Thuur: 20; QS. Al-Waaqi’ah: 22-23; QS. Ar-Rahman: 72.
[6] Fakhruddin Thuraihi, Majma’ul Bahrain, jil. 3, hal. 458.
[7] QS. Ar-Rahman: 70, QS. Ash-Shaaffaat: 48, QS. Shaad: 52.
[8] Ali Akbar Qurashi, Qamusul Qur’an, jil. 5, hal. 119.
[9] Tafsir Al-Mizan, terjemahan Baqir Musawi Hamadani, jil. 19-21.
[10] Abdul Husain Dastegheib Syirazi, Qiyamat dar Qoran, Tafsir Surah Thur, hal. 33.
[11] Abdul Husain Dastegheib Syirazi, Saraye Digar, Syarah dan Tafsir Surah Al-Waqi’ah, hal. 213.
[12] Biharul Anwar, jil. 8, hal. 119.
[13] QS. Al-Baqarah: 25, QS. Ali-Imarn: 15, An-Nisa’:57.
[14] Mahmudi Abbas Ali, Huri Kist, hal. 15.
[15] Abbas Ali Mahmudi, Huri Kist, hal. 12-14.
[16] Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Al-Kafi, jil. 5, hal. 324.

(Hauzah-Maya/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: