Pesan Rahbar

Home » » FPI Dahulu Berbeda Dengan FPI Sekarang! FPI Dahulu: Bukan Cuma Syiah Yang Punya Asyura, Asyura Juga Milik Sunni. Ini Buktinya

FPI Dahulu Berbeda Dengan FPI Sekarang! FPI Dahulu: Bukan Cuma Syiah Yang Punya Asyura, Asyura Juga Milik Sunni. Ini Buktinya

Written By Unknown on Friday, 21 October 2016 | 21:49:00

Bupati Banjar Sultan Khairul Saleh menandai tradisi Bubur Asyura dengan menabur bumbu serta mengaduknya bersama pejabat dan tamu undangan dari Belanda. (Foto: Banjarmasin Post)

Asyura itu milik semua umat Islam — bukan cuma punya Muslimin penganut mazhab Syiah, sebagaimana pernah difitnahkan oleh segelintir orang.

Catatan tahun 2013 ini layak dibaca ulang kapan pun; dan sekarang kita perbarui agar dapat berbagi dengan lebih banyak orang.

Para ulama Sunni Indonesia ternama seperti KH Aqil Siraj dan Habib Rizieq Syihab tidak terima jika perjuangan Imam Husain itu diklaim sebagai hanya milik Muslim mazhab Syiah. Imam Husain adalah milik kita semua, yang mengaku umat Muhammad saw, yang adalah kakek Al-Husain.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj, menyerukan kepada semua umat Muslim di Indonesia, khususnya kaum Nahdliyin, menghormati ritual Asyura yang biasa diperingati kaum Syiah setiap pada 10 Muharam. Tapi, ia tidak setuju jika dalam memperingati Asyura itu orang menyakiti diri sendiri. “Kita yang bukan Syiah pun sebenarnya (juga) harus ikut memperingati 10 Asyura. Harus,” kata Said Aqil sebagaimana dimuat di harian Republika, Jumat 15 November 2013.

Sehari sebelumnya, Kamis 14 November, sekitar 7-8 ribuan Muslimin Indonesia — termasuk ribuan umat Islam mazhab Syiah (dari 3 jutaan pemeluk Islam Syiah di Indonesia) — juga memeringati Asyura di Wisma Samudra, Kelapa Gading, Jakarta. Ribuan Muslimin lainnya juga mengadakan ritual Asyura di Bandung, Medan, Makasar, dan berbagai kota lain di Indonesia.
* Pada tahun 2016 ini, peringatan Asyura Nasional diadakan pada hari Rabu 12 Oktober lalu di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta, dan diperkirakan dihadiri lebih dari 12 ribu orang dari berbagai kota di Indonesia.

Di bawah ini potongan film tentang Asyura (dari YouTube):


Sunni-Syiah Bersatu: semua harus mencintai keluarga (Ahlul Bait) Nabi saw. Dan Al-Husain (as) adalah salah seorang Ahlul Bait Nabi saw.

Adapun Habib Muhammad Rizieq Syihab, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), sudah sejak beberapa tahun ini mengingatkan bahwa Asyura adalah milik semua umat Islam. Dalam salah satu ceramah dengan tema besar “Hari Asyura dan Tragedi Karbala Dalam Perspektif Ahlusunnah wal Jamaah,” yang juga disiarkan di radio, Rizieq menyayangkan “adanya segelintir kelompok yang sengaja menciptakan kondisi di mana setiap ada di antara ummat Islam yang membicarakan tentang Sayyidina Ali,Sayyidah Fatimah,Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain sebagai tokoh-tokoh Ahlul Bait Nabi Muhammad saww, maka akan langsung di cap Syiah sehingga, akibatnya ummat akan takut atau ‘minder’ membicarakan tentang Ahlul Bait Nabi saw karena khawatir di cap Syiah.”

(Meski setuju dengan Habib Rizieq soal klaim itu, tapi kita tidak sependapat jika ada anggapan bahwa orang harus takut atau minder karena dicap sebagai Syiah. Sebab soal pilihan mazhab dalam Islam adalah hak azasi setiap umat Muhammad saw; apalagi sejarah mencatat bahwa mazhab Syiah adalah mazhab yang tertua dalam Islam).

Kita mencatat bahwa sesungguhnya perayaan Asyura telah lama berurat-berakar di Nusantara ini. Ia digelar di berbagai daerah, mulai Aceh (dengan Bubur Asyura dan sebagainya), di Jawa, Lombok, Sulawesi, hingga Sumatera Barat dan Bengkulu. Di Bengkulu ini, perayaan ‘Tabot yangTerbuang,’ misalnya, menggambarkan secara menarik acara Asyura itu. (Silakan saksikan video yang pernah disiarkan AnTV ini: Tabot di Bengkulu).

Dalam berita dan foto ini terlihat Bupati Banjarmasin ikut mengaduk Bubur Asyura dalam peringatan 10 Muharram 2013 lalu.
*****

Bill Thomson Terkesan Tradisi Bubur Asyura

Bupati Banjar Sultan Khairul Saleh menandai tradisi Bubur Asyura dengan menabur bumbu serta mengaduknya bersama pejabat dan tamu undangan dari Belanda. (Foto: Banjarmasin Post)

Tradisi bubur asyura yang dilangsungkan di Alun-Alun Ratu Zalekha berlangsung meriah. Sebanyak 11.500 mangkok bubur asyura dibagikan kepada masyarakat Kota Martapura.

Tradisi yang menjadi rangkaian Milad Kesultanan Banjar ke 509 ini ditandai dengan pengadukan serta penaburan bumbu ke dalam panci besar berisi bubur asyura oleh Bupati Banjar Sultan H Khairul Saleh. Tampak pula, Wakil Bupati Banjar HA Fauzan Saleh, pimpinan Banjarmasin Post Group HP(Gt) Rusdi Effendi.

Tak ketinggalan pula, tamu undangan rombongan dari belanda. Mereka turut mengaduk bubur asyura dan mencicipi semangkok bubur Asyura.

"Luar biasa. Kami pasti kembali lagi untuk ikut merasakan suasana kemeriahan pesta budaya di Kabupaten Banjar dalam rangka Milad Kesultanan Banjar ke 509 ini,"kata Kolonel Bill Thomson salah seorang tamu undangan dari Belanda yang hadir menyaksikan tradisi bubur Asyura.

*****

Ceramah Habib Rizieq Syihab soal Asyura:

Berikut di bawah adalah ceramah Rizieq yang disiarkan Live oleh Radio Rasil AM 720Khz (720 AM) pada tanggal 08 Desember 2012 lalu. [Ceramah ini dapat diunduh (dowload) dalam bentuk file mp3 dengan merujuk situs resmi Rasil di link berikut ini: ceramah Habib Rizieq di Rasil.]

Note: Ceramah Habib Rizieq Syihab ini awalnya diringkaskan oleh Habib Abdul Qadir Al-Hamid, tapi saya kemudian mengedit seperlunya, dan menambahkan keterangan dan gambar lain yang relevan. Saat ini ada segelintir kelompok yang sengaja menciptakan kondisi di mana setiap ada diantara ummat Islam yang membicarakan tentang Sayyidina Ali,Sayyidah Fatimah,Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain sebagai Tokoh2 Ahlul Bait Nabi Muhammad saww maka akan langsung di cap (sebagai Muslim) Syiah sehingga diharapkan ummat akan takut atau minder membicarakan tentang Ahlul Bait Nabi saw karena khawatir di cap Syiah.

Bupati Banjar Sultan Khairul Saleh menandai tradisi Bubur Asyura dengan menabur bumbu serta mengaduknya bersama pejabat dan tamu undangan dari Belanda. (Foto: Banjarmasin Post)

- Habib Rizieq mendorong semua pihak khususnya para ulama untuk tidak ragu ragu membuka kepada ummat (tentang) sejarah perjuangan Al Husain, sepahit apapun lembaran sejarahnya. Rizieq menegaskan bahwa Ahlul Bait Nabi saw bukan hanya milik (muslimin mazhab) Syiah saja tetapi milik semua Ummat Islam, apapun madzhabnya, Ahlusunnah wal Jama’ah maupun Syiah.

- Al Husain bin Ali bukan hanya menolak “Kekhilafahan” Yazid bin Muawiyah, bahkan sebelumnya Al Husain juga telah menolak “Kekhilafahan” ayah Yazid yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan. Penolakan Al Husain kepada “Kekhilafahan” Muawiyah didasari alasan sebagai berikut: Dalam pandangan Al Husain, Khalifah yang sah saat itu adalah kakak beliau sendiri (yakni) Al Hasan bin Ali, sebagai Khulafaur Rosyidin yang ke-5 setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib (ayah Al-Hasan dan Al-Husain) syahid. Walaupun singkat, tetapi terpilihnya Al Hasan sebagai Khalifah ke-5 secara sah oleh kaum Muslimin menunjukkan, bahwa beliau adalah pelanjut Khilafah Rosyidah. Lebih lanjut Habib Rizieq menegaskan bahwa: ‘kelompok yang tidak mengakui Al Hasan sebagai Khulafaur Rosyidin yang ke-5, maka mereka bukan Ahlusunnah wal Jama’ah‘.

Bagi Anda yang ingin melihat video ceramah lain, dari Habib Ali Al-Jufri (ulama besar Ahlus Sunnah wal Jamaah dari Yaman) mengenai Asyura, dapat mengakses-nya melalui video di tautan Facebook ini.

- Dalam Pandangan Al Husain, Muawiyah bin Abi Sufyan adalah ‘Pemimpin (imam) Pemberontak’, sesuai dengan sabda (hadis) Rasulullah saww kepada sahabatnya Ammar bin Yasir : ”Yaa Ammar, Sataqtuluka Fiatun Baghiyah” (‘Wahai Ammar, kelak engkau akan dibunuh oleh Kelompok Pemberontak’). Riwayat yang menyebutkan sabda (hadis) Baginda Nabi saw kepada Ammar bin Yasir ini tergolong riwayat yang Shahih dan Mutawattir.

Dalam Perang Shiffin, Ammar bin Yasir berada pada barisan Imam Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah, dan ketika Ammar terbunuh oleh Pasukan Muawiyah, ada salah seorang pasukannya yang mengingatkan Muawiyah tentang Hadits Rasul saw bahwa yang membunuh Ammar adalah ‘Fiatun Baghiyah‘ (Kelompok Pembangkang / Pemberontak) maka Muawiyah membantah sembari mengatakan bahwa, “Yang membunuh Ammar bin Yasir adalah orang yang mengirimnya ke Medan Perang (Imam Ali)…”

Mendengar ucapan Muawiyah ini, maka Imam Ali (as) menjawab: ”…Jika yang membunuh Ammar adalah orang yang mengirimnya ke medan perang maka berarti yang membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib (Paman Nabi saw) adalah Nabi saw sendiri karena Nabi saw yang telah mengirim Hamzah ke medan laga. Dan bahkan (jika begitu pemikirannya, maka) yang membunuh semua mereka para Syuhada’ Badar dan Syuhada’ Uhud ((para syahid di Perang Badar dan Perang Uhud) adalah Nabi saw, karena Nabi saw adalah orang yang mengirim mereka semua ke medan tempur…” Hal itu di ungkapkan Imam Ali untuk membuktikan kerancuan logika berpikir Muawiyah.

Pemimpin FPI, Habib Rizieq Syihab

Namun sebagaimana yang terekam dalam Kitab Sejarah seperti Tarikh Thabari dan Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, ada satu syarat Al Hasan yang ditolak oleh Muawiyah yaitu agar Muawiyah menghentikan Pembudayaan mencaci maki Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah di hadapan Kaum Muslimin. Karena Muawiyah bersikeras menolak syarat ini (mencaci Imam Ali di hadapan kaum Muslimin), maka Al-Hasan meminta agar Muawiyah ‘tidak mencaci maki Imam Ali di hadapan Keluarga Nabi saw’, dan (permintaan yang kedua) itu diterima oleh Muawiyah.

Walaupun begitu, dalam pandangan Al Husain tindakan apalagi pembudayaan mencaci maki Sayyidina Ali bin Abi Thalib baik di belakang ataupun di depan keluarga Nabi saw adalah perkara Bathil yang harus ditolak. Namun begitu Al Husain adalah seorang Muslim yang taat kepada Pemimpinnya (di mata Al Husain, abangnya Al Hasan adalah tetap seorang Khalifah yang Sah) sehingga selama 20 tahun Muawiyah berkuasa, Al Husain diam dan tidak melakukan tindakan apapun sebagai bentuk ketaatan kepada Pemimpinnya yaitu abangnya Al Hasan yang memintanya untuk tetap diam demi menjaga darah kaum Muslimin.

Untuk mencegah pertumpahan darah di antara kaum Muslimin maka Al Hasan membiarkan Muawiyah menjadi “Khalifah” (Raja) namun dengan sejumlah syarat yang disepakati kedua belah pihak. Al Husain menolak Muawiyah karena Muawiyah adalah orang yang banyak membunuh Sahabat Nabi saw di antaranya adalah Hujr bin Adi yang mana peristiwa pembunuhan beliau ini sampai membuat Ummul Mu’minin Siti Aisyah marah besar kepada Muawiyah dan bahkan sampai mengusir Muawiyah ketika hendak mengunjunginya. Tercatat dalam sejarah, Muawiyah juga menghabisi Sahabat Nabi lainnya yang bernama Abdurrahman bin Udais Al Balawi yang dikenal sebagai Ashabus Sajaroh yakni sahabat-sahabat yang membai’at Nabi saw di bawah pohon yaitu pada peristiwa ‘Bai’atur Ridwan’ yang dipuji langsung oleh Allah SWT dalam kitab suci Al Qur’an.

Tempat kepala suci Imam Husain (as) dikuburkan, di Damaskus, Suriah. [Photo of place where Imam Husain ‘s Head was buried just after Karbala battle in the courtyard of Yezid mahal in sham Damascus, Syria; the present silver enclosure was built by Dawoodi Bohra Dai (Photo credit: Wikipedia)

Setelah Al Hasan wafat akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanan & minumannya sebagaimana di akui oleh para Ulama termasuk Syeikh Ibnu Taimiyah, Muawiyah melanggar perjanjiannya dengan Al Hasan untuk tidak menunjuk putra mahkota dan menyerahkan urusan kepemimpinan ummat kepada Dewan Syura Kaum Muslimin. Muawiyah melanggar kesepakatan ini dengan menunjuk Yazid sebagai putra mahkota penggantinya kelak. Dan terlepas dari naif atau tidaknya, agar ilmiah, objektif dan berimbang maka Habib Rizieq pun menuturkan empat (4) alasan mengapa Muawiyah mengangkat Yazid sebagai putra mahkota, yaitu karena:
1. Menurut Muawiyah, Yazid putranya adalah orang yang paling layak menjadi Khalifah setelahnya karena Yazid adalah seorang Pemuda yang Berani, Piawai dan Tangkas berkuda, mahir memainkan pedang dan memanah, sehingga sangat cocok untuk menjadi Khalifah Ummat Islam sepeninggalnya kelak.
2. Kepemimpinan Yazid dianggap Muawiyah akan menyatukan Ummat.
3. Karena Yazid adalah putranya, maka sangat layak menjadi Khalifah Ummat Islam.
4. Karena Yazid didukung oleh berbagai Qaba’il Arab khususnya yang berada di Syam.

Adapun alasan Al Husain menolak Yazid menjadi pemimpin ummat Islam adalah:
1. Khilafah harus ditentukan melalui Syuro sesuai kesepakatan antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
2. Yazid adalah orang yang moralnya buruk sehingga tidak berhak menjadi Pemimpin Ummat Islam.
3. Yazid adalah seorang yang Fasik,Zalim dan banyak melakukan maksiat sehingga sangat tidak pantas memimpin ummat Rasulullah saww. Dalam berbagai riwayat kita temukan bahwa Yazid adalah seorang Pemuda yang gemar berjudi, akrab dengan Khamr (minuman keras) dan senang bermain perempuan (zina). Dalam hal ini, para Ulama telah sepakat akan kefasikan Yazid bin Muawiyah.
4. Khilafah bukan harta warisan.
5. Masih banyak Sahabat lain yang lebih layak untuk memimpin.

Alasan utama bangkitnya Al Husain adalah untuk mengubah kemungkaran yang telah nyata di mana kita ketahui hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar itu adalah wajib bagi Ummat Islam yang mana bila semua orang tidak berupaya merubah kemungkaran tersebut maka semuanya akan berdosa. Maka ini adalah kewajiban besar kaum Muslimin apalagi sebagai Keluarga Nabi Muhammad saww harus berada di barisan terdepan dalam penegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

Catatan: 

Sebenarnya banyak negarawan dan tokoh dunia juga mengagumi perjuangan Al-Husain melawan kebatilan. Salah satu di antaranya adalah Mahatma Gandhi, negarawan India, yang dalam pernyataannya mengatakan, “Saya belajar dari Husain, bagaimana meraih kemenangan saat ditindas.”

- Pasukan Al Husain di Karbala hanya berjumlah 72 orang (32 pasukan berkuda dan 40 pasukan berjalan kaki) yang harus menghadapi ribuan Tentara Yazid (dalam riwayat ada yang menyebut angka 4.000 dan ada yang menyebut 40.000 tetapi yang pasti menurut Habib, sepakat para Ulama bahwa Tentara Yazid yang mengepung Al Husain jumlahnya ribuan).

- Berbagai riwayat menyebutkan bahwa Al Husain Syahid di Karbala, Iraq dengan 33 luka tusukan dan 34 luka sayatan. Kepala beliau ditancapkan di ujung tombak dan di arak sampai ke Damaskus.

Gandhi; juga mengagumi Al-Husain. 

- Menurut Rizieq, Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah sepakat bahwa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Al Husain adalah :
1. Yazid bin Muawiyah
2. Ubaidillah bin Ziyad
3. Umar bin Sa’ad
4. Seluruh Pasukan Ibnu Ziyad
5. Penduduk Kufah yang menghianati Al Husain

Bagaimana dengan Yazid? Inilah apa yang terjadi dengannya:
1. Tahun 60 H Yazid menjadi “Khalifah” (baca : Raja)
2. Tahun 61 H Yazid menginstruksikan pembunuhan Al Husain, sang cucu Nabi Muhammad saw
3. Tahun 62 H setelah penduduk Madinah melepaskan bai’at kepada Yazid (maksudnya ‘tidak lagi mau dipimpin Yazid’ – SB) sebagai reaksi atas pembunuhan Al Husain. Maka anak Muawiyah itu pun kemudian mengirimkan pasukannya menyerbu kota Madinah. Dalam sejarah disebutkan bahwa Yazid menghalalkan kota suci Nabi saw Madinah Al Munawwarah selama 3 hari 3 malam untuk Pasukannya bebas berbuat apa saja di dalamnya. (Dalam banyak riwayat dikatakan bahwa pasukan Yazid berlaku kejam terhadap penduduk Madinah, termasuk memerkosa banyak wanita Muslimah di sana — SB).
4. Tahun 63 H terjadi pergolakan pula di kota Makkah sebagai reaksi atas terbunuhnya Al Husain, maka Yazid kembali mengirimkan pasukannya menggempur kota suci Makkah Al Mukarramah dengan Manjanik (ketepel raksasa, atau biasa disebut dengan ‘Ballistae‘ – SB) yang melontarkan batu-batu besar berapi ke dalam kota Makkah hingga sampai mengenai Baitullah Ka’bah (membakar Ka’bah). [Kisah ini dapat dibaca pula dalam Tarikh Al-Tabari bahasa Inggris, “The History of al-Tabari” vol. 19.] Pada tahun yang sama Yazid meninggal, pada usia 33 tahun.

Selanjutnya, Habib Rizieq meneruskan ceramahnya:

1. Pada tahun 66 H Mukhtar Al Tsaqafi bangkit menuntut balas kepada para pembunuh Al Husain dan membentuk Tim Khusus untuk mengejar para pelaku pembunuhan cucu Rasul saw.
2. Setahun kemudian, pada 67 H, Ubaidillah bin Ziyad terbunuh oleh Pasukan Mukhtar Al Tsaqafi. Dalam riwayat disebutkan bahwa kepala Ibnu Ziyad dikirimkan kepada Mukhtar lalu Mukhtar mengirimkannya kepada Abdullah bin Zubair, dari situ kemudian dikirim ke rumah keluarga Nabi saw namun ditolak dan akhirnya diletakkan di emperan Masjid. Banyak orang yang melihat ketika itu ada seekor Ular yang masuk ke dalam Kepala Ibnu Ziyad, masuk keluar dari mata dan telinganya lalu bersarang lama dalam kerongkongannya kemudian ular itu pergi.
4. Azab Allah kepada para pembunuh Al Husain sangat pedih. Umar bin Sa’ad dan anaknya terbunuh oleh Pasukan Mukhtar Al Tsaqafi. Eksekutor yang menyembelih Al Husain, yakni Syimr bin Dzil Jausyan juga dibunuh oleh pasukan Mukhtar Al Tsaqafi dan jasadnya dilemparkan kepada anjing – anjing gurun.
5. Ibnu Katsir menegaskan bahwa hampir semua riwayat yang menyebutkan tentang azab dan hukuman yang menimpa para pembunuh Al Husain adalah Shahih.
6. Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah berbeda pendapat tentang Kafirnya Yazid. Jumhur Ulama (mayoritas Ulama) tidak mengkafirkan Yazid kecuali sebahagian kecil Ulama seperti Ibnu Aqil dan Al Alusi. Namun semuanya sepakat bahwa Yazid adalah orang Fasiq.
7. Jumhur Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah tidak mencintai dan tidak membela Yazid tetapi juga tidak mela’nat Yazid. Menurut Habib Rizieq, persoalan mela’nat Yazid atau tidak hanya masalah etika saja yang oleh sebagian ulama dianggap kurang pantas, namun yang pasti semua Ulama sepakat bahwa Yazid adalah orang Jahat dan Kejam. Adapun Ulama2 seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Ya’la, Ibnul Jauzi dan Al Suyuthi membolehkan mela’nat Yazid. Habib Rizieq kemudian menukil sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku bertanya kepada ayahku: “Wahai ayahku, apakah engkau melaknat Yazid ?” Beliau menjawab: “ Bagaimana kita tidak melaknat orang yang dilaknat Allah dalam tiga ayat dari Kitab-Nya yang mulia, yakni dalam Surah Ar Ra’ad, Al Ahzab dan Muhammad.

Karbala dalam lukisan kuno.

- Allah berfirman: “Dan orang – orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya dan memutuskan apa yang Allah perintahkan agar disambungkan dan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” {QS.Ar Ra’ad : 25} (Maka) ‘pemutusan’ mana yang lebih buruk daripada memutus keturunan Nabi saw dengan membunuh cucunya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya terhadap orang orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan bagi mereka azab yang menghinakan.” {QS. Al Ahzab : 57} Adakah sesuatu yang menyakiti Rasulullah saw yang lebih berat daripada membunuh cucunya ?
- Allah Azza Wa Jalla berfirman : “Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ?”
- (Kemudian sebuah ayat lain yang berbunyi): “Mereka itulah orang – orang yang dilaknat Allah, lalu ditulikan-Nya pendengaran mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” {QS. Muhammad : 22 – 23}.
- (Dari kedua ayat itu, kita bertanya:) “Adakah memutus silaturahim dan berbuat kerusakan di muka bumi yang lebih parah daripada membunuh Al Husain ?”


Habib Rizieq membolehkan Ummat menangisi musibah Al Husain, karena tangisan untuk Al Husain berasal dari Mahabbah (Rasa Cinta yang dalam). Menangisi musibah Al Husain, bukan tangisan cengeng tetapi tangisan yang akan membangkitkan keberanian dan menggelorakan semangat Jihad untuk melawan setiap penguasa yang dzalim dan menumpas kemungkaran dalam semua bentuknya.


Kesimpulan Habib Rizieq: 

1. Al Husain adalah seorang Imam yang beriman dan berilmu tinggi.
2. Al Husain adalah sosok manusia yang jujur dan amanah, tak bisa dibeli dengan dunia.
3. Al Husain adalah contoh seorang pejuang penegak Khilafah Islam yang sejati.
4. Al Husain bangkit untuk melawan ketidak adilan, kezaliman dan kemungkaran.
5. Al Husain adalah seorang Ksatria yang sabar, tegar dan gagah berani.
6. Al Husain mengorbankan dirinya,keluarga dan sahabatnya untuk Allah dan Rasul-Nya.
7. Tragedi Karbala merupakan bukti bahwa Ahlul Bait adalah Penjaga Al Qur’an sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saww bahwa, ada dua pusaka yang ditinggalkan Nabi saw kepada umatnya agar tidak tersesat, dalam riwayat Muslim disebutkan “Kitabullah (Al Qur’an) wa Ithrati (Ahlul Bait)”, dan dalam riwayat Bukhari disebutkan, “Kitabullah (Al Qur’an) wa Sunnati (Sunnahku / Ajaran Nabi saw)”. Maka dari kedua riwayat di atas dapatlah disimpulkan bahwa Ahlul Bait adalah Penjaga / Pembela Al Qur’an dan Ajaran Datuknya (Sunnah Nabi saw). Dan Tragedi Karbala menjadi buktinya. ★

(Republika/Tribun-News/Syafiqb/Banjarmasin-Post/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI