1. Orang yang mengatakan bahwa ayat ini turu n untuk istri2 nabi adalah sebuah ijtihad yang bertentang dengan nash syar’i.
2. Tidak ada satupun hadist sahihi yang mengatakan bahwa ayat ini turun untuk istri2 Nabi Kecuali dua hadist yang dnisbatkan kepada Ibnu Abbas dan hadist yang kedua dinukil oleh al-Wahidi dalam asbabunnuzul hal 203.
أخبرنا أبو القاسم عبد الرحمن بن محمد السراج، قال: أخبرنا محمد بن يعقوب، قال: أخبرنا الحسن بن علي بن عفان، قال: أخبرنا أبو يحيى الحماني، عن صالح بن موسى القرشي، عن خصيف عن سعيد بن جبير، عن ابن عباس قال: أنزلت هذه الآية في نساء النبي (صلى الله عليه وآله وسلم): (إِنَّما يُريدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ)
Dan satu riwayat yang dinukil oleh ibnu katsir dalam tafsrinya jilid IV hal 515:
((عن ابن أبي حاتم، قال: حدثنا علي بن حرب الموصلي حدثنا زيد بن الحباب، حدثنا الحسين بن واقد عن يزيد النحوي عن عكرمة عن ابن عباس رضي الله عنهما في قوله تعالى: (إِنَّما يُريدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهيراً) قال: نزلت في نساء النبي (صلى الله عليه وآله وسلم) خاصة))
Namun kedua riwayat ini tidak dapat dipergunakan karena:
1.bertentangan dengan begitu banyak riwayat mutawatir yang menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk Ali.Fathimah,Hasan,Husain (as).
Adapun riwayat yang dinukill oleh Wahidi adalah riwayat yang sangat lemah dari sisi sanad cukuplah bagi kita menunjuk tiga perawi hadist ini yaitu:
Abu Yahya al-Hamati dia adalah seorang yang bernamaAbdul hamid bin Abdur rahman al-Hamati
*1. Annasa’I berkata,”tidak kuat”
*2. Ibnu sa’ad dan Ahmad mengatakan,”dia lemah”
*3. Al-Ajli berkata,”orang kufah dan dia sangat lemah dalam hadist.”
*4. Sholih bin Musa al-Qursyi. Ibnul Mu’in berkata,”dia bukan apa-apa”
*5. Isfahani berkata,”dia meriwayatkan kemunkaran-kemunkaran Malik bin Umair dan dan dia ditinggalkan”
*6. Bukhori berkata,”Dia adalah seorang pengingkar hadist”
*7. An-Nasa’I berkata,”hadistnya ditinggalkan”
*8. Adz-Dzahabi berkata,”tidak dianggap”
*9. Al-Asqolani berkata,”Ditinggalkan”.
*10. KHosif dan ia adalah yang meriwayatkan dari Said bin Jubair, nama lengkapnya ialah Khosif bin Abdurrahman al-Jazri, ia adalah seorang budak Usman bin Affan ada juga yang mengatakan bahwa ia adalh budak dari Muawiyah bin Abi Sufyan. Ahmad bin Hanbal berkata,”Perkataannya bukanlah hujjah dan hadist darinya tidak kuat”, Ahmad juga berkata,”hadist darinya lemah”
*11. Abu Hatim mengatakan,”dia adalah seorang yang saleh namun hafalannya buruk”,
*12. Asqolani berkata,”bias dipercaya namun buruk hafalannya ,”
*13. Adz-Dzahabi berkata,”bias dipercaya namun Ahmad mendhaifkannya.
*14.
(1) الكاشف 1/617، تقريب التهذيب 2/334، تهذيب التهذيب 6/109.
(2) الكاشف 1/617، تهذيب التهذيب 6/109، تهذيب الكمال 16/454.
(3) تهذيب التهذيب 6/109.
(4) تهذيب التهذيب 6/109.
(5) الجرح والتعديل 4/415.
(6) ضعفاء الأصفهاني 1/93.
(7) ضعفاء البخاري 1/59.
(8) الضعفاء للنسائي 1/57.
(9) الكاشف 1/449.
(10) تقريب التهذيب 1/347.
(11) تهذيب الكمال 2/385.
(12) تهذيب الكمال 2/385.
(13) تقريب التهذيب 1/220.
(14) الكاشف 1/236.
Adapun perawi-perawi hadist yang dinukil oleh Ibnul atsir daintaranya ialah:
Husain bin Waqid dan dia adalah salahsatu pemalsu hadist sebagaimana addarul quthni dan Abu Ya’la al-Kholili menjulukinya:
*1. Ibnu Hibban berkata,”Dahulunya ia adalah orang yang baik, mungkin ia memiliki kesalahan dalam menukil beberapa riwayat”,
*2. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menukiul perkataan ayahnya,”Alangkah ingkarnya hadsit-hadist dari Husain bin Waqid dari Abi Munub”, al-Iqoili berkata,”Ahmad bin Hanbal mengingkari hadist-hadist darinya”, al-Atsram berkata,”Ahmad berkata, bahwa hadist-hadistnya banyak tambahan dan saya tidak tahu mana hadist-hadist yang ditambahkan dan ia berlepas tangan darinya”,
*3. Ikrimah al-Barbari. Dia adalah budak Abdullah bin Abbas dan ia adalah seorang yang sangat terkenal kebohongannya dengan mengatasnamakan tuannya Abdullah bin Abbas, bahkan said bin al-Musib berkata kepada budaknya yang bernama Bard,”Wahai Bard janganlah sekali-kali kau berdusta atasnamaku seperti Ikrimah berdusta atasnama Ibnu Abbas.
*4. Bahkan putra Ibnu Abbas yang bernama Ali bin Abdullah bin Abbas pernah mengikatnya pada sebuah tiang pagar, ketika ia ditanya atas dasar apa ia berbuat begitu, ia menjawab,”Ikrimah banyak berdusta atasnama ayahku”, said bin Jubair dan Ibnu Sirin menjulukinya sebagai pendusta bahkan disebutkan bahwa ia adalah seorang Khowarij
*5. Dan kita sangat mengenal sekali bagaimana kebencian Khowari kepad Ali bin Abi Tholib as.
(1) طبقات المدلسين 1/20، أسماء المدلسين 1/70.
(2) تهذيب التهذيب 2/321.
(3) المصدر السابق
(4) تهذيب التهذيب 7/238، تهذيب الكمال 7/213.
(5) تهذيب التهذيب 7/238، تهذيب الكمال 7/213 -214.
*****
Pengakuan Ummu Salamah : Dirinya Bukan Ahlul Bait Dalam Qs. Al Ahzab 33.
Telah disebutkan dalam riwayat shahih kalau istri-istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah Ahlul Bait dan telah disebutkan dalam riwayat shahih kalau Keluarga Ali, Keluarga Ja’far dan Keluarga Abbas juga adalah Ahlul Bait Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Lantas apakah Ahlul Bait dalam surat Al Ahzab ayat 33 ditujukan untuk mereka semua?. Jawabannya tidak, tidak diperselisihkan kalau keluarga Abbas dan keluarga Ja’far tidak termasuk Ahlul Bait dalam Al Ahzab ayat 33 [Ayat tathiir]. Perselisihan yang terjadi adalah apakah istri-istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] termasuk Ahlul Bait dalam surah Al Ahzab 33 atau bukan?.
Diriwayatkan dengan sanad yang shahih kalau Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33 adalah ahlul kisa’ yaitu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husein. Ummu Salamah sendiri sebagai salah satu istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengakui kalau ayat tathiir turun di rumahnya dan dirinya bukan termasuk dalam ayat tersbeut:
وحدثنا ابن أبي داود أيضا قال حدثنا سليمان بن داود المهري قال حدثنا عبد الله بن وهب قال حدثنا أبو صخر عن أبي معاوية البجلي عن سعيد بن جبير عن أبي الصهباء عن عمرة الهمدانية قالت قالت لي أم سلمة أنت عمرة ؟ قالت : قلت نعم يا أمتاه ألا تخبريني عن هذا الرجل الذي أصيب بين ظهرانينا ، فمحب وغير محب ؟ فقالت أم سلمة أنزل الله عز وجل إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا وما في البيت إلا جبريل ورسول الله صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهما وأنا فقلت : يا رسول الله أنا من أهل البيت ؟ قال أنت من صالحي نسائي قالت أم سلمة : يا عمرة فلو قال نعم كان أحب إلي مما تطلع عليه الشمس وتغرب
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dawud yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Al Mahriy yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Shakhr dari Abu Muawiyah Al Bajaliy dari Sa’id bin Jubair dari Abi Shahba’ dari ‘Amrah Al Hamdaniyah yang berkata Ummu Salamah berkata kepadaku “engkau ‘Amrah?”. Aku berkata “ya, wahai Ibu kabarkanlah kepadaku tentang laki-laki yang gugur di tengah-tengah kita, ia dicintai sebagian orang dan tidak dicintai oleh yang lain. Ummu Salamah berkata “Allah SWT menurunkan ayat Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya, dan ketika itu tidak ada di rumahku selain Jibril, Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan aku, aku berkata “wahai Rasulullah apakah aku termasuk Ahlul Bait?”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “engkau termasuk istriku yang shalih”. Ummu Salamah berkata “wahai ‘Amrah sekiranya Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjawab iya niscaya jawaban itu lebih aku sukai daripada semua yang terbentang antara timur dan barat [dunia dan seisinya] [Asy Syari’ah Al Ajjuri 4/248 no 1542].
Hadis ini sanadnya shahih. Diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya, ‘Amrah Al Hamdaniyah adalah tabiin wanita di kufah yang tsiqat dikenal meriwayatkan dari Ummu Salamah.
1. Ibnu Abi Dawud adalah Abdullah bin Sulaiman bin Al Asy’at As Sijistani putra dari Abu Dawud, kuniyahnya Abu Bakar sehingga lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar bin Abi Dawud. Al Khalili menyebutnya Al Hafizh Al Imam Baghdad seorang alim yang muttafaq ‘alaihi [Al Irshad Al Khalili 2/6]. Ia termasuk Syaikh [guru] Ath Thabrani, seorang yang hafiz tsiqat dan mutqin [Irsyad Al Qadhi no 576].
2. Sulaiman bin Dawud Al Mahriy adalah perawi Abu Dawud dan Nasa’i. Nasa’i menyatakan ia tsiqat dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 4 no 317]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/384]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat faqih [Al Kasyf no 2083].
3. ‘Abdullah bin Wahb bin Muslim Al Qurasiy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad menyatakan shahih hadisnya. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah, Ibnu Sa’ad dan Al Ijli juga menyatakan tsiqat. Nasa’i menyatakan tsiqat. As Saji berkata “shaduq tsiqat”. Al Khalili berkata “tsiqat muttafaq ‘alaihi” [At Tahdzib juz 6 no 141]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat faqih hafizh dan ahli ibadah [At Taqrib 1/545].
4. Abu Shakhr adalah Humaid bin Ziyad perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i. Yahya bin Sa’id Al Qaththan telah meriwayatkan darinya itu berarti Humaid tsiqat dalam pandangannya. Ahmad bin Hanbal berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Daruquthni menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 3 no 69]. Al Ijli menyatakan Humaid bin Ziyad tsiqat [Ma’rifat Ats Tsiqat no 362]. Terdapat perselisihan mengenai pendapat Ibnu Ma’in terhadapnya. Dalam riwayat Ad Darimi dari Ibnu Ma’in menyatakan “tsiqat tidak ada masalah” [Al Jarh Wat Ta’dil juz 3 no 975]. Dalam riwayat Ibnu Junaid dari Ibnu Ma’in menyatakan “tidak ada masalah padanya” [Sualat Ibnu Junaid no 835]. Dalam riwayat Ishaq bin Manshur dari Ibnu Ma’in menyatakan “dhaif” [Al Jarh Wat Ta’dil juz 3 no 975]. Dalam riwayat Ibnu Abi Maryam dari Ibnu Ma’in menyatakan “dhaif” [Al Kamil Ibnu Adiy 2/236]. An Nasa’i memasukkannya dalam Adh Dhu’afa dan berkata “tidak kuat” [Adh Dhu’afa An Nasa’i no 143]. Yang rajih disini Humaid bin Ziyad adalah seorang yang tsiqat, Ibnu Ma’in telah mengalami tanaqudh dimana ia melemahkannya tetapi juga menguatkannya sedangkan pernyataan Nasa’i “tidak kuat” berarti ia seorang yang hadisnya hasan dalam pandangan An Nasa’i [tidak mencapai derajat shahih].
Abu Muawiyah Al Bajaliy adalah ‘Ammar bin Muawiyah Ad Duhniy perawi Muslim dan Ashabus Sunan. Telah meriwayatkan darinya Syu’bah yang berarti ia tsiqat dalam pandangan Syu’bah. Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Hatim dan Nasa’i menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 7 no 662]. Ibnu Hajar menyatakan “shaduq” tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ‘Ammar Ad Duhniy seorang tsiqat [Tahrir At Taqrib no 4833].
5. Sa’id bin Jubair adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Abu Qasim Ath Thabari berkata tsiqat imam hujjah kaum muslimin. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan faqih ahli ibadah memilik keutamaan dan wara’. [At Tahdzib juz 4 no 14]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit faqih” [At Taqrib 1/349]. Al Ijli berkata “tabiin kufah yang tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 578].
6. Abu Shahba’ Al Bakriy namanya adalah Shuhaib termasuk perawi Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i. Abu Zur’ah menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Nasa’i menyatakan “dhaif” [At Tahdzib juz 4 no 771]. Al Ijli berkata “Shuhaib mawla Ibnu Abbas tabiin Makkah yang tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 770]. Ibnu Khalfun menyebutkannya dalam Ats Tsiqat [Al Ikmal Mughlathai 2/198]. Yang rajih dia seorang yang tsiqat, sedangkan pernyataan Nasa’i tidak memiliki asal penukilan yang shahih, namanya tidak tercantum dalam kitab Adh Dhu’afa milik Nasa’i.
7. ‘Amrah Al Hamdaniyah adalah tabiin wanita kufah yang tsiqat. Dalam riwayat lain disebutkan kalau ia adalah ‘Amrah binti Af’a atau ‘Amrah binti Syafi’ [menurut Ibnu Hibban]. Al Ijli berkata “tabiin wanita kufah yang tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 2345]. Ibnu Hibban menyebutkan dalam Ats Tsiqat, ‘Amrah binti Asy Syaafi’ meriwayatkan dari Ummu Salamah dan telah meriwayatkan darinya ‘Ammar Ad Duhniy [Ats Tsiqat Ibnu Hibban juz 5 no 4880].
Jadi para perawi yang meriwayatkan hadis di atas dalah para perawi tsiqat sehingga hadis tersebut shahih. Tetapi para pendengki yang buruk ternyata tidak henti-hentinya menyebarkan syubhat untuk melemahkan hadis di atas. Diantara syubhat mereka ada yang memang layak ditanggapi dan ada pula yang tidak. Melemahkan salah satu perawinya adalah usaha yang sia-sia karena yang rajih para perawinya tsiqat seperti yang telah dibahas di atas. Syubhat lain yang dilontarkan adalah ‘Ammar Ad Duhniy tidak mendengar dari Sa’id bin Jubair jadi riwayat itu terputus. Disebutkan dari Al Qawaririy dari Abu Bakar bin ‘Ayasy bahwa ‘Ammar Ad Duhniy tidak mendengar dari Sa’id bin Jubair [Ilal Ma’rifat Ar Rijal no 3033]. Pernyataan ini tidak benar karena Ammar Ad Duhny telah mendengar dari Sa’id bin Jubair.
Al Bukhari telah menyebutkan biogarfi ‘Ammar bin Mu’awiyah Ad Duhniy dan berkata “mendengar dari Abu Thufail dan Sa’id bin Jubair” [Tarikh Al Kabir juz 7 no 120] kemudian Imam Muslim berkata:
أبو معاوية عمار بن أبي معاوية الدهني سمع أبا الطفيل وسعيد بن جبير روى عنه الثوري أبو مودود وأبو صخر
Abu Mu’awiyah ‘Ammar bin Abi Muawiyah Ad Duhniy telah mendengar dari Abu Thufail dan Sa’id bin Jubair, telah meriwayatkan darinya Ats Tsawriy, Abu Mawdudi dan Abu Shakhr [Al Asma' Wal Kuna Muslim 1/758 no 3803].
Selain itu ‘Ammar Ad Duhniy sendiri menyatakan kalau ia pernah bertemu Sa’id bin Jubair dan bertanya kepadanya, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdurrazaq.
أخبرنا عبد الرزاق قال أخبرنا بن عيينة عن عمار الدهني قال سألت سعيد بن جبير
Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdurrazaq yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Uyainah dari ‘Ammar Ad Duhniy yang berkata aku bertanya kepada Sa’id bin Jubair [Mushannaf Abdurrazaq 8/26 no 14160].
Jadi pernyataan Abu Bakar bin ‘Ayasy kalau ‘Ammar tidak mendengar dari Sa’id bin Jubair itu tidak shahih. Abu Bakar bin ‘Ayasy sendiri memang seorang yang tsiqat atau shaduq tetapi disebutkan kalau ia banyak melakukan kesalahannya karena hafalan yang buruk atau mengalami ikhtilath di akhir umurnya. Ahmad terkadang berkata “tsiqat tetapi melakukan kesalahan” dan terkadang berkata “sangat banyak melakukan kesalahan”. Muhammad bin Abdullah bin Numair mendhaifkannya, Al Ijli menyatakan ia tsiqat tetapi sering salah. Ibnu Sa’ad juga menyatakan ia tsiqat shaduq tetapi banyak melakukan kesalahan, Al Hakim berkata “bukan seorang yang hafizh di sisi para ulama” Al Bazzar juga mengatakan kalau ia bukan seorang yang hafizh. Yaqub bin Syaibah berkata “hadis-hadisnya idhthirab”. As Saji berkata “shaduq tetapi terkadang salah”. [At Tahdzib juz 12 no 151]. Ibnu Hajar berkata “tsiqah, ahli ibadah, berubah hafalannya di usia tua, dan riwayat dari kitabnya shahih” [At Taqrib 2/366].
Bisa jadi riwayat Abu Bakar bin ‘Ayasy ini bagian dari keburukan hafalannya atau bagian dari ikhtilathnya dimana tidak diketahui apakah Al Qawaririy meriwayatkan sebelum atau sesudah ia mengalami ikhtilath. Jadi riwayat Abu Bakar bin ‘Ayasy tidak bisa dijadikan hujjah apabila bertentangan dengan pendapat ulama lain dan riwayat shahih lain kalau ‘Ammar bertemu dengan Sa’id bin Jubair. Dari hadis di atas terdapat beberapa faedah yang bisa kita ambil:
1. Al Ahzab 33 ayat tathiir turun di rumah Ummu Salamah dimana saat itu berkumpul Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Sayyidah Fathimah, Imam Hasan dan Imam Husein.
2. Ayat tathiir turun untuk Ahlul kisa’ dan hal ini menjadi keutamaan bagi mereka, sehingga ketika ‘Amrah bertanya kepada Ummu Salamah tentang Ali maka Ummu Salamah menyebutkan keutamaan ini.
3. Ummu Salamah bukan ahlul bait dalam ayat tathir karena terdapat perkataan Ummu Salamah jika Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengiyakan atau membenarkan dirinya ahlul bait yang dimaksud maka itu lebih ia sukai dari dunia dan seisinya. Kalau sekiranya Ummu Salamah sebagai istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah ahlul bait dalam Al Ahzab 33 maka dirinya tidak perlu berharap-harap. tidak mungkin mengharapkan sesuatu yang telah ditetapkan, perandaian atau harapan terjadi untuk peristiwa yang memang belum terjadi.
4. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menunjukkan akhlak yang mulia, dimana Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menolak Ummu Salamah sebagai ahlul bait dengan penolakan yang halus dan menenangkan bagi Ummu Salamah. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “engkau termasuk istriku yang shalih”. Perkataan ini juga mengisyaratkan kalau istri Nabi bukanlah ahlul bait yang dimaksud dalam Al Ahzab 33 tetapi walaupun begitu istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetap memiliki keutamaan.
Akhir kata mari kita tunggu syubhat salafy yang hati mereka tidak tenang jika keutamaan Ahlul Bait melebihi keutamaan sahabat pujaan mereka. Tiada daya dan upaca kecuali milik Allah SWT.
Salam Damai.
(Syiah-Ali/Scondprince/Tour-Mazhab/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email