Direktur pusat epilepsi, Universitas Hamburg, Jerman mengatakan, para penderita keterbelakangan mental sangat rentan terkena penyakit Epilepsi.
Astan News melaporkan, Dr. Frank Bösebeck, di sela kongres internasional Epilepsi kedua di rumah sakit Razavi menuturkan, hasil dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa peluang terkena penyakit Epilepsi pada orang-orang yang menderita keterbelakangan mental ringan, 10 kali lebih besar dari orang-orang normal, dan kemungkinan terkena Epilepsi bagi orang-orang yang menderita keterbelakangan mental akut, 45 kali lebih besar dari yang lainnya.
Ia juga menyinggung kesulitan dalam penyembuhan orang-orang dengan keterbelakangan mental yang menderita Epilepsi.
"Salah satu masalah orang-orang dengan keterbelakangan mental adalah, gejala-gejala saat terjadi kejang punya banyak kemiripan dengan gejala-gejala kejang Epilepsi. Sementara, kejang-kejang ini disebabkan bukan oleh Epilepsi, oleh karena itu, diagnosa Epilepsi seringkali keliru terhadap para penderita keterbelakangan mental dibandingkan dengan pasien lainnya," papar Dr. Frank.
Terkait metode diagnosa benar atas penyakit Epilepsi pada para penderita keterbelakangan mental, Dr. Frank Bosebeck menuturkan, pencitraan dengan EEG atau alat untuk merekam aktivitas listrik dari otak bagi para penderita keterbelakangan mental, harus dilakukan dalam jangka waktu lama dan harus dengan ketelitian yang lebih ekstra.
Direktur pusat epilepsi, Universitas Hamburg, Jerman itu juga menyinggung urgensi penggunaan EEG untuk mendiagnosa secara akurat penyakit Epilepsi.
"Metode ini membantu kita mengidentifikasi lebih akurat Epilepsi, berbagai jenisnya dan ketika Epilepsi itu terpusat, maka pusat yang dimaksud di otak itu didiagnosa lebih teliti," imbuhnya.
Hasilnya, kata Dr. Frank, dalam penulisan resep obat juga dalam pemilihan dokter untuk melakukan operasi, metode diagnosa ini akan sangat membantu.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email