Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara pada konferensi pers di New York, Amerika Serikat, pada 22 September 2016. (Foto: AFP)
Presiden Iran Hassan Rouhani telah menolak pembentukan zona larangan terbang di Suriah, menekankan bahwa tindakan demikian hanya akan memperumit krisis yang sedang berlangsung di negara itu dan memperkuat militan Takfiri yang didukung asing di wilayah tersebut.
“Sebuah zona larangan terbang (di Suriah) akan menguntungkan teroris, yang diduga memiliki segalanya kecuali pesawat militer,” kata Rouhani dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB ke-71 di New York pada Kamis (22/9/16).
“Mereka memiliki mortir, tank, rudal dan kendaraan lapis baja. Mereka juga memiliki meriam dan baterai artileri tetapi tidak memiliki pesawat tempur. Pembentukan zona larangan terbang adalah bukan langkah yang tepat. Ini adalah saran keliru, ” tambah Presiden Iran.
Pada hari Rabu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menuntut terhadap pemerintah Rusia dan Suriah untuk menghentikan serangan udara anti-teror di zona pertempuran Suriah dalam upaya menyelesaikan krisis berkepanjangan di negara Arab itu.
Presiden Iran mencatat bahwa bencana kemanusiaan yang berkembang di berbagai daerah di Suriah berada di bawah kendali kelompok teroris seperti ISIS dan Jabhat Fateh al-Sham, cabang al-Qaeda di Suriah yang sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusra.
“Mereka membunuh orang. Mereka membakar korban hidup-hidup. Kejahatan yang kita saksikan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah,” kata presiden Iran.
Presiden Iran lebih lanjut menyinggung nasib jutaan warga Suriah, yang terlantar dan belum menerima bantuan makanan dan obat-obatan yang diperlukan selama berbulan-bulan akibat militansi yang didukung asing di tanah air mereka.
‘Terorisme virus menular’
Di tempat lain dalam sambutannya, Presiden Iran menyoroti pentingnya memerangi terorisme dan ekstremisme di Timur Tengah, yang digambarkannya telah “mengganggu ketidakstabilan dan ketidakamanan” juga bisa “menyebar ke bagian dunia lainnya.”
“Terorisme telah menjangkiti Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika. Virus terorisme menular,” kata Rouhani, menambahkan,” Masalah terorisme harus ditangani dengan persatuan dan kerjasama, dan kegagalan untuk melakukannya akan membahayakan kita semua. ”
Perjanjian nuklir Iran
Perbicara tentang kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia, Presiden Rouhani mengkritik pemerintah AS atas keterlamban lisensi penjualan pesawat komersial ke Iran, menyatakan bahwa lampu hijau harus tepat diberikan sesuai pelaksanaan perjanjian, sesuai kesepakatan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), pada tanggal 16 Januari.
Iran telah banyak melakukan negosiasi dengan pemimpin perusahaan kedirgantaraan Boeing dan Airbus sebelum dan setelah pelaksanaan perjanjian nuklir, tambahnya.
Rouhani menyatakan bahwa Tehran menyambut para pedagang, para teknisi, para pemilih perusahaan AS juga perwakilan perusahaan dan bertekad memperluas hubungan perbankan dengan negara-negara dunia.
Presiden Iran lebih lanjut mencatat bahwa Republik Islam mengharapkan Amerika Serikat berkomitmen dalam kewajibannya sebagaimana kesepakatan JCPOA.
Angkatan Bersenjata Iran tidak mencari petualangan
Rouhani menekankan bahwa Angkatan Bersenjata Iran telah lama hadir di Teluk Persia, dan mereka berkewajiban untuk mempertahankan wilayah dan wilayah udara negara, dan mengamankan kepentingan di laut lepasnya.
Dia menunjukkan bahwa pasukan Iran tidak mencari petualangan, konfrontasi militer atau eskalasi ketegangan, Iran mempertanyakan kehadiran pasukan AS di Teluk Persia ketika militer Washington tidak terlibat dalam perang di Timur Tengah.
Presiden Iran menambahkan bahwa pasukan Amerika di wilayah tersebut harus mematuhi peraturan internasional, menyoroti bahwa ketegangan tidak akan menguntungkan siapa pun dalam situasi tegang di Timur Tengah.
Saudi ’salah perhitungan’ di Yaman
“Arab Saudi telah membuat salah perhitungan” dalam agresinya terhadap Yaman. Sekitar dua tahun pemboman Yaman tidak ada mencapai apapun kecuali menghancurkan rakyat Yaman, ” kata presiden Iran.
Ratusan ribu perempuan dan anak-anak Yaman menderita setiap hari, sementara seluruh infrastruktur negara itu hancur, tambahnya.
Presiden Iran lebih lanjut mencatat bahwa Arab Saudi tidak memiliki wewenang tanpa batas atas tempat suci Mekkah dan Madinah, dan bahwa rezim Riyadh harus melaksanakan tanggung jawabnya terkait ritual haji tahunan.
(AFP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email