Di tengah masa kampanye Pilgub DKI yang diwarnai prahara Ahok terkait Al-Maidah 51, perdebatan sengit hingga saling hujat menjadi fenomena sehari-hari khususnya di media sosial. Tak pelak, sebagian orang menggunakan segala cara untuk mempertahankan pendapatnya hingga untuk menjatuhkan pihak yang berbeda pandangan dengannya. Menghindari meluasnya pertikaian yang diikuti kebencian dan fitnah, KH. Ahmad “Gus Mus” Mustafa Bisri menegaskan agar nama dan statementnya tidak dilibatkan dalam pertikaian ini.
“Silahkan ambil fotoku. Tapi mbok tolong jangan di-share dengan embèl-èmbèl tulisan (baik yang disimpulkan dari perkataanku, sebagian perkataanku, atau apalagi yang sama sekali bukan perkataanku). Tolong jangan bawa-bawa namaku untuk berkelahi. Aku tidak suka berkelahi dengan siapa pun dengan alasan apa pun. Aku mencintai kalian semua,” kata Gus Mus di akun facebooknya 5/11.
Hingga tulisan ini turun, pernyataan jebolan Al Azhar Mesir di atas telah dibagikan sebanyak enam ribu kali lebih dengan ratusan tanggapan. Seseorang pun meminta konfirmasi dengan meng-upload gambar yang seakan menghadap-hadapkan foto dan statement Gus Mus dan Habib Rizieq. Pengasuh Ponpes Raudhatu Tholibin pun mengafirmasi bahwa ‘meme’ itu adalah salah satu contoh dari sekian bentuk lainnya.
Foto pemimpin FPI yang ditanggapi oleh Gus Mus itu pun mengundang akun bernama Abu Khoir berkomentar.
“Apakah bapak Kiai membenci Habib Rizieq?” tanyanya disusul dengan mengunggah foto Imam Besar FPI itu yang bertuliskan ‘Kalian benci orang ini (Habib Rizieq), berarti kalian ridho dengan kemaksiatan’.
Sontak puluhan orang pun mengingatkan Abu Khoir agar membaca kembali pesan dari apa yang ditulis Gus Mus. Setelah sejumlah orang menjelaskan ke Abu Khoir yang dianggap ‘gagal paham’ itu, Gus Mus pun angkat bicara.
“Yang mengenalku tahu benar bahwa aku tak bisa membenci siapa pun. Mungkin aku membenci kelakuan; tapi membenci orangnya, tidak lah,” kata Gus Mus kepada Abu Khoir.
Seperti diketahui, salah satu pihak yang melaporkan Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama telah menistakan agama ialah Habib Rizieq Syihab. Pemimpin Front Pembela Islam ini juga yang memimpin dua kali demonstrasi agar Ahok diproses secara hukum. Sikap Habib Rizieq pun kembali menimbulkan perdebatan di masyarakat. Di luar sikap kontroversi itu, Kapolri Tito Karnavian melihat adanya inkonsistensi tuntutan sebelum dan saat demo 4 November.
“Disampaikan pada saat itu (sebelum 4/11), tuntutannya ialah ingin presiden membuat statemen bahwa beliau mendukung proses hukum,” kata Tito di depan penonton ILC (8/11)
Jika permintaannya itu, lanjut Tito, Presiden Jokowi ketika mengadakan pertemuan dengan pimpinan NU, Muhammdiyah dan MUI di Istana, telah menyatakan mendukung proses hukum.
“Sebetulnya tuntutan ke istana telah selesai, karena statemen itu sudah diberikan tapi kemudian permintaannya berubah lagi.”
Tito pun membeberkan negosiasi yang dipimpin oleh Bachtiar Nasir bersama Zaitun Rasmin (GNPF-MUI), hingga akhirnya mereka dipertemukan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana (4/11)
“Tapi dalam pertemuan itu, yang diminta beda dengan statemen (yang diminta kepada) bapak presiden sebelumnya. Kita duga mereka meminta statemen yang sama, penekanan, ternyata tidak. Yang diminta adalah, agar terlapor saudara Ahok, ditangkap dan ditahan sekarang juga,” katanya menceritakan pertemuan di dalam istana negara sebelum terjadinya rusuh itu. []
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email