Oleh: Rabbani Gulpaighani
Dalam kamus-kamus bahasa Arab kata Syiah berarti seseorang atau sejumlah orang ikut kepada yang lain dan juga bermakna seseorang menolong dan membantu serta berarti selaras, sejalan dan harmonis dalam ucapan dan perbuatan. Dibawah ini akan disebutkan beberapa contoh dari penjelasan yang ada di dalam kamus-kamus bahasa Arab:
1. Al-Qâmûs, “Tatkala disebutkan “Syî’ah al-Rajul” maka yang dimaksud adalah para pengikut dan sahabat seseorang, sebuah firqah atau aliran disebut sebagai syiah, sebagaimana kata ini digunakan untuk satu, dua atau beberapa orang, baik itu laki-laki atau perempuan.”[1]
2. Lisân al-‘Arab, “Syiah adalah sebuah kelompok yang berkumpul untuk suatu urusan dan setiap kaum yang berkumpul untuk suatu urusan maka mereka itu Syiah dan setiap kaum yang memilih suatu urusan atau perkara dan sebagian dari mereka mengikut kepada sebagiannya lagi, maka mereka itu adalah Syiah.”[2]
3. Mu’jam al-Maqâyîs, “Syîn, Yâ dan ‘Ain menjelaskan dua akar kata, satu diantara yang dua itu menunjukkan tentang menolong dan membantu dan yang lainnya berarti menyebarkan dan menebarkan, dan Syiah berarti para penolong dan pendukung.[3]
4. Al-Mishbâh al-Munîr, “Syiah adalah para pengikut dan penolong dan setiap kelompok yang berkumpul untuk suatu perkara adalah Syiah.”[4]
5. Aqrab al-Mawârid; dalam kitab ini juga syiah diartikan “para pengikut dan penolong”;[5] bentuk jamak (plural) dari kata Syî’ah adalah Syiya’ dan Asy-yâ’[6]
6. An-Nihâyah, “Asas kata Syî’ah adalah Musyâya’ah yang berarti ikut kepada yang lain.[7]
Dari ungkapan-ungkapan yang diuraikan dari beberapa kamus Arab diatas terkait kata Syiah, maka ada tiga kata yang bisa dikatakan cukup mewakili dari kesemuanya, yaitu:
1). Taat dan Mengikuti,
2). Membantu dan menolong,
3). Sesuai dan harmonis.
Penggunaan kata Syiah dan serumpunnya (Syiya’ dan Asy-yâ’) dalam al-Qur’an itu lebih kepada arti bahasanya. Yakni suatu kelompok yang saling sepakat atau sejalan untuk suatu perkara maka mereka itu ikut kepada mazhab tertentu, atau sebagian dari mereka ikut kepada sebagian lainnya. Seperti halnya seseorang dari Bani Israil yang berkelahi dengan seorang Qibthi, disebut sebagai syiah-nya Nabi Musa as. Allah Swt berfirman, “ Lalu ia (Nabi Musa as) mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Syiahnya) dan seorang (lagi) dari musuhnya.“[8]
Maksudnya bahwa salah satu dari kedua orang itu adalah dari Bani Israil dan satunya lagi dari Qibthi, karena Bani Israil mengklaim dirinya sebagai pengikut Nabi Ibrahim as, Nabi Ya’qub as dan Nabi Ishaq as, kendati pada metode dan agama mereka telah terjadi beragam distorsi.
Oleh karena itu, seorang dari Bani Israil itu adalah Syiah-nya Nabi Musa as, yakni pengikut agama dan syariat yang diakui atau diyakini Nabi Musa as.[9]
Juga tentang Nabi Ibrahim as, dalam al-Qur’an disebutkan bahwa: “Dan sesungguhnya Nabi Ibrahim as benar-benar termasuk Syiah Nabi Nuh.”[10]
Artinya bahwa metode Nabi Ibrahim as dalam masalah tauhid dan keadilan serta dalam mengikuti kebenaran sama dengan metode Nabi Nuh as.[11]
Hal ini tidak berarti bahwa yang satu mengikut kepada yang lain dimana yang satu pemimpin dan yang pengikut, melainkan maksudnya adalah agama dan metodenya selaras, sejalan dan hormonis. Oleh karena itu, hal ini tidak dipengaruhi oleh persoalan waktu duluan atau belakangan.[12]
Catatan Kaki:
[1] Al-Qâmûs al-Muhîth, jilid 3, hal. 47, kata Syâ’a.
[2] Lisân al-‘Arab, jilid 1, hal. 55, kata Syiya’.
[3] Mu’jam al-Maqâyîs al-Lughah, hal. 545, kata Sya-ya-‘a.
[4] Al-Mishbâh al-Munîr, jilid 1, hal. 398.
[5] Aqrab al-Mawârid, jilid 1, hal. 626.
[6] Menurut Fayyumi dalam Al-Mishbâh al-Munîr, kata Asy-yâ adalah jamak dari Syiya’ (Jam’ul Jam’a).
[7] Ibnu Atsir, al-Nihâyah, jilid 2, hal. 519.
[8] Qs. Al-Qashash: 15.
[9] Al-Mîzân, jilid 16, hal. 17.
[10] Qs. Al-Shâffât: 83.
[11] Majma’ al-Bayân, jilid 4, hal. 449.
[12] Al-Mîzân, jilid 17, hal. 147.
(Info-Hauzah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email