Pembebasan Aleppo bukanlah sebuah perang biasa. Tetapi sebuah prestasi besar dan tak tertandingi dalam sejarah perang Suriah yang berhasil diwujudkan sekalipun pihak lawan memiliki fasilitas dan persenjataan yang mumpuni.
Laporan-laporan televisi dan media resmi Suriah membongkar keberadaan gudang dan simpanan-simpanan amunisi dan persenjataan dalam jumlah yang sangat besar serta gudang-gudang makanan yang sangat cukup untuk membiayai beberapa buah kota. Semua ini menyingkap “skandal Aleppo” yang telah dilakukan oleh negara-negara pendukung teroris dan kelompok-kelompok pemberontak Suriah.
Terlepas dari kekalahan telak yang telah menimpa imperium Barat, tangisan dan keseragaman langkah mereka dengan para teroris dan “warga sipil” di Aleppo sudah terbukti nyata.
Siapakah “warga sipil” tersebut? Mereka tidak lain adalah para perwira dan jenderal Barat, Turki, Israel, dan Amerika dengan kemahiran tinggi yang terkepung oleh pasukan pendekar Suriah hanya dalam radius enam kilometer. Masalah ini menimbulkan akibat buruk di media-media Barat.
Realita ini telah menuntaskan banyak masalah. Di antaranya adalah mengapa negara-negara Barat tiba-tiba berubah menjadi negara-negara berduka demi “sipil Suriah”.
Ketika Jabhat Al-Nushrah mengepung dua desa: Kafriya dan Al-Faw‘ah serta memberondong para penduduk denganpeluru, Barat tidak sedikit pun angkat bicara mengenai HAM dan demokrasi. Ketika rakyat Suriah berada dalam kepungan berat dan embargo ekonomi, Dewan Keamanan PBB tak bergeming sedikit pun.
Di sinilah jati diri “warga sipil Suriah” di timur Aleppo tersebut terbongkar.
(Al-Wa‘y-News/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email