Jawaban:
Kekafiran dan kesesatan terkadang dikarenakan oleh kebodohan dan terkadang pula dikarenakan oleh kebencian terhadap kebenaran dan cinta hawa nafsu. Yang pertama disebut dengan kekafiran dan kebodohan yang sederhana serta tidak disengaja sedangkan yang kedua disebut dengan kekafiran dan kebodohan berganda serta disengaja.
Kelompok yang pertama masih bisa mendapat petunjuk (hidayah) setelah mengetahui ayat-ayat al-Qur’an, tapi kelompok yang kedua dengan pilihan negatif dirinya sendiri mereka membenci kebenaran sehingga ayat-ayat al-Qur’an tidak menemukan jalan ke arah hati mereka. Itulah sebabnya perbuatan membaca al-Qur’an bagi Rasulullah saw. dan orang-orang yang berhati bersih dapat membuka tirai penghalang tapi bagi sebagian yang lain perbuatan itu malah menjadi tirai, dalam hal ini Allah swt. berfirman kepada rasul-Nya:
﴿ وَ اِذَا قَرَأتَ القُرآنَ جَعَلنَا بَینَکَ وَ بَینَ الَّذِینَ لَا یُؤمِنُونَ بِالآخِرةِ حِجَابًا مَستُورًا ﴾ الاسراء 45
Artinya “Dan apabila engkau membaca al-Qur’an maka kami jadikan penghalang yang tertutup antara engkau dengan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat”. (QS. al-Isra’ 45).
Hijab atau penghalang adakalanya berupa materi dan indrawi seperti tembok, batu serta tabir, dan adakalanya berupa non-materi dan spiritual seperti dosa dan kelalaian yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala oleh pelaku dosa tapi di saat yang sama dosa dan kelalaian itu menghalangi mereka untuk menyaksikan keindahan Kebenaran (Tuhan).
Itulah kenapa Imam Ali Zainal Abidin as. berdoa di hadapan Allah swt. sebagai berikut:
وَ اِنَّکَ لَا تَحتَجِبُ عَن خَلقِکَ اِلَّا اَن تَحجُبَهُمُ الاَعمَالُ دُونَکَ [1]
Artinya: “Dan sesungguhnya Engkau tidak terhalang dari ciptaan-Mu tapi perbuatan-perbuatan mereka yang menghalangi mereka sendiri dari sisi-Mu”.
Kekafiran yang disengaja akan menjadi penghalang bagi orang kafir untuk memahami firman Ilahi. Al-Qur’an menyebutkan:
﴿ وَیلٌ یَومَئِذٍ لِلمُکَذِّبِینَ الَّذِینَ یُکَذِّبُونَ بِیَومِ الدِّینِ وَ مَا یُکَذِّبُ بِهِ اِلَّا کُلُّ مُعتَدٍ اَثِیمٍ اِذَا تُتلَی عَلَیهُم آیَاتُنَا قَالَ اَسَاطِیرُ الاَوَّلِینَ کَلَّا بَل رَانَ عَلَی قُلُوبِهِم مَا کَانُوا یَکسِبُونَ ﴾ المطففین 10-14
Artinya: “Celakalah pada hari itu untuk orang-orang yang mendustakan (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan Dan Tiadalah yang mendustakannya kecuali setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa (yang) apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami niscaya dia berkata, itu adalah dongeng-dongeng orang dahulu”. (QS. al-Muthaffifin 10-14).
Karena itu pula al-Qur’an menyebutkan ayat
﴿ وَ لَو اَنزَلنَا عَلَیکَ کِتَابًا فِي قِرطاسٍ فَلَمَسُوهُ بِاَیدِیهِم لَقَالَ الَّذِینَ کَفَرُوا اِن هذَا اِلَّا سِحرٌ مُبِینٌ ﴾ الانعام 7
Artinya: “Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka, tentulah orang-orang kafir itu berkata ini tidak lain melainkan suatu sihir yang nyata”. (QS. al-An’am 7).
Hal yang serupa juga terjadi sehubungan dengan perbuatan buruk dan dosa. Secara otomatis ketika seseorang berulang kali melakukan dosa dan sudah merasa akrab dengan perbuatan dosa tersebut maka dia tidak akan memiliki telinga untuk mendengar sesuatu yang bertentangan dengan perbuatannya. Setiap kali perbuatan dosa terulang akan berakibat cinta yang lebih dalam dari sebelumnya terhadap perbuatan yang batil dan menjauhkan pelakunya dari maslahat serta mendekatkannya pada dorongan hawa nafsu sehingga pada akhirnya dia akan berani mendustakan atau bahkan mengolok-olok ayat yang bertentangan dengan keinginan hawa nafsunya. Sebab itu, pada prinsipnya hati tipe orang yang seperti ini tidak akan menemukan jalan menuju pemahaman ayat-ayat Tuhan, seperti tubuh yang terserang diare karena terkena racun, dia menjadi mencret dan dilarang mengkonsumsi buah-buahan yang manis karena membahayakan dan membuat penyakit tersebut lebih parah dari sebelumnya.
Al-Qur’an menyebutkan
﴿ وَ نُنَزِّلُ مِنَ القُرآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَ رَحمَةٌ لِلمُؤمِنِینَ وَ لَا یَزِیدُ الظَّالِمِینَ اِلَّا خَسَارًا ﴾ الاسراء 82
Artinya: “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu apa yang merupakan penyembut dan rahmat bagi orang-orang mukmin, dan ia (al-Qur’an) tidak menambahkan bagi orang-orang zalim melainkan kerugian”. (QS. al-Isra’ 82).
﴿ ثُمَّ کَانَ عَاقِبَةُ الَّذِینَ اَسَآؤُا السُّوآی اَن کَذَّبُوا بِآیَاتِ اللهِ وَ کَانُوا بِهَا یَستَهزِءُونَ ﴾ الروم 10
Artinya: “Kemudian akibat orang-orang yang berbuat kejahatan adalah kesengsaraan (neraka) karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan dengan ayat-ayat itu mereka memperolok-olokkan”. (QS. ar-Rum 10).
Penerjemah: Nasir Dimyati
Referensi:
1. Mafatihul Jinan, doa Abu Hamzah Tsumali.
(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email