Pesan Rahbar

Home » » Raisi: Kubah Besipun tak Mampu Lindungi Israel dari Para Pemuda Hizbullah

Raisi: Kubah Besipun tak Mampu Lindungi Israel dari Para Pemuda Hizbullah

Written By Unknown on Sunday, 2 October 2016 | 13:09:00


Perwalian Haram Suci Razavi dalam acara “Qalishuyan Mashhad Erdehal” (sebuah tradisi tahunan masyarakat Kashan, Iran memperingati meninggalnya salah satu keturunan Imam Maksum as) menyinggung kekuatan iman dan keberanian para pemuda Hizbullah dan menuturkan, Kubah Besi (Iron Dome) bahkan tidak mampu melindungi rezim Zionis Israel dalam menghadapi para pemuda Hizbullah.

Astan News melaporkan, Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi dalam tradisi Qalishuyan Mashhad Erdehal yang digelar pada hari Jumat (30/9) pagi di Haram Suci Sultan Ali bin Mohammad Bagher, salah satu keturunan Imam Maksum as yang dihadiri oleh ribuan pecinta Ahlul Bait as, berbicara tentang dua mazhab, Intidzar dan Inzilam.

Ia menerangkan, mazhab Intidzar adalah kecintaan kepada Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw, mengenal musuh dan anti-musuh, perlawanan di jalan cita-cita dan resistensi, sementara mazhab Inzilam adalah pemikiran yang berusaha diterapkan di antara bangsa-bangsa dunia,mazhab Inzilam adalah mazhab keputusasaan dan penganut slogan “kami tidak mampu”.

Anggota Majelis Khobregan (Dewan Ahli Kepemimpinan Iran) menekankan bahwa Intidzar adalah mazhab harapan dan perlawanan, sebaliknya Inzilam adalah mazhab keputusasaan.

“Intidzar adalah mazhab cinta kepada Tuhan, ketaatan pada Allah Swt dan Rasul-Nya, mengenal musuh dan anti-musuh serta melawan penindasan dan orang-orang zalim,” ujarnya.

Raisi menjelaskan, mengenalkan mazhab Intidzar kepada masyarakat dunia sama dengan mengenalkan kemuliaan dan kemampuan.

Ia menambahkan, kubu imperialis dunia, dengan memanfaatkan kekuasaannya atas media, berusaha menyebarluaskan rasa putus asa, lemah, ketundukkan di hadapan penindasan dan kekalahan atas imperialis dan budaya Barat, kepada masyarakat-masyarakat dunia.

Perwalian Haram Suci Razavi menyebut upaya agar kebenaran berkuasa dan kebatilan musnah sebagai salah satu karakteristik Muslim penanti kedhuhuran.

“Mazhab Intidzar dan Asyura adalah yang melawan penjajahan, penindasan, konspirasi dan serangan-serangan musuh. Mazhab Intidzar mengajarkan kepada manusia bagaimana mengenal kawan, mengenal musuh, berjuang meraih cita-cita, melawan musuh, yakin kepada Mahdawiah dan kemunculah Imam Mahdi af,” paparnya.


Solusi Masalah Ekonomi Bukan di Tangan Amerika

Ayatullah Raisi di bagian lain pidatonya menjelaskan, satu-satunya jalan keluar seluruh masalah negara adalah memegang teguh cita-cita dan bersandar pada kemampuan dalam negeri.

Ia menjelaskan, solusi masalah-masalah negara bukan di tangan Amerika dan Barat, mereka hingga kini tidak menyelesaikan masalah-masalah negara dan rakyat manapun, mereka hanya menciptakan kesengsaraan dan kenaasan bagi pihak lain.

Menurut Raisi, jalan keluar masalah-masalah yang dihadapi Iran hanyalah tangan-tangan handal para pakar dan ahli dalam negeri.

“Hari ini para ahli, kaum muda dan tenaga kerja-tenaga kerja unggul dalam negeri mampu menjadi solusi masalah-masalah negara. Barat sudah menyelesaikan masalah negara dan rakyat mana ? bangsa mana yang telah diselamatkan oleh mereka ? mereka hanya menambah masalah-masalah di dunia ini, karena naluri menjajah mereka dan ekspektasi di luar batas dan kezalimannya,” imbuhnya.

Ayatullah Raisi menegaskan bahwa satu-satunya strategi mendasar untuk mengatasi masalah-masalah negara adalah resep menyembuhkan yang disarankan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam kerangka Ekonomi Perlawanan.

Ia menerangkan, orang-orang meyakini mazhab Intidzar, tidak akan pernah mengarahkan pandangannya ke luar negeri dan akan berusaha mereformasi masyarakat.


Revolusi Islam Kelanjutan Asyura

Anggota Majelis Khobregan Iran itu menilai darah syuhada sebagai penerang dan penghidup Islam serta hukum-hukum agama.

Lebih lanjut ia menerangkan, kubu Yazid menginginkan Asyura menjadi hari penutupan dan terakhir, akan tetapi justru menjadi hari permulaan dan kelahiran para pendukung kubu Imam Hussein as, dan kelanjutan peristiwa Asyura adalah Revolusi Islam dan Kebangkitan Islam.

Ayatullah Raisi juga mengutip doa Ziarah Arbain yang di dalamnya menjelaskan bahwa darah Imam Hussein as mencerabut kebodohan dari tengah masyarakat.

Ia menuturkan, darah Imam Hussein as sepanjang sejarah manusia, selalu menjadi faktor yang mencerabut kebodohan dari tengah masyarakat dan akan selalu seperti itu, dan Kebangkitan Islam ini serta kesadaran yang tergugah sekarang di tengah masyarakat berkat darah Imam Hussein as, menjadi bukti dari realitas tersebut.

Ia mengatakan, musuh-musuh agama Tuhan ingin agar Nabi tidak ada, pemerintahan tidak terbentuk di Madinah dan menyulut banyak peperangan.

“Musuh-musuh Islam menyulut perang Ahzab dan mengepung Madinah, akan tetapi berkat bantuan Allah Swt kota Madinah dan pemerintahan relijius terbentuk di sana,” ungkapnya.

Perwalian Haram Suci Razavi menjelaskan bahwa kabar gembira yang diberikan Al Quran kepada kita adalah kemenangan hak dan keunggulan serta taufik Allah Swt. Ia menuturkan, orang-orang yang menyerahkan hatinya kepada Tuhan dan berusaha untuk menegakkan pemerintahan hak, mereka harus tahu bahwa kemenanganpasti akan menjadi milik mereka.

Ayatullah Raisi mengatakan bahwa Sultan Ali bin Mohammad Bagher gugur syahid secara tertindas dan darahnya menjadi inspirasi kebangkitan.

“Para penguasa tiran berpikir bahwa dengan membunuh beliau, maka semua akan selesai, namun mereka lalai bahwa Erdehal ribuan tahun setelah kesyahidan itu, bangkit dan menunjukkan simbol kehadiran dan pembelaan atas kebenaran dengan mencintai utusan Wilayah,” paparnya.

Menurut Raisi, Mashhad Erdehal menarik perhatian banyak orang dari seluruh penjuru Iran. Kesyahidan Sultan Ali, katanya, adalah permulaan dan permulaan ini menarik banyak pecinta ke arah kebenaran, keadilan, nilai-nilai Ilahi dan pemerintahan Ilahi.

Anggota Majelis Khobregan Iran itu menganggap syuhada Islam sebagai manusia-manusia Ilahi yang membebaskan umat manusia dari kebodohan dengan darah mereka.

Ia mengungkapkan, darah syuhada mencerabut kebodohan dari tengah masyarakat dan akan menghapus kebodohan modern yang diciptakan kubu imperialis.

“Mereka yang mengejar kehendak Ilahi dan hatinya tertambat pada Wilayah, sangat mempersempit gerak para imperialis. Budaya Asyura dan Intidzar hari ini dapat melawan budaya musuh yang saat ini sedang dipaksakan terhadap bangsa-bangsa dunia,” katanya.

Anggota Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Khorasan itu menjelaskan bahwa mazhab Intidzar hari ini yang salah satu manifestasinya adalah Hizbullah, Lebanon, melawan rezim Zionis Israel dengan seluruh klaim dan kekuatan fisik militernya.

“Para pemuda Hizbullah atas nama agama memasang ikat kepala bertuliskan “Ya Hussein” dan “Ya Zahra” dan berhasil mengalahkan Israel dengan seluruh klaimnya itu,” tegas Raisi.

Di akhir pidatonya, Ayatullah Raisi menjelaskan bahwa tradisi bersejarah Qalishuyan Mashhad Erdehal adalah manisfestasi kecintaan masyarakat Iran kepada Ahlul Bait as.

Ia menandaskan, hadir dalam acara meriah ini merupakan bukti kesetiaan kepada Wilayah dan Imam Maksum as.

Tradisi tahunan Qalishuyan adalah acara keagamaan berusia ribuan tahun yang diselenggarakan pada hari Jumat kedua setiap bulan Mehr setiap tahun dalam kalender Iran dan ini adalah satu-satunya tradisi keagamaan yang menggunakan penanggalan Iran. Acara ini adalah pertunjukan simbolik pemakaman Sultan Ali bin Imam Muhammad Al Baqir as yang syahid pada tanggal 27 Jumadil Thani tahun 116 Hq bertepatan dengan hari Jumat kedua bulan Mehr menurut penanggalan Iran.

(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: