Investor Arab dan asing berdiri di depan logo perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco selama Forum Global Competitiveness 10 pada 25 Januari 2016. (Foto: AFP)
Arab Saudi telah mengumumkan rencana untuk menjual 49 persen perusahaan minyak utama Aramco sebagai bagian dari upaya untuk menurunkan defisit.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya dilaporkan oleh harian Arab Saudi al-Eqtisadiah mengatakan pada Sabtu (24/12/16) bahwa penjualan akan dilakukan selama periode 10-tahun, dan pendapatan dari penjualannya akan digunakan “di dalam dan di luar negeri.”
Penawaran umum perdana perusahaan minyak raksasa ini diperkirakan akan berlangsung tahun 2018 dengan penjualan saham awal sebanyak lima persen untuk digunakan dalam mendukung perusahaan yang memiliki aset $ 2 triliun yang diduga merupakan investasi terbesar negara di dunia.
Kepala Aramco, Amin Nasser mengatakan bahwa dalam upaya menarik investor tahun depan perusahaan akan mulai menerbitkan saham setiap kuartal.
Pada hari Kamis, Arab Saudi memperkirakan bahwa defisit anggaran untuk tahun depan sekitar $ 53 milyar meskipun telah diambil langkah-langkah ekonomi oleh pemerintah.
Riyadh saat ini berhadapan dengan perjuangan ekonomi yang disebabkan oleh defisit anggaran hampir $ 100 milyar akibat penurunan tajam harga minyak serta meningkatnya pengeluaran militer Riyadh, yang sebagian besar digunakan dalam serangan militer terhadap Yaman, yang telah menewaskan dan melukai ribuan.
Saudi juga telah dipaksa untuk memperkenalkan serangkaian langkah-langkah penghematan yang mencakup membatalkan beberapa bonus kepada PNSnya dan meningkatnya biaya visa masuk bagi warga dan orang asing.
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud menghadiri pertemuan Majelis Permusyawaratan Arab Saudi, juga dikenal sebagai Dewan Syura, di Riyadh, Arab Saudi, 14 Desember, 2016. (Foto: Reuters)
Pada bulan September, rezim Riyadh membatalkan tunjangan keuangan bagi PNS dan memotong gaji para menteri dan anggota Dewan Syura masing-masing 20 dan 15 persen. Pada awal Desember, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengakui bahwa beberapa langkah-langkah ekonomi yang diambil oleh pemerintah “menyakitkan,” menekankan, namun kebijakan itu diperlukan untuk mencegah krisis keuangan lebih rumit.
(AFP/Reuters/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email