Konvoi bis dari Aleppo timur
Sekitar 3.500 militan beserta keluarganya telah dievakuasi dari bagian Allepo Timur Suriah.
Sejak dini hari Senin, sebanyak 65 bus telah membawa pengungsi dari ALEPPO Timur ke Khan Tuman, sebuah desa sebelah barat daya Aleppo dan Idlib.
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan pada hari Senin bahwa diperkirakan 500 orang telah dibawa keluar dari dua desa yang terkepung di al-Fou’a dan Kefraya di provinsi tetangganya Idlib.
Menurut media Suriah, evakuasi yang terluka dan warga sipil yang terperangkap di dua desa itu syarat untuk evakuasi militan di Aleppo timur.
Baru-baru ini, Rusia dan Turki mencapai kesepakatan untuk memungkinkan evakuasi ribuan warga sipil dan militan dari Aleppo.
Namun proses itu, terhenti setelah militan melanggar kesepakatan gencatan senjata dan memblokir perjalanan warga sipil dari al-Fou’a dan Kefraya.
Pada hari Sabtu, dilaporkan bahwa pemerintah dan militan sepakat untuk melanjutkan evakuasi dari desa-desa ke dua kota di dekat perbatasan Lebanon.
Evakuasi, yang awalnya ditetapkan dimulai pada hari Minggu, ditunda setelah militan menyerang dan membakar sekitar 20 bus yang tiba di dua desa itu untuk mengangkut warga sipil.
Asap menbumbung dari bus hijau milik pemerintah di provinsi Idlib, Suriah barat, pada 18 Desember 2016 setelah militan membakar kendaraan, yang tiba untuk menyelamatkan warga sipil. (Foto: AP)
Militan Takfiri merebut Aleppo pada tahun 2012. Baru-baru ini Aleppo kembali di kontrol pemerintah setelah operasi militer selama sebulan. Pemerintah Suriah sekarang mengendalikan seluruh kota ini.
Rusia, Perancis merumuskan usulan Aleppo
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan melakukan pemungutan suara untuk rancangan resolusi tentang evakuasi Aleppo di New York.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan pada hari Minggu bahwa Moskow telah menyusun rancangan resolusi PBB bersama dengan Paris untuk melakukan pemantauan evakuasi yang aman dari Aleppo.
Duta Russia PBB Vitaly Churkin
Sebelumnya DK PBB dijadwalkan melakukan pemungutan suara atas usulan yang disusun Perancis pada hari Minggu. Namun Rusia tidak menyetujui draft tersebut, mengatakan misi monitor belum siap.
Rusia memiliki misi tersendiri, mengancam akan memveto resolusi tersebut yang dikutuk sebagai tidak berbuat apa-apa kecuali “bencana” dan mengatakan akan mengajukan proposal sendiri. Namun Utusan Perancis di PBB Francois Delattre, mengesampingkan kemungkinan kompromi pada isi usulan dengan Rusia
Mengomentari kemungkinan kesepakatan teks dengan Rusia, salah satu delegasi di DK PBB kepada wartawan mengatakan bahwa Dewan telah membahas kemungkinan penggabungan teks Rusia dan Perancis, kantor berita Rusia Sputnik melaporkan.
Rancangan resolusi akan diubah untuk mencegah “kekejaman massal” di daerah yang masih dikepung oleh militan di Aleppo, kata Delattre.
Pembebasan Aleppo tidak mudah para militan mendapat dukungan keuangan dan politik selama lima tahun terakhir untuk penggulingan Presiden Bashar al-Assad. Para militan telah mendapat perlindungan dari Amerika Serikat, Turki, dan beberapa negara Teluk Persia.
Menteri pertahanan Iran, Rusia, Turki bertemu
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Hossein Dehqan mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya dari Rusia Sergei Shoigu dan Fikri Isik dari Turki di Moskow pada hari Selasa untuk mengatasi perkembangan terbaru di kawasan itu dan situasi di lapangan di Suriah, terutama di Aleppo.
Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi mengatakan dalam konferensi pers mingguannya pada Senin bahwa menteri luar negeri dari ketiga negara juga akan bertemu di Moskow secara terpisah, Selasa.
Rusia telah melakukan serangan udara terhadap posisi Daesh dan kelompok teroris lainnya di Suriah sejak akhir September 2015, sementara Iran telah memberikan bantuan penasehat militer ke negara Arab itu.
Suriah mengecam pembunuhan anak-anak
Juga pada hari Minggu, pemerintah Suriah mengirim pesan terpisah untuk DK PBB dan Sekjen PBB Ban Ki-moon, mengutuk teroris yang menggunakan anak-anak dalam operasi terornya.
Damaskus mengatakan, bahwa negara-negara yang mendukung militan “moderat” telah melakukan tindakan yang tidak manusiawi dan tidak mengkhawatirkan kehidupan anak-anak itu. Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan sekutu mereka harus segera menghentikan dukungan, tambahnya.
(AP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email