ilustrasi
Beberapa media mainstream nasional berbasis online mulai berani memberitakan informasi negatif tentang pemberontak Suriah yang didukung Barat dan negara Teluk. Berita terbaru disebutkan oleh sindonews, krjogja, dan intelijen. Media-media ini memberitakan penggunaan senjata kimia oleh pemberontak Suriah untuk membunuh warga sipil Aleppo.
Sindonews misalnya, dalam beritanya Senin, 31 Oktober 2016, menyebutkan dalam beritanya, Pemberontak Suriah dilaporkan kembali melakukan serangan terhadap wilayah Aleppo Barat, namun serangan kali ini pemberontak Suriah disebut menggunakan senjata kimia.
Sumber berita diambil dari laporan al-Mayadeen, yang dilansir Tass pada Senin 31 Oktober 2016. Al-Mayadeen merupakan media independen yang berbasis di Timur Tengah dikelola oleh awak media eks Aljazeera dan media Arab lain.
Dua media nasional lain, krjogja dan intelijen.co.id, sebagaimana sindonews, memberitakan penggunaan senjata kimia oleh pemberontak Suriah. Sebagaimana sindonews pula, dua media ini juga mengambil sumber dari al-Mayadeen.
Sebagaimana biasanya, penggunaan senjata kimia kerap sekali diberitakan media Barat dan Nasional dilakukan oleh tentara Bashar al-Assad. Media nasional yang mengambil sumber berita dari media Barat dalam persoalan perang Suriah mengakibatkan informasi di dalam negeri menjadi bias. Atau jika tidak mengambil sumber berita dari media Barat, media nasional mengambilnya dari media Timur Tengah yang pro Barat seperti Aljazeera. Tentu saja pengambilan sumber dari al-Mayadeen ini perkembangan yang patut diapresiasi secara positif sekaligus langkah yang berani.
Perang Suriah oleh media Barat dan Timur Tengah menggunakan isu perang sektarian antara Sunni dan Syiah. Diilustrasikan dalam berita-berita mereka, rezim Assad sebagai penguasa Syiah yang zalim memerangi rakyatnya yang Sunni.
Akibat berita yang sarat kebohongan itu, rakyat Indonesia kena imbasnya. Mulailah di dalam negeri yang dahulunya tak pernah terdengar isu anti-Syiah kini marak. Negara pun mulai repot menjadi pemadam kebakaran karena meningkatnya penyesatan dan pengkafiran sekaligus ujaran kebencian yang dilakukan kelompok Islam Indonesia pro-pemberontak. Lebih jauh mereka telah menjadi kelompok radikalisme dan terorisme dan tidak sedikit yang berangkat ke Suriah untuk berjihad.
Namun ketika Rusia mulai dilibatkan oleh reim Assad sejak tahun 2015 dalam perang Suriah, fakta yang sebenarnya, sedikit demi sedikit mulai mengimbangi berita yang sarat kebohongan itu. Ini lantaran media-media Rusia seperti Sputnik mulai dijadikan bacaan pengimbang. Media Rusia pun mulai sering dijadikan sumber berita oleh media nasional, dan kini media al-Mayadeen yang jarang disentuh sebagai sumber mulai dilirik.
Sebagaimana diberitakan oleh al-Mayadeen Senin, 31 Oktober 2016, pemberontak Suriah melakukan serangan di Distrik al-Hamdaniya, wilayah di Aleppo Barat yang dikuasai oleh pemerintah. Warga sipil dan anggota militer mengalami keracunan akibat serangan dengan menggunakan senjata kimia.
“Semua yang menderita luka, dan yang mengalami kerancunan sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk menjalani perawatan,” bunyi laporan al-Mayadeen.
Setidaknya 38 warga Suriah, termasuk 14 anak-anak telah menjadi korban penembakan di bagian barat Aleppo dalam kurun waktu dua hari terakhir. Selain itu, setidaknya 250 orang menderita luka-luka akibat serangan itu.
(Satu-Islam/Media-Lain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email