Pesan Rahbar

Home » » Profil dan Nasab Ammar Bin Yasir Dalam Pustaka Islam

Profil dan Nasab Ammar Bin Yasir Dalam Pustaka Islam

Written By Unknown on Saturday 12 November 2016 | 06:30:00


Ammar bin Yasir (Bahasa Arab: عمار بن ياسر) adalah sahabat yang memiliki kedudukan utama. Ia adalah salah seorang yang memeluk Islam pada awal kedatangannya. Demikian juga termasuk Syiah Imam Ali As. Ammar bersama Salman, Miqdad dan Abu Dzar adalah para penolong setia Imam Ali As dan tergolong sebagai Syiah pertama.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw, ia demi mendukung Imam Ali As, tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar.

Pada zaman khlaifah ke-3, ia turut menjadi pihak oposisi dan mengadakan perlawanan terhadap pemerintahannya.

Pada masa kekhalifahan Imam Ali As, ia selalu memyertai Imam Ali As dan pada saat meletus perang Jamal, Ammar Yasir berada dalam barisan pasukan Imam Ali As dan syahid di tangan pasukan Muawiyah.

Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadis yang masyhur mengabarkan bahwa kesyahidan Ammar bin Yasir berada di tangan kelompok baghi (segolongan orang yang membangkang pada pemerintahan yang sah).


Nasab

Ammar bin Yasir bin Ammar dengan julukan Abu Yaqdhan, khalif (berjanji setia) dengan Bani Mahdzum. [1]

Nasab Ammar sampai kepada Ammar keluarga Anas bin Malik dari kabilah Qahthani yang bermukim di Yaman. Yasir, ayahanda Ammar pada masa muda pergi ke Mekkah dan menetap di sana dan mengikat janji setia dengan Abu Khudzaifah. [2]


Zaman Nabi Muhammad Saw

Ammar, ayahanda dan ibundanya termasuk golongan pertama yang masuk Islam. [3]

Berdasarkan sebuah riwayat, ia adalah orang yang masuk Islam pada urutan ke 30-an dan pada hadis yang lain ia tercatat sebagai tujuh orang yang pertama kali masuk Islam. Ammar, saudaranya (Abdullah), ayahandanya dan ibundanya (Sumayyah), Bilal, Habban dan Shuhaib disiksa oleh kaum Quraisy dengan siksaan yang sangat berat dengan tujuan supaya berbalik keyakinannya dari agama Islam.

Sumayyah dan Yasir karena menderita akibat siksaan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy akhirnya meneguk cawan kesyahidan. Mereka termasuk syuhada pertama Islam. [4]

Kaum Musyrikin juga memaksa Ammar untuk menjelek-jelekkan Nabi Muhammad Saw, namun Nabi Muhammad Saw mengampuninya dan berkata bahwa apabila kaum Musyrikin memaksanya untuk berbuat demikian lagi, maka lakukanlah hal itu. Karena kejadian inilah, turun ayat:

 مَن کفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إِیمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُکرِ هَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِیمَانِ 

“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)”. [5][6]

Berdasarkan berbagai laporan, Ammar adalah salah seorang yang juga hijrah ke Habasyah. [7]

Ammar menyertai Nabi Muhammad Saw ketika beliau berhijrah ke Madinah dan turut serta membantu Nabi Saw ketika beliau membangun masjid Kuba. [8]

Di Madinah ia adalah sahabat dekat Nabi Muhammad Saw dan ikut berperang dalam semua peperangan yang di hadiri oleh Nabi Saw. [9]

Keutamaan Ammar: Riwayat dari Nabi Muhammad Saw tentang keutamaan Ammar: Di antaranya beliau bersabda bahwa surga menunggu kehadiran: Ali, Ammar, Salman dan Bilal. [10]

Demikian juga dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda: Ammar bersama kebenaran dan kebenaran bersamanya, Ammar mengelilingi kebenaran di mana saja, pembunuh Ammar, tempatnya di neraka. [11]


Pada Masa Kekhalifahan

Ammar bersama dengan Salman, Miqdad dan Abu Dzar termasuk kaum Syiah pada masa permulaan yang semenjak zaman Nabi Muhammad Saw terkenal dengan nama ini. [12]

Ammar membela Ali As dengan tidak memberikan baiatnya kepada Abu Bakar demi mempertahankan wilayah Imam Ali As [13]

Ia pada zaman khalifah awal ikut dalam perang Yamamah dan pada pada saat itu telinganya robek. [14]

Pada masa khalifah Umar, ia menjadi gubernur Kufah dan panglima pasukan kaum Muslimin di Kufah. [15]

Pada masa ia menjadi gubernur, meletus perang Nahawand dan terjadi penaklukan sebagian daerah-daerah di Iran. [16]

Namun setelah beberapa lama ia diberhentikan dari jabatan itu. Sumber-sumber sejarah tidak menyebutkan secara jelas sebab diberhentikannya Ammar dari jabatan tersebut.

Sebagian sumber sejarah menyebutkan bahwa sebabnya adalah karena masyarakat tidak menyukai Ammar sehingga masyarakat meminta Umar untuk memberhentikan Ammar dari jabatan gubernur. Sebab protes yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak dijelaskan secara gamblang.

Dalam sebuah laporan disebutkan bahwa protes ini didasari oleh kebodohan Umar dalam menjalankan kebijakan politik. [17]

Pada zaman khalifah ketiga, terjadi perselisihan antara Umar dan Ammar. Salah satunya adalah protes Ammar terhadap pengungsian terhadap Abu Dzar ke Rabadzah. Ammar dipukuli atas perintah Usman. Usman merencanakan Ammar untuk mengungsikannya ke Madinah namun karena protes yang dilancarkan oleh Bani Ma'zhum dan juga karena peranan Imam Ali As, akhirnya rencana tersebut dibatalkan. [18]

Sebagian melaporkan bahwa pertikaian, pemukulan dan kedzaliman atas Ammar terjadi ketika Utsman dan masyarakat Kufah lainnya sedang mabuk dan tindakan protes atas akhlak buruk yang dilakukan oleh Walid bin Uqbah sebagai pejabat Utsman di Kufah [19]

Laporan lain menyebutkan bahwa pemukulan dan kedzaliman atas Ammar terjadi ketika Ammar memprotes tindakan Utsman dalam membagi harta baitul mal dan menggunakannya untuk kepentingan pribadinya. [20]

Ammar juga ikut dalam peristiwa pemberontakan terhadap Utsman. Ia bergabung dengan orang-orang yang melakukan protes di Mesir dan ikut mengepung Umar di Madinah. [21]


Pada zaman Kekhlalifahan Imam Ali Ali As

Ammar Yasir termasuk pembela Imam Ali As. Pada zaman meninggalnya Umar dan peristiwa terbentuknya syura untuk menentukan khalifah, dalam perbincangannya dengan Abdurahman bin Auf, ia menyarankan kepadanya untuk memilih Ali As supaya masyarakat tidak terpecah. [22]

Setelah Usman terbunuh, Ammar adalah salah seorang yang mengajak masyarakat untuk membaiat Ali As. [23]

Ia pada masa pemerintahan Imam Ali As ikut serta dalam perang Jamal dan Shifin. Pada perang Jamal ia menjadi komandan pasukan sebelah kiri Imam Ali As. [24]

Dan pada hari ke-3 perang Shifin ia menjadi komandan bagi pasukan Imam. [25]


Syahadah

Ammar syahid pada 7 Rabiul Tsani tahun ke-37 H. Setelah syahadahnya Ammar, Imam Ali As mensalatkan jenazahnya. [26]

Usia Ammar ketika syahid adalah di atas 90 tahun.

Sebagian menyebutkan ia berusia 93 tahun, sebagian lainnya 91 tahun dan ada juga sekelompok orang yang menyatakan bahwa usia ia pada saat syahid adalah 92 tahun. [27]

Syahadah Ammar pada perang Shifin oleh pasukan Muawiyah adalah celaan bagi Muawiyah dan merupakan salah satu dalil atas kebenaran Imam Ali As dalam peperangan ini.

Dalilnya adalah kemasyhuran sebuah hadis dari Nabi Muhammad Saw dimana di dalamnya disebutkan bahwa pembunuh Ammar adalah kelompok baghi (segolongan orang-orang yang keluar dari ketaatannya kepada Imam). [28]

Ibnu Abdul Barr mengakui kemutawatiran hadis ini dan berkata bahwa hadis ini adalah sahih. [29]

Dikatakan bahwa Khuzaimah bin Tsabit hadir dalam perang Jamal dan Shifin, ia tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya, namun dalam perang Shifin ketika ia melihat Ammar terbunuh oleh pasukan Muawiyah, ia berkata: Sekarang kelompok yang salah telah jelas bagiku dan sejak saat itulah ia mulai berperang dalam pihak Imam Ali As dan akhirnya ia menemui kesyhidannya. [30]


Pemakaman Ammar

Pemakaman Ammar berada di tempat kesyahidannya di Raqah, Suriah. [31]

Penulis kitab “Amakin Ziyarati Siyahati Suriah” yang ditulis pada tahun 1381 dalam menggambarkan tentang pemakaman Ammar menuliskan: Pemakaman ini berada di sebelah kanan pintu Ali As. Telah beberapa tahun pemakaman ini dibangun atas usaha Republik Islam Iran dan menjadi pemakaman yang sangat megah dan besar.

Di atas pemakaman Ammar, dibangun kubah tinggi yang berasal dari semen. Pusara Ammar berada di bawah kubah ini. [32]

Tempat ziarah ini dalam makalah “Ziyaratgah Ahlul Bayt wa Ashab dar Suriah” (Tempat Ziarah Ahlulbait dan Para Sahabatnya di Suriah) digambarkan bahwa tempat ziarah besar dan megah ada di kota ini yang dalam tahun-tahun terakhir ini menjadi perhatian pengikut Syiah dan rombongan peziarah.

Komplek pemakaman ini meliputi syuhada perang Shifin seperti pemakaman Ammar Yasir, Uwais Qarni dan Abi bin Qais. Bangunan tempat ziarah ini pada tiga dekade tahun sebelumnya hanya meliputi dua ruangan dengan atap kecil di atas kuburan Ammar Yasir dan Uwais Qarni.

Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran dengan anjuran Imam Khomeini Qs dan dengan kesepakatan Hafidz Asad, presiden Suriah pada masa itu, membeli tanah dan membangun kerangka bangunan sebagaimana yang terlihat pada masa sekarang.

Namun selama beberapa tahun, bangunan tersebut tidak terurus hingga Iran memberi sokongan dan dengan usaha kementrian perumahan dan tata kota Iran waktu itu, kemudian bangunan itu diselesaikan dan dekorasi-dekorasi lainnya juga dilengkapi, akhirnya pada tahun 1382/2004 bangunan itu diresmikan.

Bangunan ziarah itu terdiri dari dua lantai dengan pelataran berbentuk persegi panjang yang besar dan dikelilingi oleh ruangan-ruangan yang digunakan untuk perkantoran dan urusan keagamaan. Semua banguan eksterior dan bangunan luar serta pelatarannya dilapisi dengan batu berwarna putih dan dihiasi dengan ubin marmer sehingga membuat bangunan itu memiliki keindahan tersendiri.

Pusara Ammar bin Yasir berada di sebelah Barat aula dan pusara Uwais Qarni berada di sebelah Timur aula. Kedua pusara itu memiliki bentuk bangunan yang sama dan beratapkan kubah dengan marmer berwarna biru dan menara yang tinggi. Pada bagian luar sisi timur pelataran pemakaman terdapat tempat ziarah Abi bin Qais yang memiliki kubah dengan ukuran lebih kecil dari pada kubah Ammar dan Uwais. [33]


Penghancuran Pemakamam Ammar

Pada tanggal 21 Ramadhan tahun 1433 atau 6 Syawal Murdad 1392 S bertepatan dengan malam-malam Lailatul Qadar, kelompok takfiri dan salafi yang menguasai propinsi Raqah di Suriah menyerang pemakaman Ammar bin Yasir dan Uwais Qarni dengan menggunakan mortir.

Serangan ini menyebabkan kerusakan pada pemakaman Ammar Yasir dan Uwais al-Qarni.

Dengan serangan rudal secara bertubi-tubi menyebabkan pelataran menjadi rusak dan tembok-tembok bangunan pemakaman menjadi rusak dan hancur. [34]


Catatan Kaki

1. Ibnu Atsir, Usdu al-Ghābah, jld. 4, hlm. 43.
2. Ibnu Atsir, Usdu al-Ghābah, jld. 4, hlm. 308.
3. Ibnu Atsir, Usdu al-Ghābah, jld. 4, hlm. 309.
4. Al-Amin, A'yān al-Syiah, jld. 13, hlm. 28.
5. Qs al-Nahl [16]: 106.
6. Ibnu Atsir, jld. 4, hlm. 309; Al-Amin, A'yān, jld. 13, hlm. 28.
7. Ibnu Hisya, al-Sirah al-Nabawiyah, jld. 1, hlm. 220.
8. Ibnu Atsir, Usdu al-Ghābah, jld. 4, hlm. 46.
9. Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, hlm. 109.
10. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, jld. 3, hlm. 229.
11. Al-Amini, al-Ghadir, jld. 9, hlm. 25.
12. Silahkan lihat: A-Nubakhti, Firaq al-Syiah, hlm. 18; Syahabi, Adawār Fiqh, jld. 2, hlm. 282.
13. Ya'qubi, Tārikh Ya'qubi, Terjemah Ayati, jld. 1, hlm. 524.
14. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, jld. 3, hlm. 228.
15. Thabari, jld. 4, hlm. 144.
16. Akhbār al-Thiwāl, hlm. 128.
17. Baladzuri, hlm. 274.
18. Ya'qubi, jld. 2, hlm. 173.
19. Ibnu Qutaibah Dinawari, jld. 1. Hlm. 51.
20. Al-Bada wa al-Tārikh, jld. 5, hlm. 20.
21. Baladzuri, jld. 5, hlm. 549.
22. Muqadasi, jld. 5, hal 191.
23. Al-Thusi, al-Amāli, hlm. 728.
24. Al-Mufid, al-Jamal, hlm. 179.
25. Al-Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 2, hlm. 303.
26. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, hlm. 262.
27. Ibnu Abdul Barr, Al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, jld. 3, hlm. 231.
28. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, hlm. 251-253. Ibnu Sa'ad, kalimat itu dengan sedikit perubahan namun sama maksudnya dengan “Sekelompok Baghi membunuh Ammar” dengan berbagai nukilan sanad.
29. Ibnu al-Barr, Al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashāb, jld. 3, hlm. 231.
30. Ibnu Sa'ad, Al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, hlm. 259.
31. Maraqid al-Ma'ārif, jld. 2, hlm. 100.
32. Qāidān, hlm. 198.
33. Khāmehyār, hlm. 40.
34. Khabarguzāri Abna:1


Daftar Pustaka:

1. Ibnu Hisyam al-Himyari, al-Sirah al-Nabawiyyah, jld. 1, riset: Muhammad Muhyiddin Andul Hamid, Mesir, Maktabah Muhammad Ali Subaih wa Auladah, 1383/1963.
2. Al-Amini, al-Ghadir, jil 9, Bairut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1397-1977.
3. Ibnu Atsir, Ali bin Ahmad, Usdu al-Ghābah fi Ma'rifah al-Shahābah, jld. 4, Beirut, Dar al-Ma'rifah, 2001.
4. Ibnu Sa'ad, al-Thabaqāt al-Kubrā, jld. 3, Dar Shadir, tanpa tahun.
5. Ibnu Qutaibah Dinawari, Ahmad bin Dawar, Akhbār al-Thiwāl, Riset: Abdul Mun'im Amar Jamaluddin Sayyal. Qum, Mansyurat al-Radhi, 1368.
6. Ibnu Abdul Barr, al-Isti'āb fi Ma'rifah al-Ashhāb, Riset: Ali Muhammad Mu'awadh, Adil Ahmad Abdul Maujud, Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1415/1995.
7. Al-Amin, Sayid Muhsin, A'yān al-Syiah, jld. 13, Haqaqah wa Ihrajihi alaihi Hasan al-Amin, Beirut, Dar al-Ta'aruf lil Mathbu'at, 1420/2000.
8. Al-Baladzuri, Ahmad bin Yahya bin Jabir, Ansāb al-Asyrāf, riset: Muhammad Baqir Mahmudi, Beirut, Muasasah al-A'lami lil Mathbu'at, 1394/1974.
9. Khamehyar, Ahmad, Ziyāratgāhhāi Ahlul Bait wa Ashāb dar Suriah, Waqf Mirats Jawidan, no. 76, tahun 1390.
10. Syahabi, Mahmud, Adwār Fiqh, Tehran: Sazman Cab wa Intisyarat Wezarat Farhang wa Irsyad Islami, 1366.
11. Thabari, Muhamad bin Jarir, Tārikh al-Thabari, Riset: Muhammad Abul Fadzl Ibrahim, Beirut, Dar al-Tsurats, Tsaniyah, 1387/1967.
12. Al-Thusi, al-Amāli, Riset: Qasam al-Dirasat al-Islamiyah, Muasasah Na'tsah, Qum, Al-Tsaqafah lil Mathbu'ah wa al-nasyr wa al-Tuzi', 1414.
13. Al-Mufid, Muhammad bin Muhammad, Amaāi, teremah Husain Ustad Wali, Masyhad, Astan Radzawi, 1364 S.
14. Al-Mufid, al-Jamal, Qum, Maktabah al-Dawari, tanpa tahun (software Maktabah Ahlul Bait As, soft ware ke-2, 1391 S)
15. Muqadasi, Muhammad bin Thahir, Al-Bada' wa al-Tārikh, Bur Sa'id, Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyah, tanpa tahun.
16. Al-Nubakhti, Al-Hasan bin Musa, Firaq al-Syiah, Beirut, Dar al-Adhwa, 1404/1984.
17. Ya'qubi, Ibnu Wadhih Ahmad bin Abu Ya'qubi, Tārikh al-Ya'qubi, terjemah Muhammad bin Ibrahim Ayati, Tehran, Ilmi wa Farhangg, 1378.

(Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: