Arab Badui Saudi
Jawaban:
Sehubungan dengan persoalan ini, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan:
Pertama. Sepanjang sejarah, agama Allah menjalani proses kesempurnaannya sesuai dengan kemajuan ilmiah, sosial, intelektual, dan tuntutan zaman. Akhirnya manusia sampai juga pada tingkat kedewasaan yang membuatnya sanggup untuk menerima program kesempurnaan yang meliputi semua periode sejarah, dan al-Qur’an dalam kapasitasnya sebagai anggaran dasar dan program final kesempurnaan manusia untuk semua masa dan tempat turun kepada Rasulullah saw. dan menjadi dokumen abadi yang senantiasa hidup sepanjang kehidupan manusia.
Kedua. Pernyataan bahwa al-Qur’an turun untuk kalangan Arab Baduwi adalah tidak benar, karena jelas berbeda antara al-Qur’an turun di tengah masyarakat tertentu dengan al-Qur’an turun hanya untuk mereka, apalagi al-Qur’an tidak pernah menjadikan masyarakat arab sebagai lawan bicaranya melainkan dia selalu menyebut “nas” yang berarti manusia secara umum atau “alladzina amanu” yang berarti orang-orang mukmin, itu artinya al-Qur’an memanggil semua orang yang mencari Tuhan pada setiap masa dan generasi.
Adapun dari sisi kepahaman, ayat al-Qur’an terbagi dalam beberapa kategori:
1. Ayat yang juga bisa dimengerti oleh arab-arab Baduwi pada waktu turunnya al-Qur’an. Ayat-ayat ini sederhana, tapi di saat yang sama juga mempunyai kekuatan secara ilmiah dan logis sehingga tetap menarik dan teliti bagi para ilmuan-ilmuan besar kontemporer.
2. Ayat yang tidak bisa dimengerti, baik pada waktu turunnya al-Qur’an maupun sekarang, kecuali dengan perenungan dan penelitian yang metodis.
3. Ayat yang memuat hakikat-hakikat ilmiah dan filosofis serta pembahasan-pembahasan sosial yang hanya bisa dimengerti dengan bantuan pengetahuan manusia masa kini atau yang akan datang. [1]
4. Ayat yang berada di luar kemampuan akal dan pemahaman manusia biasa. Ayat-ayat ini hanya bisa dimengerti dengan bantuan Rasulullah saw., dan para imam suci as.. Riwayat-riwayat tafsir mereka merupakan peninggalan yang sangat berharga dan berguna dalam menjelaskan hakikat-hakikat al-Qur’an yang menjulang kepada umat manusia secara lengkap dan sempurna. Kenyataan ini bukan hanya diakui oleh kelompok Syi’ah melainkan kelompok Ahli Sunnah juga sering bersandar pada riwayat-riwayat tafsir itu di dalam karya-karya tafsir mereka.
Di dalam al-Qur’an juga ada isyarat-isyarat tentang fenomena yang terjadi pada masa turunnya, tapi hal itu sama sekali tidak membuatnya terbelenggu dalam masa tersebut, sebab al-Qur’an tidak hanya menyebutkan fenomena sejarah yang sifatnya berlalu begitu saja, melainkan dalam kisah-kisah al-Qur’an itu terkandung makrifat-makrifat yang abadi di bidang teologi, kosmologi, antropologi, pengenalan terhadap jalan yang benar, pengenalan terhadap penunjuk jalan atau utusan Tuhan, dan kumpulan yang luas tentang hukum serta moral. Semua itu mencakup semua masa dan membimbing umat manusia di seluruh periode sejarah kepada kesempurnaan dan kebahagiaannya.
Begitu pula dengan fenomena-fenomena sejarah yang disinggung oleh al-Qur’an, meskipun kisah-kisah itu berkenaan dengan masa lampau tapi tetap berfungsi sampai masa akan datang, masing-masing dari kisah itu menjelaskan sebuah sunnah histroris yang tidak akan berubah atau hukum yang universal. Satu contoh al-Qur’an menceritakan Bani Israil bahwa setelah mereka terbebaskan dari cengkraman Fir’aun, mereka mengeluhkan menu makanan yang tidak lebih dari satu dan sebaliknya mereka mengajukan berbagai tuntutan material, dan sikap itulah yang membut mereka dimurkai oleh Tuhan; Kisah ini menyampaikan pesan bahwa keserakahan dan pembangkangan terhadap utusan Tuhan akan berakibat buruk dan sengsara bagi manusia, ini merupakan pelajaran yang berlaku bagi semua orang yang, setelah terbebas dari pemerintahan totaliter yang zalim, tidak bersabar dalam menghadapi kesulitan dan bersikeras untuk memenuhi tuntutan-tuntutan materialnya.
Dari sini dapat diketahui bahwa di samping al-Qur’an turun sebagai hidayah bagi semua orang, ras, bangsa, dan dalam semua tingkatan budaya mereka; al-Qur’an juga menjelaskan seluruh prinsip-prinsip reformasinya dalam rangka memberi memberi petunjuk dan mendidik masyarakat yang sedang mengalami kemerosotan peradaban. Dan dengan memperhatikan fenomena-fenomena sejarah ini, berikut juga proses pembangunan peradaban yang dilakukan oleh al-Qur’an maka masing-masing orang ataupun bangsa bisa mengambil pelajaran dan solusi untuk menyelamatkan diri mereka.
Kesimpulannya adalah, semua proposisi yang digunakan di dalam al-Qur’an selain ditujukan kepada masyarakat yang hidup pada masa turunnya juga ditujukan kepada semua manusia di sepanjang zaman.
Penerjemah: Nasir Dimyati
Referensi:
1. Untuk lebih lengkapnya Anda bisa melihat bukunya Mourice Bucallie yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Parsi oleh Dzabihullah Dabir dengan judul “Muqoyesehi miyone Tourot, Injil, Qur’on, wa Ilm”.
(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email