Mencermati perkembangan situasi dan kondisi akhir-akhir ini, terutama makin gencarnya upaya sebagian kelompok di kalangan umat yang secara massif terus menyebarkan semacam propaganda dan mosi tidak percaya bahkan hingga taraf pencabutan mandat oleh rakyat terhadap pimpinan tertinggi negara. Hal ini mengingatkan kita pada pernyataan gamblang Ketua Umum PNBNU, Said Agil Siradj awal tahun lalu.
Saat itu, dalam pernyataan resminya, pria yang akrab disapa Kang Said ini mengaku bahwa dirinya sudah mengetahui adanya informasi akurat dari pihak keamanan dan intelijen tentang agenda ISIS untuk masuk ke Indonesia secara besar-besaran pada tahun 2017 mendatang.
“Tercatat oleh pihak keamanan dan intel, jadi memang ada agenda. Saya sudah tahu, sudah agak lama, memang ada agenda ISIS akan masuk ke Indonesia dengan secara massif tahun 2017. Dan tahun 2022 harus sudah berdiri Khalifah, pemimpin sentral umat Islam seperti zaman Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali itu. Dan rencana mereka berpusat di salah satu negara Islam bekas Soviet,” ujar Kang Said kala itu.
“Mudah-mudahan agenda mereka, khususnya untuk Indonesia kita harus dapat menggagalkan. Dan memang harus kita gagalkan. Ini sudah musuh kita bersama; lintas agama, lintas etnik, lintas partai, lintas kelompok,” lanjutnya.
Oleh karena itu dia mengimbau agar agenda tersebut dilawan bersama, karena terorisme memang musuh bersama umat manusia, khususnya umat Islam.
“Mari kita bergandengan tangan. Bahwa terorisme adalah musuh kita bersama. Dan, seandainya mereka mengatasnamakan agama Islam, tindakan teror, wallahi, demi Allah, itu bertentangan dengan Islam. Tidak dibenarkan dalam agama Islam,” tegas Kang Said.
Masih kata Kang Said, ketika menjelaskan apa arti jihad dalam Islam, sesungguhnya lebih kepada upaya membangun masyarakat yang sejahtera, bermartabat dan sehat.
“Dalam kitab Fathul Mu’in, kitab rujukan pesantren Kiai NU, jihad itu adalah membangun masyarakat yang beriman, beribadah, berakhlak, dan sejahtera. Cukup sandang, pangan, papan dan sehat. Itu namanya jihad, membangun masyarakat sejahtera, bermartabat, sehat. Itulah jihad,” terangnya tentang makna jihad.
“Sama sekali tidak dibenarkan jihad diartikan menyerang, membunuh, menyakiti orang. Orang tidak tahu apa-apa, tahu-tahu mati, meninggal. Itu, sekali lagi, wallahi, bertentangan dengan agama Islam,” tandas Ketum PBNU itu.
Meski sudah disampaikan hampir setahun lalu, namun pernyataan ini tampaknya justru relevan dengan situasi-kondisi yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Salah satunya adalah terkait gencarnya mobilisasi massa besar-besaran mengatasnamakan agama, yang digelar nyaris serentak di kota-kota besar di seluruh Indonesia dengan mengatasnamakan Gerakan Nasional Pendukung Fatwa MUI (GNPF MUI) terkait kasus Ahok.
Banyak pengamat menengarai gerakan demo 4 November serupa people power yang rencananya bakal digelar 4 November ini rawan ditunggangi kepentingan-kepentingan terselubung segelintir orang yang memang sejak lama mengincar momentum untuk menggulingkan pemerintahan dan menegakkan sistem pemerintahan Khilafah seperti disampaikan Ketum PBNU tersebut.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email