Raja Bhumibol Adulyadej, raja Buddha Thailand yang baru-baru saja meninggal dunia memiliki hubungan baik dengan kaum muslim dan mengungkapkan hasratnya akan membaca makna-makna al-Quran.
Menurut laporan IQNA, atase kebudayaan Iran di Thailand dalam sebuah laporan yang diberikan ke IQNA menulis, Raja Bhumibol Adulyadej, raja Thailand memimpin negara ini selama 70 tahun dari tahun 1946-2016 Masehi,.
Adulyadej meninggal dunia sekitar dua pekan lalu. Ia menyukai al-Quran dan memiliki hubungan baik dengan kaum muslim; sementara jumlah kaum muslim di negara ini sangatlah minim dan 93% masyarakat negara ini adalah Buddha.
Permintaan Terjemahan al-Quran dalam Bahasa Thai
Pada tahun 1962, konsul Arab Saudi waktu itu di Thailand dalam pertemuan dengan sang raja, menghadiahkan satu jilid kitab suci al-Quran dengan terjemahan Inggris kepada sang raja, setelah itu sang raja pun menelaahnya. Ia meminta supaya al-Quran diterjemahkan dalam bahasa Thai supaya masyarakat dapat mengenal makna-makna yang ada dalam al-Quran. Pada tahun itu Syaikhul Islam juga hadir dalam acara pemberian mahkota di istana. Sang raja secara langsung meminta Syaikhul Islam supaya menerjemahkan al-Quran dalam bahasa Thai sehingga dapat digunakan oleh para peneliti dan periset Thai. Hal ini menunjukkan hasrat dan penghormatan sang raja terhadap Islam dan kaum muslim.
Setiap kali penggalan terjemahan al-Quran selesai dan dibawa ke hadapan sang raja, ia senantiasa mengungkapkan hasratnya akan membaca makna-makna al-Quran dan meminta supaya secepatnya merampungkan terjemahan Thai tersebut. Kemudian ia mencari tahu kondisi kaum muslim dan menanyakan problem-problem mereka di negara.
Perintah Distribusi al-Quran di Seluruh Penjuru Dunia
Pada tahun 1986 Masehi bertepatan dengan dimulainya abad keempatbelas diturunkannya al-Quran, semua negara-negara Islam merayakan tahun tersebut.
Negara Thailand meski bukan termasuk negara Islam, demi memuliakan al-Quran, dalam acara kelahiran Nabi (Saw) dengan dihadiri raja dan ratu sebagai tuan rumah dan pembuka acara, juga merayakan tahun tersebut. Dalam acara tersebut, manuskrip lengkap pertama al-Quran dengan terjemahan Thai dipersembahkan kepada sang raja.
Sang raja memerintahkan supaya seluruh elemen-elemen pemerintah, masjid dan sekolah-sekolah penjuru negara dikirimkan satu manuskrip supaya diteliti oleh para peminat.
Pidato Sang Raja terkait Al-Quran
Dalam acara tersebut sang raja mengutarakan sebagai berikut: "Al-Quran dan ajaran-ajarannya bukan untuk muslim semata; namun sebuah ajaran global dan universal, dimana para peneliti dan cendekiawan menggunakannya dan menerjemahkannya ke pelbagai bahasa dunia. Suatu kegembiraan, dimana kalian telah berjerih payah dan telah menerjemahkan kitab suci ini ke dalam bahasa Thai. Sekarang merupakan kesempatan baik bagi para peneliti dan pengajar universitas untuk meneliti tentang Islam, karena sampai sebelum ini dikarenakan tidak adanya pengetahuan dengan bahasa Arab, kita sangat kesusahan untuk memahami makna-makna al-Quran. Sekarang ini di masa depan kita akan saling pengertian dengan agama lainnya, terhadap Islam dan kaum muslim.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, sastra Arab amatlah pelik dan susah. Dengan demikian terjemahan teks dan makna-makna berat al-Quran dengan tanpa adanya kesalahan makna amatlah sukar dan saya sangat memuji dan mendukung kalian (penerjemah) atas pekerjaan ini”.
Bapak Muslim Thailand
Almarhum raja ini adalah bapak kaum muslim Thailand dan terkait dengan mereka dia mengatakan, kaum muslim pengikut kitab suci al-Quran, yang didesain dan diperkenalkan dengan pokok-pokok moral, spiritual dan hak-hak masyarakat dengan metode hidup sahih. Dengan demikian kaum muslim termasuk kalangan sukses masyarakat. Jika seseorang mengerti pembahasan-pembahasan al-Quran dan mengenalnya serta menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada dalam al-Quran maka ia akan menemukan rute hidup yang sahih dan manusiawi secara sempurna. Al-Quran sangat begitu mengajarkan, sampai-sampai dapat digunakan sebagai petunjuk mengatur masalah-masalah ekonomi sosial negara.
Sambutan terhadap Raja meski Hujan Turun Lebat
Raja setiap tahunnya pada bulan September dan Oktober melakukan lawatan ke kawasan perbatasan selatan Thailand. Kawasan ini dikarenakan bertetanggaan dengan negara Malaysia, termasuk kawasan penduduk muslim. Setiap tahun sang raja melakukan pertemuan dengan muslim setempat di kota Narathiwat untuk mencari tahu tentang kondisi-kondisi mereka.
Anggota dewan Islam kawasan, dewan masjid dan muslim pribumi kawasan dari kota Yala, Narathiwat, Pattani, dan Satun kesemuanya datang menyambut sang raja. Meski di sebagian kunjungan di kawasan hujan turun lebat; namun hasrat masyarakat untuk bertemu dengan sang raja tidak mengizinkan mereka untuk tinggal diam di rumah saja. Di salah satu kawasan yang dikunjungi sang raja, diinformasikan tempat tujuan tersebut tengah turun hujan lebat dan masyarakat juga menantinya di bawah derasnya hujan. Ia memerintahkan supaya masyarakat diberitahu ia tidak rela kalau menunggu sedemikian rupa, dan meminta mereka supaya menunggu di bawah bangunan dan naungan-naungan yang ada.
Karena kota-kota tersebut bertetanggaan dengan negara Malaysia, maka mayoritas penduduk kawasan tersebut berbicara dengan bahasa Melayu. Hal ini menyebabkan ketika sang raja menanyakan tentang kondisi kehidupan dan pendapatan mereka, karena mereka khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan sang raja dengan bahasa resmi dan ini dikategorikan sebagai tidak penghormatan, maka mereka lebih memilih bungkap dan tersenyum kepada sang raja. Sang raja yang memahami situasi, meminta mereka supaya berbicara dengan bahasa setempatnya, dan sang penerjemah akan menerjemahkan untuk sang raja.
Menurut laporan IQNA, atase kebudayaan Iran di Thailand dalam sebuah laporan yang diberikan ke IQNA menulis, Raja Bhumibol Adulyadej, raja Thailand memimpin negara ini selama 70 tahun dari tahun 1946-2016 Masehi.
Adulyadej meninggal dunia sekitar dua pekan lalu. Ia menyukai al-Quran dan memiliki hubungan baik dengan kaum muslim; sementara jumlah kaum muslim di negara ini sangatlah minim dan 93% masyarakat negara ini adalah Buddha.
Menyelesaikan Pelbagai Problem Para Petani Muslim
Kunjungan dari dekat dan melihat pelbagai kawasan menyebabkan sang raja mengetahui pelbagai problem yang ada. Di kawasan-kawasan ini, masalah kekurangan air di sawah, tanah tidak subur dan tidak cocok untuk bercocok tanam termasuk problem terpenting tersebut. Para petani setiap tahunnya memanen panen yang minim dan banyak kehilangan panennya. Hal ini juga terjadi pada peternakan di kawasan. Sang raja dengan meneliti tanah kawasan dan iklim, ia juga memperkenalkan tumbuh-tumbuhan dari kerajaan untuk kawasan tersebut sehingga dengan menanam tumbuh-tumbuhan tersebut akan mendapatkan mineral yang dibutuhkan olehnya. Demikian juga sang raja mengajarkan mekanisme mengelola ikan dan peternakan secara benar kepada para penduduk kawasan. Sang raja menghadiahkan hewan-hewan ternak, mereka dapat menggunakannya dengan mengembangbiakkannya.
Mengunjungi sejumlah masjid, sekolah serta tempat-tempat suci muslim juga termasuk salah satu dari tujuan permanen lawatan tersebut. Setiap kali mengunjungi masjid, sang raja membantu masjid tersebut dengan finansial pribadinya. Demikian juga sekolah-sekolah Islami kawasan secara permanen didukung oleh sang raja. Di bagian medis juga, para medis sukarelawan kerajaan secara permanen datang ke lokasi dan jika pasien membutuhkan pengobatan baru, maka dipindahkan ke kota-kota terdekat dan rumah sakit yang lengkap dengan anggaran kerajaan.
Pada tahun 1990 Masehi, sang raja memilih istana Wang Klai Kang Won (Jauh dari Ketakutan), yang terletak di kota Hua Hin sebagai tempat kediaman barunya.
Di kawasan tersebut, di dekat kota Phetchaburi juga tinggal sejumlah muslim. Kawasan itu termasuk salah satu kawasan yang senantiasa dikunjungi sang raja.
Perintah untuk Mengeluarkan Dokumen untuk Masjid NuruI Ehsan
Di kota Cha-am, yang terletak di dekat kota Phetchaburi, ada sebuah masjid bernama NuruI Ehsan, yang mana mayoritas muslim dari pelbagai kawasan negara lainnya bermigrasi ke situ untuk berbisnis. Luas masjid 1600 meter persegi dan tidak memiliki dokumen resmi. Di salah satu kunjungan raja ke masjid tersebut, sang imam masjid mengutarakan hal tersebut kepada raja, dan memintanya supaya mengeluarkan dokumen resmi, maka dikeluarkanlah perintah kepada para pejabat terkait. Sang raja menerima, dan tidak hanya sekedar memerintahkan pengeluaran dokumen semata; bahkan memerintahkan supaya menambah 8 ribu meter persegi lagi sehingga menjadi bagian batasan masjid.
Dari tahun 1990 Masehi dan seterusnya, sang raja senantiasa mengunjungi masjid NuruI Ehsan dan di setiap kunjungannya selalu membantu masjid dengan anggaran pribadinya. Ia berkata saya membantu masjid dengan tujuan supaya disitu didirikan sekolah Islam.
Renovasi Masjid dengan Dukungan Langsung Sang Raja
Pada tahun 1996 Masehi bangunan lama masjid NuruI Ehsan juga memerlukan renovasi. Imam masjid dalam sebuah surat kepada sang raja meminta kepadanya supaya dibangun masjid baru di kawasan wakaf tersebut. Sang raja tidak hanya sekedar menerima permintaan tersebut, bahkan juga menghadiahkan 100 ribu Baht untuk masjid guna menjadi anggaran pertama pembangunan masjid.
Karena itulah sang imam memasrahkan wewenang penuh masjid kepada sang raja dan dapat dikatakan bahwa ini termasuk salah satu masjid Thailand yang dibangun dengan dukungan langsung sang raja. Bangunan baru masjid rampung pada tahun 1999, yang bertepatan dengan ulang tahun keenampuluh penobatan sang raja.
Peningkatan Kadar Pendidikan Muslim
Pada tahun 1969 Masehi, salah satu dukungan raja terhadap muslim Thailand adalah dalam bidang pendidikan. Kaum muslim waktu itu memiliki pengetahuan minim dan mayoritas mereka menyekolahkan anak-anaknya sampai tahun empat SMP dan setelah itu mengirim mereka ke masjid dan rumah rohaniawan guna menimba masalah-masalah Islam, sampai-sampai sang anak betahun-tahun hidup di rumah rohaniawan atau masjid dan hanya mengetahui tentang Islam dan masalah-masalah Islam semata; dan hasilnya adalah mayoritas dari mereka mendapat kendala dalam membaca dan menulis dalam bahasa Thai.
Dengan demikian, sang raja meminta campur tangan langsung di kawasan tentang pendidikan dan pengajaran dan dengan meningkatkan taraf sekolah, menciptakan sistem pendidikan Islam di kawasan dan workshop pembelajaran untuk para guru muslim serta menciptakan sekolah-sekolah Islam resmi, yang mengajarkan pelajaran-pelajaran umum dan Islam, maka tingkat pendidikan kawasan semakin meningkat; karena itulah kita melihat kemajuan kawasan dan muslim Thailand dalam pelbagai kancah.
Menciptakan Lapangan Pekerjaan untuk Minoritas Muslim
Di sektor ekonomi juga sang raja menciptakan lapangan pekerjaan, workshop-workshop edukasi pertanian, teknis dan lain-lain juga diciptakan untuk kaum muslim dari pihak sang raja di kota Phetchaburi dan Narathiwat, dimana semua jerih payah tersebut menjelaskan bahwa sang raja Thailand meski dirinya bukanlah seorang muslim, namun menghormati kaum muslim dan mencintai mereka dan tidak membedakan antara muslim dan non muslim, dan berkhidmat kepada kesemuanya.
Dikumpulkan dari kenangan dan tulisan lawatan sang raja oleh Ms Saman Pumi Narong
Al-Quran Terjemah dalam Bahasa Thai
Masjid Nur Al-Ihsan
Raja Thailand di tengah-tengah Kaum Muslimin
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email