Tokoh-tokoh klasik tafsir dan ilmu Al-Quran yang datang setelah nama-nama sahabat adalah para tabi’in. Di antara mereka adalah Sa’id ibn Jubair, seorang tabi’in yang paling ulung di bidang tafsir. Ini berdasarkan kesaksian Qatadah atas hal ini. Begitu pula kesaksian pengarang Al-Itqan, yakni Jalaluddin Suyuthi. Dan Hasan Shadr telah membawakan bukti-bukti lain atas kesyiahan Sa’id.
Di antara para tabi’in adalah Yahya ibn Ya’mur; seorang tabi’in dan tokoh kaum Syiah di bidang ilmu al-Quran. Ibnu Khalkan mengatakan, “Yahya adalah salah satu qari’, imam bacaan al-Quran dari Basrah, dan kepadanya Abdullah ibn Ishaq belajar qira’ah (bacaan al-Quran). Ia amat menguasai al-Quran, ilmu Nahwu dan pelbagai cabang ilmu bahasa Arab.
Yahya mempelajari Nahwu pada Abul Aswad Al-Duali. Dan ia dikenal sebagai seorang tokoh dari generasi pertama kaum Syiah yang mengakui kedudukan tinggi Ahlul Bait a.s., tanpa merendahkan orang mulia selain mereka. Dan sebagian riwayat hidupnya telah disebutkan dalam Ta’sis Al-Syi’ah li Funun Al-Islam, yaitu ketika membahas tokoh-tokoh ilmu Nahwu.
Di antara para tabi’in adalah Abu Shaleh. Ia dikenal pula dengan panggilan nama nasabnya. Abu Shaleh merupakan murid Ibn Abbas di bidang tafsir al-Quran. Nama asli Abu Shaleh sendiri adalah Mizan Al-Bashri. Tak syak lagi, ia adalah seorang tabi’in Syiah. Syekh Mufid Muhammad ibn Nu’man dalam Al-Kafiytah fi Ibthal Taubat Al-Khathi’ah, telah memberikan kesaksian atas kesyiahan dan keterpercayaan Abu Shaleh, yaitu tatkala Syekh Mufid menyinggungnya setelah mengulas Ibn Abbas. Abu Shaleh wafat pada tahun 100 H.
Di antara para tabi’in adalah Thawus ibn Kisan Abu Abdillah Al-Yamani. Ia mempelajari tafsir pada Ibn Abbas. Syekh Ahmad ibn Taimiyah menganggapnya sebagai orang yang paling menguasai tafsir, sebagaimana dicatat pula dalam Al-Itqan oleh Jalaluddin Suyuthi. Ibnu Qutaibah dalam Al-Ma’arif juga memberikan kesaksian atas kesyiahan Thawus. Dalam cetakan Mesir, halaman 206, dia mengatakan, “Dari kaum Syiah adalah Al-Harts Al-A’war, Sha’sha’ah ibn Shuhan, Ashbagh ibn Nubatah, Athiyah Al-‘Aufi, Thawus dan Al-A’masy.” Thawus meninggal di Mekah pada tahun 106 H. Ia dkenal sebagai orang yang amat setia kepada Imam Ali ibn Husain Sajjad a.s.
Di antara para tabi’in adalah Al-A’masy Kufi Sulaiman ibn Mehran Abu Muhammad Al-Asadi. Dan Ibnu Qutaibah telah memberikan kesaksian atas kesyiahannya. Begitu pula Syahristani dalam kitab Al-Milal wa Al-Nihal serta selain mereka berdua. Adapun dari ulama Syiah yang memberikan kesaksian yang sama adalah Syekh Syahid Tsani Zainuddin dalam Hasyiyat Al-Khulashah dan Muhaqqiq Al-Bahbahani dalam Al-Ta’liqah dan Mirza Muhammad Baqir Damad dalam Al-Rawasyih. Dan Hasan Shadr telah membawakan teks-teks yang menyatakan kesaksian mereka atas kesyiahan Al-A’masy dalam kitab Ta’sis Al-Syi’ah li Funun Al-Islam. Al-A’masy Kufi meninggal pada tahun 148 H pada usia 88 tahun.
Di antara para tabi’in adalah Sa’id ibn Musayyab. Ia belajar tafsir pada Amirul Mukminin Ali ibn Abi Thalib a.s. dan Ibn Abbas. Ia tumbuh cerdas di bawah didikan guru pertamanya. Sa’id senantiasa menyertainya dan tidak pernah berpisah dengannya. Ia telah ikut bertempur dalam pelbagai peperangan secara langsung. Imam Ja’far Shadiq dan Imam Ali Ridha a.s. telah memberikan kesaksian atas kesyiahan Sa’id, sebagaimana tercatat dalam jilid ketiga dari kitab Qurb Al-Isnad, karya Al-Humairi.
Sa’id ibn Musayyab adalah imam qira’ah di Madinah dan telah dinukil dari Ibnu Al-Madaini bahwa, “Aku tidak mengenal dari kaum tabi’in yang lebih luas ilmu dan wawasannya daripada Sa’id ibn Musayyab.” Sa’id wafat pada tahun 70 H, yaitu ketika ia berusia lebih dari 80 tahun.
Di antara para tabi’in adalah Abu Abdurrahman Sulami, seorang tokoh qira’ah ‘Ashim. Ibn Qutaibah mengatakan, “Ia adalah salah satu sahabat dekat Imam Ali ibn Abi Thalib a.s., dan ia adalah seorang pembaca al-Quran yang baik, dan ia mempunyai wawasan fikih yang luas.”
Abu Abdurrahman telah belajar qira’ah al-Quran pada Amirul Mukminin Ali ibn Abi Thalib a.s. sebagaimana dicatat oleh Thabarsi dalam kitab tafsir Majma’ Al-Bayan. Dan Al-Barqi dalam kitab Al-Rijal fi Khawashi ‘Ali, telah menggolongkannya ke dalam sahabat-sahabat Ali dari kabilah Mudhar. Abu Abdurrahman wafat pada tahun 70 H.
Di antara mereka adalah Al-Sudi, seorang ahli tafsir yang masyhur, baik di kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah. Sejajar dengan tingkatan Al-Sudi adalah Muhammad ibn Saib ibn Bishr Al-Kalbi, pengarang tafsir besar Syiah.
Himran ibn A’yan adalah nama besar lain Syiah dari deretan tokoh tafsir dan ilmu Al-Quran abad kedua Hijriah. Dia adalah saudara Zurarah ibn A’yan Al-Kufi dan sesepuh keluarga Syaiban. Himran adalah seorang tokoh bacaan khas Al-Quran yang belajar pada Imam Zainal Abidin dan Imam Muhammad Baqir a.s. Ia wafat kurang lebih pada tahun 100 H.
Di antara mereka adalah Aban ibn Taghlab sebagaimana telah disebutkan ihwal riwayat hidupnya. Ia seorang muslim yang terdepan di setiap bidang ilmu. Aban belajar qira’ah pada Al-A’masy, salah seorang sahabat Imam Ali Zainal Abidin a.s. dan Imam Muhammad Baqir a.s. Ia wafat pada tahun 141 H.
Di antara mereka adalah ‘Ashim ibn Bahd. Ia adalah salah seorang tujuh tokoh qira’ah al-Quran, belajar pada Abu Abdurrahman Sulami yang ia sendiri belajar qira’ah pada Amirul Mukminin Ali ibn Abi Thalib as. Oleh karena itu, qira’ah ‘Ashim adalah qira’ah yang diminati oleh ulama-ulama Syiah. Syekh Al-Jalil ibn Al-Jalil Al-Razi (w. 556 H) memberikan kesaksiannya atas kesyiahan ‘Ashim dalam kitabnya, Naqdh Al-Fadha’ih.
‘Ashim adalah salah seorang tokoh Syiah. Ia wafat pada tahun 128 H di Kufah atau, menurut sebuah pendapat, di Samaweh, yaitu dalam perjalanannya menuju Syam (Suriah) dan dimakamkan di sana. ‘Ashim tidak dapat melihat seperti juga Al-A’masy. Al-Qadhi Nurullah Al-Mar’asyi dalam Majalis Al-Mu’minin, memberikan kesaksian atas kesyiahan ‘Ashim dan menempatkannya di tingkatan pertama ulama Syiah.
Sumber: Hasan Shadr, Syi’ah Wa Funun Al-Islam, Qom, 2007.
(Studi-Syiah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email