Pesan Rahbar

Home » » Tanggal Wafat Nabi saww dan Peristiwanya Dalam Literatur Sejarah Syiah, Ahlus Sunnah dan Yahudi (1)

Tanggal Wafat Nabi saww dan Peristiwanya Dalam Literatur Sejarah Syiah, Ahlus Sunnah dan Yahudi (1)

Written By Unknown on Wednesday 4 January 2017 | 02:25:00


Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian ditimpa musibah, hendaklah ia mengingat musibahnya itu dengan (kematian) ku, karena (kematianku) itu adalah musibah terbesar.”’ (H.R Ath-Thabrani, Ibnu Sa’d, Ad-Darimi, Malik dan lainnya, sebagaimana tercantum dalam Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah, hadis nomor 1106).

“Tulisan ini mencoba menyingkap tanggal wafatnya Rasul Saw dengan mengkaji enam buah peristiwa yang memiliki kaitan dalam masalah ini. Dan juga menganalisa pendapat populer Syiah dan Ahlu Sunnah untuk membuktikan secara akurat tanggal wafatnya Rasul Saw. Setelah melakukan kajian ilmiah, penulis berkesimpulan bahwa pendapat populer Syiah yang menetapkan tanggal 28 Safar dan juga pandangan Ahlu Sunnah yang menyatakan tanggal 12 Rabiul Awwal, sebagai hari wafatnya Rasul Saw, dua-duanya adalah keliru. Tanggal wafatnya Rasul Saw sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Mikhnaf adalah tanggal 2 Rabiul Awwal”.

Penetapan tanggal wafatnya Rasul Saw tidak hanya sebuah kajian ilmiah-historis, tapi punya beragam dampak di antaranya, seluruh bangsa-bangsa di dunia menjunjung tinggi dan memuliakan hari lahir atau wafatnya para pemimpin agama mereka. Umat Islam juga setiap tahunnya merayakan maulid Nabi Saw dengan penuh rasa gembira dan bahagia, begitu juga hari wafat beliau Saw yang diratapi dan ditangisi oleh pengikut Syiah. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui secara pasti hari wafatnya Rasul Saw. Dari segi spiritual, para pengikut Rasul Saw dan juga Ahlul Baitnya senantiasa dapat merasakan suka dan duka mereka.

Dari sisi lain, kejelasan tanggal wafatnya Rasul Saw juga punya pengaruh dalam kajian fikih, sebab peristiwa ini memiliki hubungan dekat dengan perbuatan-perbuatan lain dalam manasik haji. Sebagai contoh, jika terbukti hari Arafah pada haji Wada’ (haji perpisahan atau ibadah haji terakhir yang dilakukan Rasul Saw sebelum akhirnya beliau wafat) jatuh pada hari Jumat, dan karena beliau Saw mendirikan shalat zuhur di Padang Arafah, maka dapat disimpulkan bahwa shalat Jumat tidak wajib pada musim haji.

Terlepas dari itu semua, kejelasan tanggal terjadinya berbagai peristiwa memainkan peran yang sangat penting terkait kebenaran dan kekeliruan penukilan sejarah. Oleh karena itu, kajian sejarah wafatnya Rasul Saw punya dampak-dampak yang sangat besar dan berhubungan langsung dengan peristiwa-peristiwa lain dalam sejarah Islam. Melalui pengantar singkat ini, kini kami mengajak Anda untuk menyimak telaah singkat tanggal pasti wafatnya Rasul Saw.


Metode Menetapkan Tanggal Pasti Wafatnya Rasul Saw

Ada beragam pendapat tentang tanggal wafatnya Rasul Saw, tapi dalam tulisan ini, kami hanya ingin menyinggung pendapat-pendapat populer dalam masalah ini. Pandangan-pandangan paling populer antara lain; tanggal 28 Safar, tanggal 1 Rabiul Awwal, tanggal 2 Rabiul Awwal, dan tanggal 12 Rabiul Awwal. Pertama kami akan membawakan sebuah riwayat dari Abu Mikhnaf terkait hal ini yaitu, “Rasul Saw wafat pada Senin siang, dua malam setelah bulan Rabiul Awwal. Abu Bakar dibaiat pada hari wafatnya beliau Saw.”

Di sini kami ingin memaparkan sebuah materi untuk menemukan tanggal pasti dan valid wafatnya Rasul Saw tanpa mengikutsertakan riwayat Abu Mikhnaf. Metode untuk mengetahui tanggal pasti wafatnya Rasul Saw terkadang melalui riwayat, yang menyebutkan dengan jelas peristiwa itu, seperti riwayat yang dinukil oleh Abu Mikhnaf. Namun riwayat seperti itu tidak mampu meyakinkan semua pihak dan akhirnya memunculkan perbedaan pandangan dalam menetapkan tanggal pasti wafatnya pribadi agung tersebut.

Metode lain untuk memperoleh validitas yang lebih besar adalah menghubungkan dan mengkaji secara bersama-sama antara satu peristiwa sejarah dengan kejadian lainnya yang masih berkaitan. Meski ada perbedaan pendapat tentang bagaimana dan tanggal terjadinya sebuah peristiwa sejarah, namun secara keseluruhan peristiwa-peristiwa itu dapat kita hubungkan dengan masalah-masalah sosial atau santer di kalangan Ahlu Sunnah dan Syiah. Peristiwa-peristiwa itu antara lain:
1. Tanggal Nabi Saw meninggalkan kota Madinah untuk melaksanakan haji wada’.
2. Hari Arafah.
3. Masa turunnya ayat penyempurna agama dan jarak waktu hingga wafat Rasul Saw.
4. Hari Ghadir Khum.
5. Tanggal mulai Nabi Saw sakit dan masanya.
6. Hari wafatnya Rasul Saw.

Pertama kita akan mengkaji masing-masing peristiwa tersebut dan kemudian akan mengkritik pandangan Ahlu Sunnah dan Syiah tentang tanggal wafatnya Rasul Saw.


Enam Peristiwa Penting dan Tanggal Wafat Rasul Saw

Peristiwa Pertama: Pada akhir bulan Zulqaidah tahun 10 Hijriah, Nabi Saw bersama sejumlah besar kaum Muslimin meninggalkan kota Madinah untuk menunaikan ibadah haji. Haji ini lebih dikenal dengan haji Wada’ karena merupakan haji perpisahan atau ibadah haji terakhir yang dilakukan Rasul Saw sebelum akhirnya beliau wafat. Ada beragam pendapat tentang tanggal Rasul Saw keluar dari kota Madinah menuju Mekkah. Pendapat umum di kalangan Ahlu Sunnah menyebutkan bahwa Rasul Saw bergerak ke Mekkah pada lima hari terakhir bulan Zulqaidah atau lima hari sebelum dimulainya bulan Zulhijjah. Kebanyakan sejarawan menilai hari itu jatuh pada hari Sabtu, dan sebagian lainnya menyebut hari Kamis.

Sementara Syiah berpendapat bahwa Rasul Saw pergi meninggalkan kota Madinah untuk menunaikan ibadah haji pada lima hari terakhir bulan Zulqaidah. Pandangan ini sama dengan pendapat umum Ahlu Sunnah. Namun sama sekali tidak menyebut masalah hari.

Namun yang pasti Nabi Saw tidak keluar pada hari Jumat. Berdasarkan beberapa riwayat, Rasul Saw sempat menunaikan shalat zuhur di kota Madinah dan kemudian bertolak ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jika hari itu jatuh pada hari Jumat, tentu saja beliau Saw akan menunaikan shalat Jumat dan bukan shalat zuhur. Oleh sebab itu, hari tersebut sebagaimana disinggung oleh sejumlah riwayat adalah hari Sabtu atau Kamis.

Peristiwa Kedua: Penetapan hari Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijjah, dapat membantu kita dalam mengetahui secara pasti tanggal wafatnya Rasul Saw. Pendapat Ahlu Sunnah dan ijma’ mereka menyatakan bahwa hari Arafah dalam haji Wada’ jatuh pada hari Jumat.

Ada beberapa riwayat Syiah yang dinukil dari para imam maksum as dan juga menyebut bahwa hari Arafah dalam haji Wada’ jatuh pada hari Jumat. Namun sanad riwayat-riwayat tersebut tidak ada yang sahih. Selain itu, riwayat tersebut juga bertentangan dengan riwayat sahih hari Ghadir Khum. Karena, jika hari Arafah jatuh pada hari Jumat, maka hari Ghadir Khum yang jatuh pada tanggal 18 Zulhijjah tidak mungkin lagi bertepatan dengan hari Kamis atau Jumat.

Peristiwa Ketiga: Ahlu Sunnah meyakini bahwa ayat penyempurna agama turun pada hari Arafah, yang jatuh pada hari Jumat waktu itu dan jaraknya hingga masa wafat Rasul Saw hanya 81 hari.

Adapun menurut Syiah, ayat tersebut turun di Ghadir Khum, tapi juga tidak menafikan kemungkinan turunnya sebelum peristiwa Ghadir. Dengan kata lain, ayat itu sebelumnya sudah turun kepada Rasul Saw, akan tetapi masa penyampaiannya belum ditentukan dan ketika beliau Saw sampai di Ghadir Khum, turunlah ayat tabligh (al-Maidah:67).

Peristiwa Keempat: Peristiwa Ghadir Khum terjadi ketika Rasul Saw kembali dari menunaikan haji Wada’. Syiah menilai peristiwa ini termasuk masalah paling penting dalam sejarah Islam. Tidak diragukan lagi bahwa peristiwa Ghadir Khum terjadi pada tanggal 18 Zulhijjah tahun 10 Hijriah, tapi berdasarkan sejumlah riwayat, peristiwa itu terjadi pada hari Kamis atau Jumat. Namun menurut sebuah riwayat sahih yang dinukil dari Imam Jakfar Shadiq as, peristiwa Ghadir Khum terjadi para hari Jumat. Jelas riwayat sahih dapat diterima karena lebih unggul dari segi sanad. Untuk itu, kami menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Jumat.

Peristiwa Kelima: Mengenai kapan Rasul Saw mulai jatuh sakit, sejarawan terkemuka Muhammad Al Waqidi dalam hal ini menukil dua buah riwayat. Kedua riwayat itu menyebut hari Rabu sebagai hari dimulainya Nabi Saw jatuh sakit. Namun dalam sebuah riwayat lain, 19 Safar dinyatakan sebagai tanggal dimulainya beliau Saw sakit, sementara yang lain menyebut akhir bulan Safar. Masa Nabi Saw sakit dalam kedua riwayat tersebut adalah 13 hari. Oleh karena itu, menurut riwayat pertama, wafat Rasul Saw jatuh pada tanggal 2 Rabiul Awwal, sementara berdasarkan riwayat kedua pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Sebenarnya ada banyak riwayat yang menyinggung sakitnya Rasul Saw, tanpa menyebut seberapa lama beliau Saw terbaring sakit.

Peristiwa Keenam: Masalah yang paling mendasar dan disepakati oleh Syiah dan Ahlu Sunnah adalah Rasul Saw wafat pada hari Senin. Ini merupakan hal yang paling dapat dipercaya dalam mengidentifikasi tanggal pasti wafatnya Rasul Saw.


Kajian Atas Pandangan Ahlu Sunnah

Setelah kita mencermati tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting tersebut, kini kita akan menelaah pandangan Syiah dan Ahlu Sunnah berdasarkan hal-hal yang sudah diterima atau poluler di kalangan mereka. Dari kajian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Ahlu Sunnah meyakini hal-hal berikut:
a. Wafat Rasul Saw jatuh pada hari Senin.
b. Hari Arafah dalam haji Wada’ jatuh pada hari Jumat.
c. Rasul Saw keluar untuk menunaikan haji Wada’ pada hari Senin atau lima hari menjelang berakhirnya bulan Zulqaidah.
d. Ayat penyempurna agama turun pada hari Arafah dan jaraknya hingga masa wafat Rasul Saw adalah 81 hari.
e. Masa Nabi Saw sakit berkisar antara 10 atau 13 hari.

Pendapat paling populer di kalangan Ahlu Sunnah menyebutkan bahwa Rasul Saw wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Namun evaluasi kita menyebutkan, “Memperhatikan hal-hal yang sudah diterima dan populer di kalangan Ahlu Sunnah, pandangan tersebut akan menjadi benar jika seluruh bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Safar semuanya penuh 30 hari. Sangat kecil kemungkinan terjadi seperti ini dan bahkan mustahil. Oleh karena itu, pendapat Ahlu Sunnah yang menetapkan tanggal 12 Rabiul Awwal sebagai hari wafatnya Rasul Saw, sama sekali tidak berdasar.


Kajian Atas Pandangan Syiah

Setelah kita megevaluasi pandangan Ahlu Sunnah secara ringkas, kini kami ingin mengajak Anda untuk mengkaji pendapat Syiah berdasarkan hal-hal yang sudah diterima dan populer di kalangan mereka. Dari kajian di atas dapat kita simpulkan bahwa Syiah meyakini hal-hal berikut:
a. Wafat Rasul Saw pada hari Senin.
b. Peristiwa Ghadir Khum terjadi para hari Kamis atau Jumat.
c. Nabi Saw meninggalkan kota Madinah untuk melaksanakan haji Wada’ adalah 4 atau 5 hari menjelang berakhirnya bulan Zulqaidah.

Pandangan paling terkenal dan disepakati di kalangan Syiah menyatakan bahwa Rasul Saw wafat pada tanggal 28 Safar. Kebanyakan tokoh Syiah termasuk Syeikh Mufid dan Syeikh Thusi, berpendapat demikian. Pandangan ini sama sekali tidak sesuai dengan landasan Syiah, karena jika peristiwa Ghadir Khum yang jatuh pada tanggal 18 Zulhijjah, kita yakini terjadi pada hari Kamis atau Jumat, maka hari Senin sebagai hari wafat Rasul Saw, tidak akan pernah jatuh pada tanggal 28 Safar. Alasannya, jika hari Ghadir Khum jatuh pada hari Jumat dan dengan memperhatikan sempurna atau tidaknya hari dalam bulan-bulan, maka tanggal 28 Safar akan jatuh pada hari Rabu, Kamis, atau Jumat. Dan jika kita menganggap peristiwa Ghadir Khum jatuh pada hari Kamis, maka tanggal 28 Safar akan bertepatan dengan hari Selasa, Rabu, atau Kamis, dan tidak akan pernah jatuh pada hari Senin.

Menurut riwayat Abu Mikhnaf, tanggal wafatnya Rasul Saw jatuh pada tanggal 2 Rabiul Awwal. Sebagian besar ulama juga menerima pandangan ini. Ada banyak riwayat sahih yang dinukil dari para imam maksum as dan menyebutkan bahwa Rasul Saw wafat pada tanggal 2 Rabiul Awwal. Pendapat ini selain sesuai dengan hal-hal yang sudah diterima dan populer di kalangan Syiah, juga dapat menjadi solusi atas perselisihan tentang hari terjadinya peristiwa Ghadir Khum yaitu, antara Kamis dan Jumat. Jika kita menganggap peristiwa Ghadir Khum terjadi pada hari Jumat, maka hari Senin akan jatuh pada tanggal 2 Rabiul Awwal.


Dari seluruh kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggal wafatnya Rasul Saw jatuh pada 2 Rabiul Awwal.

Sumber: Majalah Tarikh-e Eslom. Vol.5. Penulis, Jalil Tari. Cetakan Qom-Iran
*****
Menurut Media Wiki Milik Yahudi di Ambil dari Sunni dan Wahabi Sebagai berikut:

Muhammad


Muhammad bin Abdullāh (lahir di Mekkah, 20 April 570 – meninggal di Madinah, 8 Juni 632 pada umur 62 tahun) adalah seorang nabi dan rasul yang terakhir bagi umat Muslim. Muhammad menciptakan ajaran dan ilmu pengetahuan berupa agama Islam.

Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang, dan terpecah-belah oleh sentimen kesukuan menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan, dan kemiliteran bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.[12]


Etimologi

"Muhammad" (Arab: محمد بن عبد الله; Transliterasi: Muḥammad;[13]diucapkan [mʊħɑmmæd] (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/aa/Ar-muhammad.ogg simak)) [14][15][16] secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an[17], Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.

Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim[2] yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.


Genealogi

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[18] Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.

Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.

Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Maksud dari Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah


Riwayat

Kelahiran:

Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[19], meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.

Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[18] Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan Palestina).


Perkenalan dengan Khadijah

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.

Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.


Memperoleh gelar

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".

Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".


Kerasulan


Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.

Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)”

Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.

Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.

Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan).

Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.


Mendapatkan pengikut

Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara terbatas di kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama.


Penyebaran Islam

Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekkah, respon yang ia terima sangat keras dan masif, ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah, akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.

Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah besar, para pengikutnya ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik kemudian datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad, penampilan dan kepribadiannya yang sudah terkenal baik memudahkannya untuk mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran islam, meskipun banyak juga yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di Mekkah dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri Farsi (sekarang Iran), salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat Muhammad.

Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.


Kronologi Kehidupan Muhammad

Tanggal dan lokasi penting dalam hidup Muhammad

Tahun 569 Meninggalnya ayah, Abdullah
Tahun 570 Tanggal lahir (perkiraan), 20 April: Mekkah 570 Tahun Gajah, gagalnya Abrahah menyerang Mekkah
Tahun 576 Meninggalnya ibu, Aminah
Tahun 578 Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib
Tahun 583 Melakukan perjalanan dagang ke Suriah
Tahun 595 Bertemu dan menikah dengan Khadijah
Tahun 610 Wahyu pertama turun dan menjadi Nabi sekaligus Rasul, kemudian mendapatkan sedikit pengikut: As-Sabiqun al-Awwalun
Tahun 613 Menyebarkan Islam kepada umum: Makkah
Tahun 614 Mendapatkan banyak pengikut:
Tahun 615 Hijrah pertama ke Habsyah
Tahun 616 Awal dari pemboikotan Quraish terhadap Bani Hasyim
Tahun 619 Akhir dari pemboikotan Quraish terhadap Bani Hasyim
Tahun 619 Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninggal
Tahun 620 Dihibur oleh Allah melalui Malaikat Jibril dengan cara Isra' dan Mi'raj sekaligus menerima perintah salat 5 waktu
Tahun 621 Bai'at 'Aqabah pertama
Tahun 622 Bai'at 'Aqabah kedua
Tahun 622 Hijrah ke Madinah
Tahun 624 Pertempuran Badar
Tahun 624 Pengusiran Bani Qaynuqa
Tahun 625 Pertempuran Uhud
Tahun 625 Pengusiran Bani Nadir
Tahun 625 Pertempuran Zaturriqa`
Tahun 626 Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah
Tahun 627 Pertempuran Khandak
Tahun 627Penghancuran Bani Quraizhah
Tahun 628 Perjanjian Hudaibiyyah
Tahun 628 Melakukan umrah ke Ka'bah
Tahun 628 Pertempuran Khaybar
Tahun 629 Melakukan ibadah haji
Tahun 629Pertempuran Mu'tah
Tahun 630 Pembukaan Kota Makkah
Tahun 630 Pertempuran Hunain
Tahun 630 Pertempuran Autas
Tahun 630 Pendudukan Thaif
Tahun 631 Menguasai sebagian besar Jazirah Arab
Tahun 632 Pertempuran Tabuk
Tahun 632 Haji Wada'
Tahun 632 Meninggal (8 Juni): Madinah.


Hijrah ke Madinah.

Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.

Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.

Masjid Nabawi, berlokasi di Madinah, Arab Saudi.

Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).

Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di Madinah.


Pembebasan Mekkah

Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.

Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah.


Wafat

Pada bulan Juni 632 M, beliau mengalami sakit ketika tengah berada di rumah Maimunah namun kemudian meminta pindah ke rumah Aisyah. Setelah sebelumnya mengalami demam dan beberapa kali pingsan, beliau meminta kepada Abu Bakr untuk menggantikannya mengimami jamaah. Beliaupun akhirnya meninggal dalam pangkuan Aisyah dan jenazahnya dikuburkan di rumah istrinya tersebut.


Mukjizat

Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci agama samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam kandungan, masa kecil dan remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.

Umat Muslim meyakini bahwa Mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an, yaitu kitab suci umat Islam. Hal ini disebabkan karena kebudayaan Arab pada masa itu yang masih barbar dan tidak mengenal peradaban, namun oleh Al-Qur'an hal itu berubah total karena Qur'an membawa banyak peraturan keras yang menegakkan dasar-dasar nilai budaya baru di dunia Arab yang sebelumnya tidak berperadaban serta mengeliminasi akar-akar kejahatan sosial yang mengakar di dunia Arab, serta pada masa yang lebih dekat mengantarkan pemeluknya meraih tingkat perabadan tertinggi di dunia pada masanya.

Mukjizat lain yang tercatat dan diyakini secara luas oleh umat Islam adalah terbelahnya bulan, perjalanan Isra dan Mi'raj dari Madinah menuju Yerusalem dalam waktu yang sangat singkat. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasan serta kepribadiannya yang banyak dipuji serta menjadi panutan para pemeluk Islam hingga saat ini.


Ciri Fisik Muhammad.

Beberapa hadist meriwayatkan beberapa ciri fisik yang diceritakan oleh para sahabat dan istrinya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Muhammad berperawakan sedang, berkulit putih kemerahan, berjanggut tipis, dan digambarkan memiliki fisik yang sehat dan kuat oleh orang di sekitarnya. Riwayat lain menyebutkan Muhammad bermata hitam, tidak berkumis, berjanggut sedang, serta memiliki hidung bengkok yang sesuai dengan ciri antropologis bangsa Semit pada umumnya.


Pernikahan

Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[20] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[21][22] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.

Sepeninggal Khadijah, Khawla binti Hakim menyarankan kepadanyauntuk menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar 11 orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.

Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[23]


Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu

Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia [24], sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing[25][26] seperti halnya Nabi Musa yang hanya diutus untuk Bani Israil.

Sedangkan kesamaan ajaran yang dibawa Muhammad dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan keesaan Tuhan, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah.[27]


Referensi:

1. Imam Baihaqi menyebutkan bahwa Allah menamakan beliau dalam Al-Quran sebagai Rasul (utusan), Nabi, Syahidan (Saksi), Mubasysyiran (Pemberi kabar gembira), Nazhir (Pemberi peringatan), Da'i (Penyeru kepada Allah). Sedangkan nama Yasin dan Toha telah di salah-sangkakan sebagai nama beliau berdasarkan surah Al-Quran yang memuatnya, juga tidak riwayat yang sah tentang gelarnya Al-Fatih (Sang penakluk). Lihat Tahzhib as-Sirah, sebuah biografi Rasulullah karya Imam Nawawi
2. Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Seseorang memanggil rekannya di perkuburan Baqi' dengan berseru, 'Hai Abul Qasim!' Rasulullah saw. menoleh kepadanya. Ia berkata, 'Wahai Rasulullah, bukan engkau yang aku maksud. Namun, aku memanggil si Fulan.' Maka Rasulullah saw. berkata, 'Pakailah namaku tapi jangan pakai kuniyahku'," (Hadits riwayat Bukhari no. 3537 dan Muslim no. 2131).
3. Selain terdapat larangan menggunakan nama kunyah beliau. Beliau sendiri kurang suka dipanggil dengan kunyahnya tersebut berdasarkan hadis, "Panggil aku dengan namaku bukan dengan kunyahku". Lihat Tahzhib as-Sirah, sebuah biografi Rasulullah karya Imam Nawawi.
4. Siyar Alamin Nubala karya Adz-Dzahabi, Al-Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir, Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, Zad al-Ma'ad karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah; Quraisy adalah julukan bagi salah satu di antara Fihr atau an-Nadhr (Raudhatul Anwar karya Shafiyyurahman al-Mubarakfuri).
5. Dalam tradisi Abrahamik, khususnya Islam seseorang tidak dinasabkan melalui jalur ibu kecuali bagi anak yang lahir di luar nikah, atau dengan kelahiran khusus seperti bagi Nabi Isa As
6. Menurut penelitian Ibnu Hajar beliau meninggal pada hari Senin 2 Rabi' al-Awwal tahun ke-11 Hijriah pada umur 63 tahun. Lihat Tahzhib as-Sirah An-Nawawi
7. Asalnya Nabi Muhammad dikuburkan di rumah istrinya yang berada tepat disebelah Masjid Nabawi, sesuai dengan tradisi (sunnah) seorang nabi dikebumikan di tempat dia meninggal, dan seiring perluasan Masjid Nabawi, rumah tersebut kini berada di lingkupan kompleks Masjid Nabawi.
8. The 100, Michael H. Hart, Carol Publishing Group, July 1992, paperback, 576 halaman, ISBN 0-8065-1350-0
9. Muhammad, prophet of Islam. The Columbia Encyclopedia, Sixth Edition. 2001-07
10. http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_(name)#Statistics
11. Quran.com
12. Hart, Michael. 2007. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
13. Unicode has a special "Muhammad" ligature at U+FDF4 ﷴ
14. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ar-muhammad.ogg click here (bantuan·info) for the Pengucapan Arab.
15. Berbagai nama Muhammad dalam bahasa Prancis: "Mahon, Mahomés, Mahun, Mahum, Mahumet"; dalam bahasa Jerman: "Machmet"; dan dalam bahasa Islandia kuno: "Maúmet" cf Muhammad, Encyclopedia of Islam
16. The sources frequently say that, in his youth, he was called by the nickname "Al-Amin" meaning "Honest, Truthful" cf. Ernst (2004), p. 85.
17/ Surah As-Saff (QS 61:6)
18. Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5
19. Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.
20. Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4. p.18
21. Bullough, Vern; Brenda Shelton, Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5. p.119
22. Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6. p.46
23. Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at Encyclopaedia of Islam Online. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp. 16-18
24. (QS. 34 : 28)
25. Quran.com
26. Quran.com
27. Quran.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
*****


Dipage Lain Milik Sunni Disebutkan:


DAFTAR ISI:

1. Kelahiran Nabi Muhammad
2. Wafatnya Nabi Muhammad
3. Referensi Lahir dan Wafat Nabi Muhammad

Pertanyaan:

pak saya mau tanya kapan tanggal kelahiran nabi muhammad saw, karena banyak pro dan kontra tentang hal itu.

Terimakasih


Jawaban:

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD

Para ahli sejarah Nabi sepakat bahwa Nabi Muhammad lahir di Makkah pada hari Senin bulan Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 26 April 570 atau 571 masehi. Namun, ahli sejarah Nabi berbeda pendapat tentang tanggal Arabnya sebagai berikut:

2 Rabiul Awal menurut Ibnu Abdil Barr.

5 Rabiul Awal menurut Amiruddin.

8 Rabiul Awal menurut Ibnul Qayyim, Ibnu Hazm, Az Zuhri, Ibnu Dihya.

9 Rabiul Awal menurut Muhammad Suleman Mansurpuri, Mubarakpuri , Shibli Nomani, Mahmud Pasha Falaki, Akbar Shah Najeeb Abadi, Moeen ud din Ahmed Nadvi, Abul Kalam Azad.

12 Rabiul Awal menurut Tabari, Ibnu Khaldun , Dr hameedullah, Ibnu Hisham, Abul-Hasan ‘Ali ibn Muhammad al- Mawardi, Ibnu Ishaq.

10 Rabiul Awal menurut Abul Fida, Abu Jafar al Baqir, Al Waqadi , Al Sha’bi–

17 Rabiul Awal menurut pandangan golongan Syiah. Sedang harinya adalah Jum'at.

22 Rabiul Awal menurut pendapat yang diatribusikan ke Ibnu Hazm.

10 Rabiul Awal menurut Abdul Qadir Jailani.

Pendapat mayoritas adalah Nabi lahir pada 13 Rabiul Awal tahun Gajah (50 hari setelah penyerangan pasukan Gajah dari Yaman) atau bertepatan dengan tanggal 30 atau 31 Maret tahun 571 masehi.


WAFATNYA NABI MUHAMMAD

Nabi Muhammad meninggal dunia pada hari Senin bulan Rabiul Awal tahun 12 hijrah atau bertepatan dengan tanggal 6 Juni 632 masehi. Menurut versi lain, beliau wafat pada hari Senin 13 Rabiul Awal tahun 11 hijriah atau 8 Juni 632 masehi.

Ada beberapa perbedaan tentang tanggal wafatnya Nabi sebagai berikut:

13 Rabiul Awal menurut Muhammad Suleman Mansurpure.

12 Rabiul Awal menurut Mubarakpuri.

2 Rabiul Awal menurut Ibnu Hajar.

1 Rabiul Awal menurut Ibnu Jarir.


REFERENSI LAHIR DAN WAFAT NABI MUHAMMAD

Rujukan pustaka seputar lahir dan wafatnya Nabi Muhammad S.A.W.


KELAHIRAN NABI.

- Dari kitab As-Sirah al-Halabiyah diriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi lahir pada hari Senin.

عن قتادة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سُئل عن يوم الإثنين فقال : ذلك يوم ولدت فيه .

Artinya: Dari Qatadah, bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang hari Senin. Nabi berkata: Itu adalah hari aku dilahirkan.

- Al-Bairuni dalam kitab Al-Irsyad mengutip sebuah hadits.

أن النبي سُئل عن يوم الإثنين فقال : هذا يوم ولدت فيه ، وبعثت فيه ، وأنزل عليّ فيه ، وهاجرت فيه

Artinya: Nabi pernah ditanya tentang hari Senin. Nabi menjawab: Hari Senin adalah hari aku lahir, diutus sebagai Rasul, turunnya Quran dan hijrahku ke Madinah.

- Syamsuddin bin Salim dalam kitab Al-Ja'far al-Kabir menyatakan:

وقد صحّ أن النبي ولد في شهر ربيع الأول في العشرين من نيسان عام الفيل وفي عهد كسرى أنو شروان

Artinya: Adalah sahih (pendapat) bahwa Nabi lahir pada bulan Rabiul Awal tanggal 20 tahun Gajah pada masa kaisar Anu Syarwan.

- Ibnul Amid dalam kitab Mukhtashar at-Tarikh menyatakan:

أن النبي ولد ببطحاء مكة في الليلة المسفرة عن صباح يوم الإثنين لثمان خلون من ربيع الأول ، يوافقه من شهور الروم الثاني والعشرين من نيسان سنة 882 للإسكندر

Artinya: bahwa Nabi lahir di Bat'ha, Makkah pada malam dari paginya hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal bertepatan dengan bulan Romawi tanggal 22 April tahun 882 tahun Alexander atau tahun 571 masehi.


WAFAT NABI MUHAMMAD.

- As-Suhaili dalam kitab Ar-Raud al-Anf menyatakan:

وَاتّفَقُوا أَنّهُ تُوُفّيَ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - يَوْمَ الِاثْنَيْنِ إلّا شَيْئًا ذَكَرَهُ ابْنُ قُتَيْبَةَ فِي الْمَعَارِفِ الْأَرْبِعَاءِ قَالُوا كُلّهُمْ وَفِي رَبِيعٍ الْأَوّلِ غَيْرَ أَنّهُمْ قَالُوا ، أَوْ قَالَ أَكْثَرُهُمْ فِي الثّانِي عَشَرَ مِنْ رَبِيعٍ وَلَا يَصِحّ أَنْ يَكُونَ تُوُفّيَ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ إلّا فِي الثّانِي مِنْ الشّهْرِ أَوْ الثّالِثَ عَشَرَ أَوْ الرّابِعَ عَشَرَ أَوْ الْخَامِسَ عَشَرَ لِإِجْمَاعِ الْمُسْلِمِينَ عَلَى أَنّ وَقْفَةَ عَرَفَةَ فِي حَجّةِ الْوَدَاعِ كَانَتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهُوَ التّاسِعُ مِنْ ذِي الْحَجّةِ فَدَخَلَ ذُو الْحَجّةِ يَوْمَ الْخَمِيسِ فَكَانَ الْمُحَرّمُ إمّا الْجُمُعَةُ وَإِمّا السّبْتُ فَإِنْ كَانَ الْجُمُعَةُ فَقَدْ كَانَ صَفَرٌ إمّا السّبْتُ وَإِمّا الْأَحَدُ فَإِنْ كَانَ السّبْتُ فَقَدْ كَانَ رَبِيعٌ الْأَحَدَ أَوْ الِاثْنَيْنِ وَكَيْفَا دَارَتْ الْحَالُ عَلَى هَذَا الْحِسَابِ فَلَمْ يَكُنْ الثّانِي عَشَرَ مِنْ رَبِيعٍ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ بِوَجْهِ وَلَا الْأَرْبِعَاءَ أَيْضًا كَمَا قَالَ الْقُتَبِيّ وَذَكَرَ الطّبَرِيّ عَنْ ابْنِ الْكَلْبِيّ وَأَبِي مِخْنَفٍ أَنّهُ تُوُفّيَ فِي الثّانِي مِنْ رَبِيعٍ الْأَوّلِ وَهَذَا الْقَوْلُ وَإِنْ كَانَ خِلَافَ أَهْلِ الْجُمْهُورِ فَإِنّهُ لَا يُبْعَدُ أَنْ كَانَتْ الثّلَاثَةُ الْأَشْهُرُ الّتِي قَبْلَهُ كُلّهَا مِنْ تِسْعَةٍ وَعِشْرِينَ فَتَدَبّرْهُ فَإِنّهُ صَحِيحٌ وَلَمْ أَرَ أَحَدًا تَفَطّنَ لَهُ وَقَدْ رَأَيْت لِلْخَوَارِزْمِيّ أَنّهُ تُوُفّيَ عَلَيْهِ السّلَامُ فِي أَوّلِ يَوْمٍ مِنْ رَبِيعٍ الْأَوّلِ وَهَذَا أَقْرَبُ فِي الْقِيَاسِ بِمَا ذَكَرَ الطّبَرِيّ عَنْ ابْنِ الْكَلْبِيّ وَأَبِي مِخْنَفٍ

Artinya: Ahli tarikh Islam sepakat bahwa Nabi Muhammad wafat pada hari Senin kecuali sedikit yang disebut oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab Al Maarif Al Arbiaa. Mereka menyatkan semuanya dan dalam bulan Rabiul Awal, hanya saja mereka mengatakan, atau sebagian besar ulama menyatakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Tidak sah adanya Nabi wafat kecuali pada tanggal 12 atau 13 atau 14 atau 15 dari bulan itu berdasarkan pada kesepakatan ulama bahwa wafat Nabi tersebut bertepatan dengan hari Arafah pada Haji wada' adalah hari Jum'at tanggal 9 Dzul Hijjah. Bulan Dzulhijjah masuk pada hari Kamis, bulan Muharram pada hari Jum'at atau Sabtu. Apabila Jum'at maka bulan Shafat jatuh pada hari Sabtu atau Ahad (Minggu) seperti dikatakan Qutaibi. Tabari menuturkan riwayat dari Ibnul Kalbi dan Abu Mihnaf bahwa Nabi wafat pada tanggal dua bulan Rabiul Awal. Pendapat ini walaupun berbeda dengan mayoritas ulama namun tidak jauh dari tiga bulan sebelumnya yang berjumlah 29 hari, maka renungkanlah. Pendapat ini sahih. Saya melihat pendapat Khawarizmi bahwa Nabi wafat pada awal bulan Rabiul Awal. Pendapat ini lebih mendekati apabila dikaitkan dengan penuturan Thabari dari Ibnul Kalbi dan Abu Mihnaf. http://www.alkhoirot.net/2012/03/tanggal-kelahiran-dan-wafat-nabi.html
*****

Lahir dan Wafatnya Rasulullah


PARA ahli sejarah Nabi sepakat bahwa Nabi Muhammad lahir di Makkah pada hari Senin bulan Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 26 April 570 atau 571 masehi. Namun, ahli sejarah Nabi berbeda pendapat tentang tanggal Arabnya sebagai berikut:

2 Rabiul Awal menurut Ibnu Abdil Barr.

5 Rabiul Awal menurut Amiruddin.

8 Rabiul Awal menurut Ibnul Qayyim, Ibnu Hazm, Az Zuhri, Ibnu Dihya.

9 Rabiul Awal menurut Muhammad Suleman Mansurpuri, Mubarakpuri , Shibli Nomani, Mahmud Pasha Falaki, Akbar Shah Najeeb Abadi, Moeen ud din Ahmed Nadvi, Abul Kalam Azad.

12 Rabiul Awal menurut Tabari, Ibnu Khaldun , Dr hameedullah, Ibnu Hisham, Abul-Hasan ‘Ali ibn Muhammad al- Mawardi, Ibnu Ishaq.

10 Rabiul Awal menurut Abul Fida, Abu Jafar al Baqir, Al Waqadi , Al Sha’bi–

17 Rabiul Awal menurut pandangan golongan Syiah. Sedang harinya adalah Jum’at.

22 Rabiul Awal menurut pendapat yang diatribusikan ke Ibnu Hazm.

10 Rabiul Awal menurut Abdul Qadir Jailani.

Pendapat mayoritas adalah Nabi lahir pada 13 Rabiul Awal tahun Gajah (50 hari setelah penyerangan pasukan Gajah dari Yaman) atau bertepatan dengan tanggal 30 atau 31 Maret tahun 571 masehi.


WAFATNYA NABI MUHAMMAD

Nabi Muhammad meninggal dunia pada hari Senin bulan Rabiul Awal tahun 12 hijrah atau bertepatan dengan tanggal 6 Juni 632 masehi. Menurut versi lain, beliau wafat pada hari Senin 13 Rabiul Awal tahun 11 hijriah atau 8 Juni 632 masehi.

Ada beberapa perbedaan tentang tanggal wafatnya Nabi sebagai berikut:

13 Rabiul Awal menurut Muhammad Suleman Mansurpure.

12 Rabiul Awal menurut Mubarakpuri.

2 Rabiul Awal menurut Ibnu Hajar.

1 Rabiul Awal menurut Ibnu Jarir.

[sumber: al-khoirot]

http://www.islampos.com/lahir-dan-wafatnya-rasulullah-80434/
*****

Dilaman Page Syiah:

28 Shafar, Rasulullah Saw Wafat


Rasulullah Saw Wafat

Tanggal 28 Shafar tahun 11 Hijriah, Rasulullah Muhammad Saw berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun. Nabi besar umat Islam ini dilahirkan 52 tahun sebelum dimulainya tahun Hijriah, di kota Mekah. Sejak kecil, Muhammad Saw telah kehilangan ayah dan ibunya sehingga diasuh oleh kakek beliau Abdul Muthalib, lalu oleh paman beliau, Abu Thalib. Sejak muda, Muhammad Saw telah dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya sehingga dikenal dengan julukan al-Amin.

Pada usia ke-40, Muhammad Saw ditunjuk Allah untuk menjadi utusannya dalam menyampaikan risalah tauhid, keadilan, dan kasih sayang kepada umat manusia. Setelah 23 tahun menyampaikan risalah Islam dan berhasil mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, akhirnya Rasulullah wafat dan meninggalkan sebuah ajaran agung yang kini tersebar ke berbagai penjuru dunia.


Imam Hasan Gugur Syahid

Tanggal 28 Shafar tahun 50 Hijriah, Imam Hasan as, cucu Rasulullah Saw gugur syahid. Imam Hasan adalah putra dari Fathimah as, putri Rasulullah dan Imam Ali as. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 3 Hijriah. Sejak lahir hingga usia tujuh tahun, Imam Hasan as dibimbing langsung oleh kakek beliau, Rasulullah Saw untuk memahami makrifat Islam.

Pada usia 37 tahun, ayah beliau, yaitu Imam Ali as gugur syahid dan Imam Hasan pun meneruskan tampuk kepemimpinan kaum muslimin yang semula diemban oleh Imam Ali. Dalam masa kepemimpinannya, Imam Hasan as berusaha membentuk pasukan muslim yang tangguh untuk melawan pasukan Muawiyah yang sebelumnya juga telah melakukan perlawanan bersenjata terhadap Imam Ali as.

Namun, berbagai provokasi dan taktik licik yang dilakukan Muawiyah membuat semangat pasukan muslim itu kendor, bahkan sebagiannya bergabung dengan pasukan Muawiyah. Karena itu, Imam Hasan mengambil langkah diplomasi, demi terjaganya keutuhan kaum Muslimin yang saat itu tengah mendapat ancaman yang lebih besar dari kaum Kafir. Imam Hasan pun kemudian mengadakan perjanjian damai dengan Muawiyah, namun isi perjanjian itu dilanggar oleh Muawiyah dan bahkan akhirnya, Imam Hasan diracuni olehnya sehingga gugur syahid pada tahun 50 hijriah.
*****

Pilih Mana? Kelahiran atau Kematian Nabi?

Memasuki saat-saat maulid Nabi, saya jadi teringat dengan tulisan yang pernah saya tulis mengenai riwayat kematian Nabi http://ressay.wordpress.com/2007/03/31/oh%E2%80%A6kamis-kelabu/ . Tulisan tersebut dicetak dalam bentuk buletin dakwah dan disebarkan di kampus UNS SOLO. Saat itu sudah diperkirakan tulisan itu akan menimbulkan kontroversi dan ternyata terbukti. Selang beberapa minggu tulisan itu menyebar di kampus, ada satu buletin baru yang nampaknya keberadaan buletin tersebut khusus untuk membantah tulisan-tulisan yang ada di buletin yang saya buat. Setelah saya mendapatkan buletin “tandingan” itu, esoknya saya mencoba membuat tanggapannya http://ressay.wordpress.com/2007/04/10/ohkamis-kelabu-ii/ .

Di dalam Islam, terdapat 2 mazhab terbesar yaitu Sunni dan Syi’ah. Masing-masing mazhab memiliki metode yang berbeda dalam memahami Islam sehingga menghasilkan keyakinan yang berbeda pula. Salah satu perbedaan pendapat antara Sunni dan Syi’ah adalah mengenai kelahiran dan kematian Nabi.

Menurut Ahlulsunnah http://http//adhitqliquers.wordpress.com/2008/03/20/hari-maulud-nabi-12-rabiul-awal/ , Nabi Muhammad itu lahir tanggal 12 Rabiul Awal dan meninggalpun tanggal 12 Rabiul Awal. Dahulu waktu kecil, saya sempat berpikir, mungkin ini salah satu mukjizat yang diberikan Nabi oleh Allah. Nabi lahir dan meninggal pada tanggal dan bulan yang sama.

Berbeda dengan Ahlulsunnah, Syi’ah http://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad_SAW berpendapat bahwa Nabi lahir pada tanggal 17 Rabiul Awal (yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja’far Ash-Shodiq) dan meninggal pada tanggal 28 Shafar.

Mana yang benar? Saya tidak akan membahas mengenai hal itu. Biarlah orang-orang yang berkompeten mengenai ilmu hadits yang membahasnya. Saya lebih tertarik untuk membahas keyakinan Ahlulsunnah bahwa Nabi lahir dan meninggal pada tanggal dan bulan yang sama. Ini menurut saya sebuah keanehan (tidak selamanya aneh itu jelek).

Ada dua keanehan yang saya lihat di sana:
1. Nabi lahir dan meninggal pada tanggal dan bulan yang sama.
2. Umat Islam lebih sering memperingati hari kelahiran (milad) beliau. Tidak pernah saya melihat ada sekelompok umat Islam Ahlulsunnah yang memperingati hari dimana Rasulullah meninggalkan kita semua. Mengapa mereka lebih senang memperingati hari kelahiran beliau?

Padahal kalau keadaan itu dihadapkan kepada saya, misalnya, ada orang yang saya cintai lahir dan meninggal pada tanggal 2 juni, saya pasti akan bersedih pada hari itu karena hari itu saya telah kehilangan seseorang yang sangat dicintai.

Tetapi mengapa untuk Rasulullah kita malah bersuka ria pada tanggal 12 Rabiul Awal padahal Rasulullah meninggal pada tanggal 12 Rabiul Awal juga (menurut riwayat Ahlulsunnah).

Kalau kita mencoba membuka lembaran sejarah Islam yang terbukukan, kita akan mendapati riwayat mengenai saat-saat meninggalnya Rasulullah. Dan mubaligh-mubaligh jarang (mungkin tidak pernah) menyinggung mengenai saat-saat Rasulullah hendak meninggalkan kita semua. Seperti terkesan menutup-nutupi sejarah. Tetapi itu sih masih sekedar asumsi saya.

Riwayat yang saya maksudkan adalah riwayat Kamis Kelabu. Ibnu Abbas menyebutkan tragedi Kamis Kelabu, karena memang pada saat itu terjadi ada kejadian yang menyedihkan.

Tragedi kamis kelabu adalah peristiwa terhalangnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Aalihi wasallam (Sawaw) dari penulisan wasiat. Riwayat tragedi kamis kelabu ini banyak diriwayatkan di dalam kitab-kitab hadits terkenal. Keshahihan riwayat ini tidak diragukan lagi.

Berikut beberapa riwayatnya:

Al Bukhari, Sahih, Jilid IV vol 5, Hadis diatas juga dirawikan al Bukhari di kitab sahih Bab al Ilm Jilid 1 hal 2. melalui sanad ‘Ubaidillah bin Abdullah dari ibnu Abbas yang berkata: “Ketika ajal Rasulullah Sawaw telah hampir, dan dirumah beliau ada beberapa orang, diantara mereka, umar bin khatab, beliau (Saw) bersabda Mari kutuliskan bagi kamu sebuah surat (wasiat) agar sesudah itu kamu tidak akan pernah sesat. Namun Umar berkata: Nabi telah makin parah sakitnya, sedangkan al-Qur’an ada pada kalian. Cukuplah Kitab Allah bagi kita! MAKA TERJADILAH PERSELISIHAN DI ANTARA ORANG YANG HADIR DAN MEREKA BERTENGKAR. Sebagian berkata, sediakan apa yang diinta oleh Nabi Sawaw Agar beliau menuliskan bagi kamu sesuatu yang menghindarkan kamu dari kesesatan. Tetapi sebagian lainnya menguatkan ucapan Umar. Dan ketika keributan dan pertengkaran makin bertambah di hadapan Nabi Sawaw, beliau memerintahkan: Keluarlah kalian dari sini!

Pada riwayat yang lain di kitab shahih Bukhari, Kalimat “Namun Umar berkata” diganti dengan “Mereka berkata”.

Berikut riwayatnya:

Bukhari hadis No. 2846 – Ditulis Oleh Said bin Jubair. Ibn Abbas berkata. “Kamis ! Apa (Hal yang besar/hebat) terjadi di hari kamis !” Kemudian dia mulai menangis sampai air matanya membasahi tanah. Kemudian dia berkata,”Pada hari kamis penyakit Rasulullah bertambah parah, kemudian beliau bersabda, “Berikan aku alat-alat tulis sehingga aku bisa menulis sesuatu kepadamu, agar kamu tidak pernah tersesat.” Orang-orang (yang ada di sana) berbeda dalam hal ini sedangkan tidak boleh berbeda di depan seorang rasul. Mereka berkata,”Rasul Allah sedang menderita sakit yang sangat parah.’ Sang nabi berkata, “Biarkan aku sendiri, dalam keadaan aku yang sekarang, lebih baik daripada apa yang kalian kira.” Sang rasul yang sedang berada dalam ranjang kematiannya memberi tiga perintah(nasihat). Usir para penyembah berhala dari tanah arab, hormati para perwakilan orang2 luar negeri sebagaimana kau pernah melihatnya aku melakukan hal itu. “Saya lupa perintah yang ketiga”(Ya’qub bin Muhammad said, “Aku bertanya kepada Al-Mughira bin’Abdur rahman tentang ‘tanah arab’ dan dia berkata,’tanah arab itu”Mekkah,Madinah, Al – Yama, dan yaman.”yaqub menambahkan,” dan Al- Arj,awal dari tihama.”)

Bahkan menurut riwayat lain yaitu Bukhari hadits no. 2951, Umar berkata: “Ada apa dengan beliau? Apakah beliau sedang mengigau?”

Inilah sejarah, yang menurut saya, sengaja ditutup-tutupi ulama-ulama. Mereka tidak pernah mau menyampaikan riwayat ini kepada umat yang dipimpinnya, karena banyak ulama-ulama yang, nampaknya, mengkultuskan para sahabat Nabi termasuk Umar bin Khattab. Kalau kita membaca riwayat tersebut, maka kita akan berpikir, “Kok ya tega Umar berkata dan bersikap seperti itu kepada Rasulullah?”

Padahal kepada orang yang mau dihukum mati saja masih diberikan kesempatan untuk mengajukan permintaan terakhir dan permintaan itu dipenuhi. Tetapi kepada Nabi Besar Muhammad Sawaw, Umar bersikap seperti itu. Dia menghalangi Nabi permintaan Nabi. Padahal permintaan Nabi itu untuk keselamatan kita, bukan untuk memenuhi egoisme pribadi Rasulullah.

Saya tidak bermaksud untuk mengajak para pembaca untuk membenci Umar, Tidak demikian…! Saya hanya bermaksud untuk mengajak para pembaca untuk membaca realitas sejarah yang ada. Syukur-syukur Anda menjadi berpikir ulang, Mengapa Umar tega bersikap seperti itu? Dan muncul pertanyaan, Mengapa kita lebih senang memperingati hari kelahiran Nabi dan bersenang-senang pada tanggal 12 Rabiul Awal, padahal pada tanggal itu kita telah kehilangan seorang Nabi suci yang menjadi perantara antara Allah dan kita?

Mau pilih mana? Memperingati Kelahiran Nabi atau Kematian Nabi?

http://ressay.wordpress.com/2008/03/21/mau-pilih-mana-kelahiran-nabi-atau-kematian-nabi/
*****

12 Rabiul Awal; Lahir atau Wafatnya Nabi?

Walaupun tidak mempunyai pijakan historis yang pasti, selalu saja kebanyakan umat Islam memperingati—bahkan ada yang merayakan—apa yang mereka sebut sebagai Maulid Nabi. Maulid Nabi yang rutin diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal diyakini sebagai hari lahirnya Nabi akhir zaman, Muhammad. Kelahiran Nabi merupakan rahmat agung untuk alam semesta dan sudah semestinya nikmat tersebut disyukuri dengan menampakkan kegembiraan. Di zaman ini, peringatan Maulid Nabi tersebut disemarakkan dengan berbagai macam acara mulai dari ceramah, pertunjukkan seni hingga beragam perlombaan.

Tanpa perlu mengulang berbagai penjelasan panjang lebar dari perbedaan para pakar tentang kapan bulan dan tanggal pasti lahirnya Nabi, tak ada salahnya bila dikutip penjabaran Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin dalam Tahdziib Tashiil Al-‘Aqiidah Al-Islaamiyyah ketika menyinggung tentang Maulid Nabi bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat dijadikan pegangan dalam penentuan dengan pasti tentang kapan bulan lahir Nabi, dan tidak pula tentang hari lahirnya, bahkan dalam hal ini ada perbedaan yang tajam.

Pada catatan kaki pembahasan ini, Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin menambahkan rincian perbedaan pendapat tersebut bahwa ada yang mengatakan Nabi lahir pada bulan Ramadan, ada pula yang berpendapat Nabi dilahirkan di bulan Rajab, dan juga yang menyatakan Nabi pada bulan Rabiul Awal. Orang-orang yang menyatakan Nabi lahir pada bulan Rabiul Awal sendiri pun berselisih tentang bilangan hari kelahiran Nabi, sebagaian mengatakan pada hari tanggal 2, sedangkan yang lain mengatakan pada tanggal 8. Begitu pula ada yang mengatakan pada tanggal 10 dan ada yang mengatakan pada tanggal 12. Tapi ada juga yang berpendapat pada tanggal 17 serta pendapat lain pada tanggal 21. Padahal tidak ada satu dalilpun yang dapat dijadikan pegangan dalam hal tersebut.

Tetapi belakangan ini ada beberapa pendapat yang memastikan bulan dan tanggal lahir Nabi. Seperi yang direkam oleh Shafiyyurrahaman Al-Mubarakfuri dalam Ar-Rahiiq Al-Makhtuum bahwa penghulu para rasul dilahirkan pada hari Senin tanggal 9 bulan Rabiul Awal tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 Masehi, sesuai dengan perhitungan ilmuan besar Muhammad Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli falak Mahmud Basya. Hal ini juga diamini oleh Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad As-Sulaim dalam Taqwim Al-Azmaan fiy Tahqiiq Maulid An-Nabiy dan Shalih Al-Utsaimin dalam Al-Qaul Al-Mufiid ‘Alaa Kitaab At-Tauhiid.

Meskipun demikian, yang jelas Nabi sendiri tidak pernah memperingati ataupun merayakan hari kelahirannya. Baik semasa hidupnya ataupun sesudah wafatnya dengan mewasiatkan kepada para sahabat untuk melakukan kegiatan mengenang, memperingati, atau merayakan hari kelahiranya. Oleh karena itulah, kegiatan-kegiatan in memorian atau sejenisnya tentang Nabi tidak pernah dilakukan oleh para sahabat yang sangat besar cinta, pengorbanan, dan ketulusan mereka terhadap Nabi. Begitu pula yang dilanjutkan oleh generasi tabiin dan generasi tabiut tabiin sebagai representasi dari tiga masa terbaik sesuai isyarat Nabi.

Hingga, barulah pada abad ke-4 Hijriah, sekte Ubaidiyah (Syiah) yang pertama-tama merayakan Maulid Nabi, tepatnya tahun 363 Hijriah, ketika mereka memerintah Mesir. Walaupun Suyuthi dalam Husn Al-Maqshad, yang diukuti oleh sebagian ulama kontemporer, berpendapat bahwa yang pertama kali melakukan Maulid Nabi adalah Sultan Kaukabari Al-Ayyubi yang wafat tahun 630 Hijriah. Ini adalah kekeliruan karena Maulid Nabi telah dilakukan sebelum masa Sultan tersebut. (lihat Tahdziib Tashiil Al-‘Aqiidah Al-Islaamiyyah hal. 199-200).

Yusuf Al-Qaradhawi dalam Fiqh Al-Aulaawiyyaat saat menjelaskan tentang takaran prioritas yang benar dalam memberikan perhatian terhadap tema-tema yang diangkat di dalam Alquran menegaskan bahwa Maulid Nabi sama sekali tidak dibicarakan oleh Alquran. Hal ini menunjukkan bahwa perkara tersebut tidak begitu penting dalam kehidupan Islam, karena hal ini tidak berkaitan dengan mukjizat sebagaimana keterkaitan kelahiran Al-Masih terhadap ajaran agamanya. Maulid juga tidak berkaitan dengan amalan dan ibadah yang harus dilakukan oleh kaum muslimin atau sesuatu yang dianjurkan.

Memang benar, kelahiran Nabi bukanlah mukjizat ataupun kejadian besar seperti kelahiran ajaib Al-Masih yang tanpa seorang ayah. Adapun tentang runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, padamnya api yang biasa disembah oleh orang-orang Majusi, dan runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah ketika Nabi lahir merupakan riwayat dari Thabrani dan Baihaqi dan selain keduanya tidak pula dapat dijadikan pegangan karena sanad-sanad periwayatannya tidak kuat. (Lihat Ar-Rahiiq Al-Makhtuum hal. 65).

Begitu pula mengkhususkan ibadah-ibadah tertentu seperti salat, puasa, sedekah, zikir, dan sebagainya ketika Maulid Nabi merupakan sesuatu yang tidak berdasar. Atau mengisi Maulid Nabi dengan mendendangkan selawat-selawat khusus yang berlebih-lebihan dalam memuji Nabi, serta membacakan kisah kehidupan Nabi dengan keyakinan bahwa arwah Nabi hadir dalam acara sedemikin jelas-jelas kejahilan terhadap sunah Nabi. Hal-hal itulah yang melatarbelakangi pembidahan sebagian ulama tentang hukum peringatan Maulid Nabi. Hal ini penting dicatat bagi mereka yang mengutip pendapat ulama yang memandang Maulid Nabi sebagai bidah karena ibadah-ibadah khusus tersebut yang dilakukan saat Maulid Nabi, bukan peringatan Maulid Nabi itu sendiri.

Selain itu, memperingati kelahiran Nabi menyerupai tradisi kaum Nasrani yang memperingati dan merayakan Natal yang dipercayai sebagai hari kelahiran Al-Masih. Umat Nasrani menjadikan Natal tersebut sebagai ibadah yang tentu saja kaum muslimin dilarang menyerupai dan meniru-niru tradisi agama lain yang mengandung unsur peribadatan. Nabi besabda, “Sesiapa yang meniru suatu kaum (dalam hal-hal yang menjadi ciri khas kaum tersebut) maka dia termasuk dari kaum (yang ditirunya) itu.”

Akan tetapi, ketika Rabiul Awal diisi dengan berbagai kegiatan penuh keriangan dengan dalih bergembira atas nikmat Allah bahwa inilah bulan kelahiran Nabi, maka sadar ataupun tidak orang-orang tersebut lupa bahwa di bulan ini pulalah Nabi meninggal dunia. Jika sebelumnya telah disebutkan ada banyak pendapat tentang di bulan apa Nabi dilahirkan, tidak demikian dengan di bulan apa Nabi wafat berdasarkan keterangan dari Shafiyyurrahaman Al-Mubarakfuri dan Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin. Tidak tanggung-tanggung, Abdullah bin Abdul Aziz Al-Jibrin menegaskan tidak ada perbedaan pendapat tentang hal ini.

Wafatnya Nabi merupakan musibah terbesar bagi kaum muslimin. Seperti dalam hadis dari beberapa redaksi riwayat yang berbeda, namun dengan makna yang sama. Di antaranya riwayat dari Ibnu Abbas dan Sabith Al-Jumahi, mereka berkata, ‘Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian ditimpa musibah, hendaklah ia mengingat musibahnya itu dengan (kematian) ku, karena (kematianku) itu adalah musibah terbesar.”’ (H.R Ath-Thabrani, Ibnu Sa’d, Ad-Darimi, Malik dan lainnya, sebagaimana tercantum dalam Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah, hadis nomor 1106)

Husain bin Audah Al-Awayisah dalam Mushiibah Mautin Nabiy Wa Atsaaruhaa fiy Hayaah Al-Ummah menafsirkan hadis tersebut dengan mengatakan bahwa dari hadis tersebut jelaslah bagi kita kematian Nabi merupakan musibah terbesar yang telah menimpa dan tetap akan menimpa kaum muslimin. Rasul sendiri memerintahkan kita untuk mengingat musibah kematiannya sehingga dengan hal itu musibah-musibah yang menimpa kita akan terasa ringan. Sebelumnya, masih dalam tulisan yang sama Husain bin Audah Al-Awayisah berpendapat bahwa wajib bagi kita untuk menadaburi dampak wafatnya Nabi terhadap pribadi dan umatnya.

Lalu bagaimana bisa Rabiul Awal diperingati dengan semarak dan suka ria sedangkan musibah terbesar terjadi di bulan itu? Faktanya, berbagai kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi tak lebih dari seremonial belaka. Beragam agenda terjadwal memeriahkan bulan dan hari lahir penutup para Nabi dan Rasul itu telah kehilangan ruh dan substansi peringatan itu sendiri. Padahal peringatan itu semestinya dijadikan sebagai momentum untuk mengenang kembali sosok yang diperingati. Ya, mengenal kembali sosok Muhammad, teladan sempurna sepanjang zaman. Mengenang untuk kemudian mencontoh keagungan pribadinya yang dipuji kawan dan diakui lawan. Karena itu sangat tidak pantas bila tokoh seagung Muhammad dimaknai sebatas seremonial yang kering makna dan agenda sekali setahun saja.

Di luar wacana memperingati dan merayakan Maulid Nabi atau berduka atas wafatnya, sudah seharusnya kaum muslimin yang mengaku sebagai pengikut Muhammad menggali sejarah kehidupannya, ajaran-ajaran luhurnya, dan medakwahkan risalahnya. Sudahkah menamatkan membaca kitab kumpulan hadis sahih yang dikumpulkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sebagai dua referensi terpercaya tentang peri kehidupan Nabi? Telahkah ditelusuri segala sesuatu tentang Muhammad dalam kitab kitab hadis muktabar lainnya seperti kitab sunan yang empat karya Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Nasa’i? Atau paling tidak pernahkah melahap dengan tuntas buku-buku sirah nabawiah mulai dari yang tebal dan detil hingga yang tipis dan ringan?

Allah berfirman, “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari akhir, dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (Q.S Al-Ahzab [33]: 21) Nabi bersabda, “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, ayahnya (orang tua), dan manusia seluruhnya.” (H.R Bukhari, Muslim, dan lainnya).

http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12409:12-rabiul-awallahir-atau-wafatnya-nabi&catid=11:opini&Itemid=83
http://sosok.kompasiana.com/2012/02/04/12-rabiul-awal-lahir-atau-wafatnya-nabi-436328.html
*****

12 RABIUL AWAL : PERISTIWA MAULID, HIJRAH DAN WAFAT (HAUL) NABI MUHAMMAD SAW


Gambar diatas menunjukan bahwa Ummul qara university – arab saudi pun mengakui bahwa 12 rabiul awal adalah tarikh kelahiran Nbi Muhammad SAW berdasarkan riwayat yang shahih dan mashur!

Puji syukur Alhamdulillah hirobil ‘alamin marilah kita panjatkan kehadlirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya.

Sholawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa’at-nya di Hari Kiamat. Amin.

Amalan umat islam ahlusunnah wal jamaah pada saat “maulid”.

- membaca sirah/kisah Nabi Muhammad SAW.

Sirah, atau sejarah hidup Rasulullah SAW itu sangat perlu dibaca dan dikaji karena penuh inspirasi dan bisa memantapkan iman. Allah SWT berfirman,

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ

“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu.. (Hud :120)”.


- Membaca shalawat.

Bahkan Allah SWT dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW :


[33:56] Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya(Surat Al-ahzab 56).

Sebagaimana diketahui, setiap tanggal 12 Rabiul Awal, kita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini dimaksudkan untuk mengingat tiga peristiwa besar yang dialami oleh Rasulullah SAW, yakni kelahiran, Hijrah dan wafatnya Muhammad SAW.


A. Peristiwa besar saat lahirnya sebaik baik makhluk (Nabi Muhammad SAW) pada 12 Rabiul awal

Tanggal 12 Rabiul Awal adalah hari bersejarah yang utama bagi umat Islam di seluruh dunia, karena para hari itulah junjungan kita Nabi Muhammad SAW dilahirkanke dunia, membawa rahmat bagi seluruh alam.

Beliau dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 meter dari Masjidil Haram pada Senin menjelang terbit fajar 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Kini tempat kelahiran Nabi itu dijadikan perpustakaan “Maktabah Makkah al Mukarromah”.

Dinamakan tahun itu dengan ‘tahun Gajah’ karena tentara Abrahah dari Yaman menyerang Ka’bah dengan maksud akan meruntuhkannya. Mereka datang dengan mengendarai gajah. Akan tetapi penyerangan itu gagal, dengan dikirim Allah pasukan burung ababil dari angkasa menjatuhkan batu-batu berapi kepada mereka sehingga mereka hancur lumat seperti daun kayu yang dimakan ulat, sebagaimana firman Allah dalam al Quran surat al Fil ayat 1 – 4.

Menurut pendapat Ibnu Ishak yang mahsyur, Nabi SAW lahir 50 hari sesudah peristiwa itu. Ada pula pendapat yang menyatakan 30 hari, 40 hari dan 55 hari sesudah kejadian itu. Mengenai tanggal lahirnya pun terjadi pula perbedaan pendapat ahli-ahli sejarah. Ada yang mengatakan tanggal 2 Rabiul Awal, 8 Rabiul Awal, 17 Rabiul Awal, dan 18 Rabiul Awal. Pendapat yang mahsyur dan penduduk Makkah sependapat tanggal 12 Rabiul Awal. Adapun saat kelahiran beliau itu menurut yang mahsyur menjelang terbit fajar, saat doa dimakbulkan Allah SWT.


Hari Istimewa

Perlu diketahui, sejatinya Allah SWT juga menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai momen istimewa. Fakta bahwa Rasul SAW terlahir dalam keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177) adalah salah satu tengara. Fakta lainnya:

Pertama, perkataan Utsman bin Abil Ash Atstsaqafiy dari ibunya yang pernah menjadi pembantu Aminah r.a. ibunda Nabi SAW. Ibu Utsman mengaku bahwa tatkala Ibunda Nabi SAW mulai melahirkan, ia melihat bintang bintang turun dari langit dan mendekat. Ia sangat takut bintang-bintang itu akan jatuh menimpa dirinya, lalu ia melihat kilauan cahaya keluar dari Ibunda Nabi SAW hingga membuat kamar dan rumah terang benderang (Fathul Bari juz 6/583).

Kedua, Ketika Rasul SAW lahir ke muka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam).

Ketiga, riwayat yang shahih dari Ibn Hibban dan Hakim yang menyebutkan bahwa saat Ibunda Nabi SAW melahirkan Nabi SAW, beliau melihat cahaya yang teramat terang hingga pandangannya bisa menembus Istana-Istana Romawi (Fathul Bari juz 6/583).

Keempat, di malam kelahiran Rasul SAW itu, singgasana Kaisar Kisra runtuh, dan 14 buah jendela besar di Istana Kisra ikut rontok.

Kelima, padamnya Api di negeri Persia yang semenjak 1000 tahun menyala tiada henti (Fathul Bari 6/583).

Kenapa peristiwa-peristiwa akbar itu dimunculkan Allah SWT tepat di detik kelahiran Rasulullah SAW?. Tiada lain, Allah SWT hendak mengabarkan seluruh alam bahwa pada detik itu telah lahir makhluk terbaik yang pernah diciptakan oleh-Nya, dan Dia SWT mengagungkan momen itu sebagaimana Dia SWT menebar salam sejahtera di saat kelahiran nabi-nabi sebelumnya.

Dalam Shahih Bukhari diceritakan, sebuah kisah yang menyangkut tentang Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak [perempuan] Abu Lahab [paman Nabi Muhammad [SAW]. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad [keponakannya], tepatnya hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan kita, perlu kita lakukan.


B. PERISTIWA HIJRAH : SAMPAINYA RASULULLAH DI MADINAH PADA 12 RABIUL AWAL

12 Rabiul Awal ,tahun 13 kerasulan atau 2 JULAI 622 M. Rasulullah, Abu Bakar dan rombongan sampai ke Madinah disambut oleh penduduk Madinah dengan kegembiraan dan kesyukuran. Hijrah Tarikh hijrah adalah tarikh tibanya Rasulullah di Madinah al-Munawwarah pada ketika itu di sebut Yatsrib. Rasulullah sampai di Quba’ pada hari Isnin 8 Rabiulawal dan Baginda sampai di Kota Madinah pada hari Jumaat 12 Rabiulawal dan Baginda menunaikan solat Jumaat yang pertama.


C. PERISTIWA WAFATNYA NABI MUHAMMAD : 12 RABIUL AWAL.

Wafatnya junjungan besar kita, Muhammad Rasulullah saw. Rasulullah telah wafat pada hari Isnin 12 Rabiulawal 11H bersamaan 7 Jun 632M. Baginda wafat di rumah isterinya Aisyah ra dan dikebumikan di Madinah al-Munawwarah.


Peringatan Haul para Pendahulu

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW selalu berziarah ke makam para syuhada di bukit Uhud pada setiap tahun. Sesampainya di Uhud beliau memanjatkan doa sebagaimana dalam surat Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 24:

سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

Inilah yang menjadi sandaran hukum Islam bagi pelaksanaan peringatan haul atau acara tahunan untuk mendoakan dan mengenang para ulama, sesepuh dan orang tua kita.

Diriwayatkan pula bahwa para sahabat pun melakukan apa yang telah dilakukan Rasulullah. Berikut ini adalah kutipan lengkap hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi:

وَ رَوَى الْبَيْهَقِي فِي الشَّعْبِ، عَنِ الْوَاقِدِي، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزُوْرُ الشُّهَدَاءَ بِأُحُدٍ فِي كُلِّ حَوْلٍ. وَ إذَا بَلَغَ رَفَعَ صَوْتَهُ فَيَقُوْلُ: سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّار

Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Wakidi mengenai kematian, bahwa Nabi SAW senantiasa berziarah ke makam para syuhada di bukit Uhud setiap tahun. Dan sesampainya di sana beliau mengucapkan salam dengan mengeraskan suaranya, “Salamun alaikum bima shabartum fani’ma uqbad daar” –QS Ar-Ra’d: 24–

Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

Lanjutan riwayat:

ثُمَّ أبُوْ بَكْرٍ كُلَّ حَوْلٍ يَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ. وَ كاَنَتْ فَاطِمَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا تَأتِيْهِ وَ تَدْعُوْ. وَ كاَنَ سَعْدُ ابْنِ أبِي وَقَّاصٍ يُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ يَقْبَلُ عَلَى أصْحَابِهِ، فَيَقُوْلُ ألاَ تُسَلِّمُوْنَ عَلَى قَوْمٍ يَرُدُّوْنَ عَلَيْكُمْ بِالسَّلَامِ

Abu Bakar juga melakukan hal itu setiap tahun, kemudian Umar, lalu Utsman. Fatimah juga pernah berziarah ke bukit Uhud dan berdoa. Saad bin Abi Waqqash mengucapkan salam kepada para syuhada tersebut kemudian ia menghadap kepada para sahabatnya lalu berkata, ”Mengapa kalian tidak mengucapkan salam kepada orang-orang yang akan menjawab salam kalian?”

Demikian dalam kitab Syarah Al-Ihya juz 10 pada fasal tentang ziarah kubur. Lalu dalam kitab Najhul Balaghah dan Kitab Manaqib As-Sayyidis Syuhada Hamzah RA oleh Sayyid Ja’far Al-Barzanji dijelaskan bahwa hadits itu menjadi sandaran hukum bagi orang-orang Madinah untuk yang melakukan Ziarah Rajabiyah (ziarah tahunan setiap bulan Rajab) ke maka Sayidina Hamzah yang duitradisikan oleh keluarga Syeikh Junaid al-Masra’i karena ini pernah bermimpi dengan Hamzah yang menyuruhnya melakukan ziarah tersebut.

Para ulama memberikan arahan yang baik tentang tata cara dan etika peringatan haul. Dalam al-Fatawa al-Kubra Ibnu Hajar mewanti-wanti, jangan sampai menyebut-nyebut kebaikan orang yang sudah wafat disertai dengan tangisan. Ibnu Abd Salam menambahkan, di antara cara berbela sungkawa yang diharamkan adalah memukul-mukul dada atau wajah, karena itu berarti berontak terhadap qadha yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Saat mengadakan peringatan haul dianjurkan untuk membacakan manaqib (biografi yang baik) dari orang yang wafat, untuk diteladani kebaikannya dan untuk berbaik sangka kepadanya. Ibnu Abd Salam mengatakan, pembacaan manaqib tersebut adalah bagian dari perbuatan taat kepada Allah SWT karena bisa menimbulkan kebaikan. Karena itu banyak para sahabat dan ulama yang melakukannya di sepanjang masa tanpa mengingkarinya.


D. PERISTWA – PERISTIWA PENTING PADA BULAN RABIUL AWAL BAGI UMAT ISLAM

Peristiwa-Peristiwa Penting Bulan Rabiul Awal.

Ada banyak peristiwa penting yang telah dicatatkan oleh sejarah jatuh bangunnya tamadun Islam di dalam bulan Rabiulawal ini dan diantaranya ialah;
1. Perlantikan Nabi menjadi Rasul. Dibulan Rabiulawal inilah Nabi saw diangkat menjadi Rasul. Ketika ini Nabi saw berumur 40 tahun. Maka dengan ini bermulah dakwah baginda secara rasmi di Makkah al-Mukarramah.
2. Peperangan Banyak peperangan yang telah terjadi pada zaman Rasulullah saw diantara tentera Islam dan tentera kuffar. Diantara peperangan yang berlaku di bulan Rabiulawal ialah peperangan Safwan (Badar pertama), Bawat, Zi Amar (Ghatfan), Bani An-Nadhir, Daumatul Jandal dan peperangan Bani Lahyan.
3. Abu Bakar ra. menjadi khalifah Pada hari Rasulullah wafat, para sahabat tidak mahu menangguh urusan pentadbiran kerajaan dan segera membai’ah saidina Abu Bakar ra di Dewan Bani Sa’idah. Ini adalah kerana urusan pentadbiran negara tidak boleh terhenti walau seketika dan ia adalah nadi sesebuah kerajaan. Sebahagian sahabat pula menguruskan pengkebumian jenazah Rasulullah saw yang diketuai oleh Saidina Ali ra Ahli Bait Rasulullah saw.
4. Pembukaan Iraq Tentera Islam yang dipimpin oleh Khalid Ibni Walid ra telah memasuki Iraq dan bermulalah pemerintahan Islam di bumi Iraq di zaman saidina Abu Bakar ra.
5. Pembukaan Baitul Muqaddis Salahuddin al-Ayubi telah memimpin tentera Islam menewaskan tentera Salib dan seterusnya membuka pintu bagi pembukaan Baitul Muqaddis pada tahun 583 H.
6. Kejatuhan Empayar kerajaan Islam Sepanyol Kubu terakhir tentera Islam di Andalusia telah ditumbangkan oleh tentera Sepanyol yang dipimpin oleh Ferdinando dan Isabella pada tahun 897H. Bermulalah kemusnahan tempat-tempat bersejarah warisan umat Islam, masjid-masjid ditukar menjadi gereja dan muzium dan tiada lagi suara azan di negara tersebut.

Jika ditinjau dari amalan maulid, haul ataupun hijrah nabi Muhammad SAW maka Tidak ada letak bid’ah pada amalan maulid ini!!.

hanya orang orang arab jahiliyah dari kalangan badwi gunung najd (wahahby) saja yang menolak amalan ini. Anehnya mereka tidak menjadikan memperingati hari maulid nabi tapi sibuk memperingati hari kelahiran muhammad ibnu abd wahab (gembong khawarij akhir zaman)!.

https://salafytobat.wordpress.com/tag/hijrah-dan-wafat-haul-nabi-muhammad-saw/

Bersambung...

(Berbagai-Sumber/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: