Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (Foto: AFP)
Rusia mengatakan akan mengamankan “asetnya” di Suriah jika Amerika Serikat berencana untuk membombardir pangkalan udara militer Suriah.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan para pembuat kebijakan di Washington terdengar menganjurkan penyerangan pangkalan udara Suriah sebagai pilihannya dalam upaya untuk melumpuhkan Damaskus yang menyerang posisi teroris di negara ini.
“Ini adalah permainan yang sangat berbahaya mengingat keberadaan Rusia di Suriah atas undangan pemerintah yang sah dan ada dua pangkalan udara kami di sana, yang ada sistem pertahanan udaranya di sana untuk melindungi asetnya,” kata menteri luar negeri Rusia dalam sebuah wawancara dengan First Channel TV Rusia pada hari Minggu (9/10/16)
Pesawat-pesawat tempur Rusia telah menggempur posisi teroris di Suriah sejak 30 September 2015, atas permintaan resmi dari Damaskus.
Lavrov mengatakan ia yakin bahwa Presiden AS Barack Obama tidak akan menggunakan skenario seperti itu.
Di tempat lain dalam sambutannya, menteri luar negeri Rusia meragukan niat Washington untuk memerangi teror di Suriah.
“Pesawat Pembom AS sering kembali ke pangkalan udara Incirlik [di Turki] atau pangkalan lain yang mereka gunakan, dengan amunisi terpakai. Ada penerbangan dengan frekuensi tinggi, namun efektifitasnya sangat rendah. Diperkirakan 15 sampai 20 persen, “kata Lavrov.
Moskow “tidak melihat bukti bahwa AS serius memerangi al-Nusra [sekarang dikenal sebagai Jabhat Fateh al-Sham],” kata menteri luar negeri Rusia, menambahkan Rusia juga curiga tentang seruan Washington terhadap Moskow dan pasukan udara Suriah untuk mengakhiri serangan udara melawan teroris di Aleppo timur” sebab disana ada pasukan Front al-Nusra.”
Lavrov mengatakan ia curiga dengan pekerjaan rahasia Washington yang merencanakan penyelamatkan Jabhat Fateh al-Sham berubah menjadi pasukan utama untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad di masa depan. Lavrov menelepon menteri luar Negeri AS John Kerry tentang kemungkinan plot seperti itu, tapi Kerry “bersumpah bahwa ini tidak benar.”
Pada hari Sabtu, Dewan Keamanan PBB mendapat dua veto terkait draft resolusi yang diusulkan oleh Moskow dan Paris tentang cara untuk menyelesaikan situasi yang semakin meningkat di Suriah, khususnya di kota Aleppo.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin memveto suara Dewan Keamanan PBB pada rancangan resolusi tentang Suriah yang diusulkan oleh Perancis di markas PBB di New York, 8 Oktober 2016. (Foto: AFP)
Usulan Perancis yang menyarankan penghentikan serangan udara Rusia dan Suriah di bagian timur Aleppo, diveto oleh Moskow. Rusia berpendapat bahwa menghentikan serangan udara “memberikan perlindungan kepada teroris Jabhat al-Nusra” dan kelompok militan lainnya yang bersekutu dengan mereka.
“Melarang penerbangan di wilayah Aleppo jelas-jelas memberikan perlindungan untuk teroris Jabhat al-Nusra dan militan terkait,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, menyebut usulan Perancis dipolitisasi dan sepihak.
Sebaliknya proposal resolusi Rusia mendesak penghentian segera kekerasan di kota itu, tetapi menekankan bahwa serangan udara anti-teror tidak harus berhenti. Rancangan Rusia itu ditolak oleh beberapa anggota lain dari Dewan Keamanan. Moskow dan Washington memiliki berbagai perbedaan pendapat terkait Suriah, yang telah dicengkeram oleh militansi yang didukung asing sejak Maret 2011. Setelah beberapa putaran pembicaraan tentang krisis gagal, Amerika Serikat memperingatkan pekan lalu bahwa mereka telah berhenti bekerja sama dengan Rusia.
(AFP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email