Pesan Rahbar

Home » » Tanggal Wafat Nabi saww dan Peristiwanya Dalam Literatur Sejarah Syiah, Ahlus Sunnah dan Yahudi (2)

Tanggal Wafat Nabi saww dan Peristiwanya Dalam Literatur Sejarah Syiah, Ahlus Sunnah dan Yahudi (2)

Written By Unknown on Wednesday, 4 January 2017 | 03:22:00

Dikutip dari page Syiah:

Muhammad bin Abdullah al-Mustafa saww


1. Nama: Muhammad saww
2. Gelar: Al-Musthafa
3. Julukan: Abu Al-Qosim
4. Ayah: Abdullah bin Abdul Muththalib
5. lbu: Aminah binti Wahab
6. Tempat/Tgl. Lahir: Makkah, Senin, 12 Rabiul Awal
7. Hari/Tgl. Wafat: Senin, 28 Shofar Tahun 11 H.
8. Umur: 63 tahun
9. Makam: Madinah
10. Jumlah Anak: 7 orang, 3 laki-laki dan 4 perempuan
- Anak laki-laki: Qosim, Abdullah dan lbrahim
- Anak perempuan: Zainab, Ruqoiyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah.


Riwayat Hidup

Riwayat Hidup Nabi Muhammad saww di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya lahirlah seorang bayi dan keluarga yang sederhana di kota Makkah, yang kelak akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Ayahandanya bernama Abdullah putra Abdul Muththalib yang wafat sebelum beliau dilahirkan 7 bulan. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muththalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka’bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum pernah ada sebelumnya.

Dan dalam usia enam tahun beliau juga kehilangan ibundanya yang tercinta, Aminah binti Wahab. Sepeninggal kedua orang tuanya, datuk beliau Abdul Muthalib mengambil alih pendidikannya. Menjelang wafatnya, Abdul Muththalib menunjuk putranya, Abu Thalib, sebagai wali dari Nabi Muhammad saww. Beliau dikenal sebagai orang yang tampan, ramah, jujur dan suka menolong sesamanya. Dan pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang bangsawan nan rupawan, Khadijah binti Khuwailid.

Pada usia 40 tahun, Muhammad saww mendapat wahyu dari Allah SWT dan diangkat sebagai Nabi untuk sekalian alam. Ketika itu beliau senantiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia. Hingga datanglah Jibril as. dengan membawa berita gembira, lalu menyapa dan memerintahkan: “Bacalah dengan nama Tahanmu”.

Kemudian Rasululullah saww mulai berdakwah mengajak kerabatnya menuju kepada pengesaan Allah SWT yang menciptakan asal muasal dari segala yang wujud. Khadijah, istrinya merupakan orang pertama dari kalangan kaum wanita yang mempercayai kenabiaannya. Sedang laki-laki pertama yang mengikuti dan mengimani ajarannya adalah, Ali bin Abi Thalib as. Selama tiga tahun Rasululullah saww berdakwah secara diam-diam di kalangan keluarganya dan setelah turun ayat 94 dari Surah Al-Hijr yang berbunyi: “Maka siarkanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”, Rasulullah saww mulai berdakwah secara terang-terangan.

Namun, teryata kaum Qurays menolak ajakan suci dari Rasulullah saww, bahkan pamannya sendiri, Abu Lahab, termasuk salah seorang yang memusuhinya. Melihat permusuhan kaum Qurays pada beliau saww, pamannya, Abu Thalib, berkata: “Bagaimana rencanamu dalam menghadapi permusuhan ini, wahai kemenakanku? Akankah engkau menghentikan misimu?”. Dengan spontanitas Rasululllah saww menjawab: “Wahai pamanku! Andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan misi ini, sungguh aku tidak akan menghentikannya, hingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa karenanya”.

Bagi Muhammad saww demi proyek Allah apapun boleh terjadi. Gangguan demi gangguan, penderitaan demi penderitaan. ejekan, fitnahan, cemoohan serta penganiayaan, telah mewarnai kehidupannya. Kaum Qurays bukan hanya mengganggu Rasulullah saww akan tetapi para sahabatnya seperti, Amar serta kedua orang tuanya, Bilal dan yang lainnya juga tidak luput dan penyiksaan dan penganiyayaan.

Melihat tingkah laku umatnya, khususnya kaum Qurays, Rasulullah saww sangat sedih sekali. Beliau saww yang dikenal sebagai pembawa rahmat, penuh belas kasih, terhiasi dengan kasih sayang, merasa sedih karena beliau tahu bahwa penolakan dan gangguan kaumnya itu lidak lain hanya akan mengakibatkan kesengsaraan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat . Kesedihan itu semakin bertambah ketika pada tahun kesepuluh dari kenabiaannya, istrinya, Khadijah, yang sangat menyanyanginya, yang membantu penyebaran misi Allah dengan harta dan jiwanya, yang selalu menghibur dan membahagiakan Rasulullah saww di saat beliau diganggu dan dianiaya oleh kaumnya, meninggal dunia. Tidak hanya itu, pamannya, Abu Thalib, yang memelihara sejak kecil hingga dewasa, yang selalu membela dengan jiwa dan raganya, juga meninggal dunia pada tahun yang sama.

Setelah kepergian dua orang terkemuka, pembela Rasululah saww dalam segala keadaan, gangguan kaum kalir Quraiys semakin menjadi-jadi. Dan pada tahun ke-13 dari kenabiannya, Rasulullah saww berhijrah ke kota Madinah, setelah kaum kafir Quraisy bersepakat untuk mcmbunuhnya. Di tempat hijrahnya itulah Rasulullah saww mulai mendapat sambutan, sehingga beliau mampu menyebarkan misi Allah dengan lebih leluasa dan mendirikan negara Islam di bawah pimpinan beliau sendiri.

Negara Islam yang masih muda belia itu dipaksa untuk menghadapi tantangan dan serangan yang datang dan kaum kafir Qurays Mekkah dan dan kaum Yahudi yang ada disekitar Madinah. Kemudian terjadilah peperangan-peperangan yang dipaksakan kepada negara Islam yang masih muda itu, oleh pihak-pihak yang tidak setuju terhadap misi suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad saww. Peperangan itu berawal dan perang Badar, Uhud, Khandak dan peperangan yang lainnya.

Berkat bantuan Allah, dan kepandaian Rasulullah dalam mengatur siasat serta berkat keberanian para sahabatnya, khususnya keluarganya seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, Ja’far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib, akhirnya negara Islam yang baru didirikan itu mampu menahan segala serangan dan berdiri dengan kokoh. Setelah Rasulullah saww berhasil mendirikan negara Islam kemudian beliau memberikan pengajaran dan pengkaderan yang lebih kepada shabatnya.

Bukti keberhasilan yang beliau ajarkan adalah banyaknya para sahabat yang menjadi cerdik pandai dan yang paling pandai di antara sahabatnya adalah sepupunya sendiri yang sekaligus suami dari putrinya yaitu Ali bin Abi Thalib as. Karena banyaknya kegiatan yang beliau laksanakan, serta bertambahnya usia, menyebabkan kekuatan fisik beliau cepat menurun.

Akhirnya, tepat pada tanggal 28 Shafar tahun 11 H dalam usianya 63 tahun, Nabi suci, Nabi pilihan yang sekaligus penutup segala nabi yang sejak awal kehidupannya senantiasa mengabdikan diri pada Allah SWT, harus meninggalkan dunia fana ini menuiu ke hadirat Allah SWT. Beliau telah tiada, namun namanya tetap terukir indah sepanjang masa.

http://www.fatimah.org/ahlulbait/muhammad-al-mustafa-saww/
*****
Dikutip dari page NU sebagai berikut:

Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad Saw


ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده الله فلامضل له ومن يضلله فلاهادي له, أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده و رسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين, أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله�وقد قال الله تعالى فى القرأن الكريم قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Pada kesempatan yang mulia, melalui mimbar khotbah ini, saya berpesan pada diri saya sendiri khususnya dan kepada para jamaah sekalian, marilah kita terus-menerus meningkatkan taqwa kepada Allah Swt. Taqwa dalam arti yang sebenarnya, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah serta meningkatkan semua larangan-larangan-nya. Juga taqwa dalam arti taat serta patuh terhadap semua ketentuan yang telah diisyaratkan Allah Swt. Dalam agama islam. Dengan begitu, mudah-mudahan kita mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, amin.Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah.

Nabi Muhammad Saw. Merupakan utusan Allah terkhir dengan membawa agama Islam, sebagai agama yang sempurna kebenarannya, yang membenarkan dan menyempurnakan agama-agama yang di bawah oleh utusan Allah sebelumnya, agar dijadikan pegangan oleh para hamba-Nya dalam perjalanan hidup menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Muhammad Saw. Sebagai utusan Allah yang terkhir, mengemban amanah suci, sebagai wujud nyata dari sifat Rahman dan Rahim Allah terhadap para hamba-Nya. Bahkan merupakan penyempurna dari semua kenikmatan yang telah diberikan-Nya kepada sekalian penghuni alam.

Allah Swt. Berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Artinya:
"dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya':107).

Dari ayat diatas kita dapat mengambil pengertian dari ayat tersebut bahwa Muhammad Saw. Adalah insan kamil (manusia sempurna) yang pada dirinya terletak untaian mutiara hikmah sebagai obor penerang dalam hidup dan kehidupan sekalian penghuni alam, yang mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran menuju cahaya kebenaran, yaitu dinul islam yang diridai Allah Swt.kehadiran beliau adalah sebagai juru selamat yang mengantar kepada kebahagiaan yang lahir dan batin, dunia akhirat.

Oleh sebab itu, menyebut dan memperingati kehadiran beliau menjadi sebuah keniscayaan bagi orang tau terimakasih dan berbelas budi. Hari dan bulan kelahiran baliau harus kita peringati sebagai titik awal bagi peningkatan pengabdian kepada Allah sebagai Dzat yang telah menyempurnakan semua kenikmatan-Nya.


Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Saat ini kita telah kembali memasuki bulan Rabiul Awal, bulan dimana ummat Islam diseluruh penjuru dunia merayakan hari kelahiran atau Maulid Nabi besar Muhammad Saw. Yang tepat jatuhnya pada tanggal 12 Robiul Awal tahun 53 sebelum hijrah. Disamping sebagai hari kelahiran Rasulullah, tanggal 12 Rabiul Awal sebenarnya juga mempunyai nilai sejarah lain yang juga patut diperingati oleh ummat Islam. Pada tanggal tersebut Rasulullah melakukan hijrahnya dari Mekkah ke Madinah, dan pada tanggal itu pula,Rasulullah tutup usia (wafat) untuk menghadap kehadiranAllah Saw.

Banyak nilai sejarah yang terkandung dalam 12 Rabiul Awal yang patut diperingati, hanya saja, diantara beberapa peristiwa besar itu yang biasa diperingati kaum muslimin adalah hari kelahiran Rasulullah yang terkenal dngan istilah peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dan telah menjadi tradisi Umat Islam sejak dulu hingga sekarang, walaupun dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda, namun tetap dalam konteks dan semangat yang sama yaitu mencintai dan meneladani Rasulullah Saw.


Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Pada dasarnya, tidak ada nash atau ayat Al-Qur'an maupun hadis yang nyata-nyata memerintahkan atau melarang diadakannya peringatan terhadap hari-hari besar tersebut, maka penyelenggaraan peringatan tersebut sifatnya sangat cultural dan hukumnya boleh, sebab tidak termasuk menyalahi aturan syariat yang ditetapkan oleh Islam.

Bertolak dari pengertian tentang penyelenggaraan peringatan di atas, maka muatan atau bentuk panyelenggaraannyalah yang dapat mengubah atau mempengaruhi hukum asalnya. Adapun bentuk penyelenggaraan peringatan maulid yang disukai dan biasa diselenggarakan oleh para ulama dahulu adalah sebagaimana yiang disebutkan dalam kitab "At-Tanbihatul Waajibat" karya seorang ulama besar, K.H. Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang, JawaTimur.

Dalam kitab itu dijelaskan bahwa bentuk peringatan Maulid nabi berupa perkumpulan banyak manusia, yang disitu dibaca ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis yang mengisahkan tentang peristiwa dan kelebihan-kelebihan Rasulullah semasa dalam kandungan, saat kelahiran maupan pasca kelahiran beliau. Demikian juga budi pekerti dan akhlak beliau yang mulia. Setelah itu, dibagikan kepada mereka sekedar makanansebagai jamuan. Adakalanya dalam peringatan itu disertai memukul rebana namun tetap dalam konteks seni yang bernuansa Islami.

Sedangkan peringatan maulid Rasulullah Saw. Yang dilakukan oleh Syaikh Umar bin Muhammad Al-Mulla, salah seorang saleh yang ternama dikota Irbil dan banyak diikuti oleh masyarakat sekitarnya adalah dengan bersedekah, bakti sosial, berbuat kebajikan dan melahirkan rasa suka dan gembira atas kelahiran beliau.bentuk peringatan seperti itu menunjukkan rasa kecintaan pengagungan dan pemuliaan terhadap baginda Rasulullah Saw. Serta ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. Atas nikmat dan anugrah-Nya yang besar berupa kedatanganya dan pembawa hidayah, kebenaran serta kasih sayang untuk seluruh alam.


Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Nabi Muhammad Saw. Dilahirkan di kota Mekkah dari seorang ibu yang bernama Aminah dan seorang ayah yang bernama Abdullah yang telah meninggal dunia sebelum kelahiran beliau. Masa kecilnya, beliau disusui oleh Tsuwaibah, seorang budak perempua milik Abu Lahab yang lantas memerdekakan lantaran memberi kabar gembira kepadanya atas kelahiran beliau. Menurut suatu kisah, Abu Lahab pernah ditanya, "Bagaimana keadaanmu?" ia menjawab, "aku di neraka , hanya saja aku diberi keringanan siksa setiap malam senin dan aku bisa menghisap air dari ujung kedua jariku. Semua ini berkat aku memerdekakan Tsuwaibah budakku saat ia memberiku kabar gembira atas kelahiran Nabi dan lantaran susuannya kepada beliau."

Berpijak dari kisah diatas, Ibnu Jauzari berpendapat bawa jika Abu Lahab yang nyata-nyat telah kafir, bahkan Al-Qur'an telah menetapkan sebagai orang yang celaka, masih diberi balasan berupa keringanan siksa setiap malam senin lantaran kegembiraannya atas kelahirannya Rasulullah, lalu bagaimana dengan orang islam yang tidak menyekutukan Allah dan merasa gembira atas kelahirannya Rasulullah dan mau menyerahkan apa yang dimilikinya demi kecintaan kepada Rasul? Kiranya, balasan Allah Swt. Lebih patut ialah surga, tempat kenikmatan yang abadi. Itulah diantara keagungan dari memperngati Maulid Nabi Muhammad Saw.

Pringatan maulid Nabi Saw. Akan menjadi lebih baik bila kita mau mencontoh peringatan yang diadakan oleh para ulama terdahulu, yaitu dengan menyelenggarakan suatu acara yang islami, bersedekah menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim, serta menampakkan perasaan bahagia atas kelahiran beliau dan mengikuti segala ajarannya, menyelenggarakan pengajian dan ceramah-ceramah agama.


Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Bentuk-bentuk lain yang berupa kemaksiatan dan kemungkaran dalam memperingati maulid Nabi Saw. Harus dijauhi dan ditinggalkan. Karena peringatan dalam bentuk itu tidak lagi di perbolehkan dan haram hukumnya. Seperti misalnya pentas music yang tidak islami, berjoget yang membangkitkan nafsu, mabuk-mabukan, bercampurnya laki-aki dan perempuan yang bukan hak dan mahramnya, berjudi dan lain-lin. Semua itu merupakan bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang dilarang oleh agama. Menyumbangkan dana untuk keperluan kegiatan tersebut juga dilarang, sebab hal itu termasuk membantu terselenggaranya kemaksiatan.


Allah Swt berfirman:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Artinya:
"Dan janganlah kalian tolong-menolong atas perbuatan dosa dan permusuhan." (QS. Al-Maidah:2).

Memperingati maulid Nabi Saw. Dengan disertai kemaksiatan dan kemngkaran merupakan sebuah kenifakan yang sangat kontradiktif dengan tujuan asalnya. Hal itu sama dengan menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan isinya, lahirnya memperingati kelahian Rasulullah dengan rasa cinta dan pengagungan beliau, namun isinya berbentuk perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh beliau. Maka, hal ini dapat pula disebut sebagai menyalahi etika atau su'ul adab terhadap Rasul atau bahkan termasuk bentuk penghinaan yang menyakiti beliau. Karena penghinaan bukan hanya berupa ucapan, namun juga bisa ber bentuk perbuatan yang tidak sesuai atau berlawanan dengan ajaran islam yang dibawa beliau. Bagi yang melakukan deikian, mendapatkan laknat Allah Swt dan diancam dengan siksaan yang menghinakan. Pehatikanlah firman Allah Swt. berikut ini:

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

Artinya:
"sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan melaknati mereka dan menyediakan bagi mereka siksa yang menghinakan." (QS. Al-Ahzab:57).


Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Apabila kita mengakui banar-benar sebagai umat Muhammad Saw. Senantiasa taat dan tunduk akan syariat dan ajarannya, maka dalam kesempatan memperingati hari-hari bersejarah bagi beiau lebih dahulu hendaklah kita niatkan sebagai bukti syukur atas anugrah Allah yang telah menunjukkan jalan keselamatan melalui utusan-Nya; juga hendaklah kita niatkan sebagai penghormatan atas kecintaan kepada beliau, dengan tujuan agar lebih benyak lagi memperoleh suri teladan dari kisah perjuangan beliau untuk kita terapkan dalam perjalanan hidup kita sehari-hari dan agar mendapatkan syafa'at beliau.

Marilah kita jadikan bulan kelahiran nabi Muhammad Saw. Ini sebagai tolak peningkatan aktivitas kesalehan dan pengabdian yang benar kepada Allah Swt. Dengan cara inilah kita akan memperoleh janji Allah yang berupa kebahagiaan dunia akhirat dan terhindar dari ancaman siksa-Nya yang amat pedih.

Akhirnya, sebagai penutup khotbah ini kami mengajak saudara-saudara untuk senatiasa menaati Nabi Muhammad Saw. Sebagai utusan Allah yang terakhir yang ajaran dan syariatnya berlaku sampai akhir zaman.

Degan menaati ajaran Nabi Muhammad Saw. Berarti kita telah menaati Allah dan Rasul-Nya dan terpelihara diri kita dari kesesatan. Allah Swt. berfirman:

مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

Artinya:
"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling dari (ketentuan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pelihara bagi mereka." (QS. An-Nisa':80).


Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Barbahagialah orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan mengikuti beliau, sehingga Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa mereka, dan kelak bisa berkmpul bersama beliau di surga. Amin.

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,9-id,36218-lang,id-c,khotbah-t,Memperingati+Kelahiran+Nabi+Muhammad+Saw-.phpx
*****
Rabiul Awal, Kelahiran Rasulullah Saw


Tanggal 17 Rabiul Awal tahun 53 sebelum Hijriah, berdasarkan sebagian besar riwayat sejarawan Islam, Nabi Muhammad Saw terlahir ke dunia. Ayah beliau bernama Abdullah yang berasal dari kabilah Bani Hasyim dan ibu beliau bernama Aminah. Sebelum dilahirkan, Muhammad Saw telah kehilangan ayahnya yang meninggal dunia akibat sakit dan ketika berusia enam tahun, ibu beliau juga berpulang ke rahmatullah.

Muhammad Saw kemudian diasuh oleh kakek beliau, Abdul Mutthalib, namun dua tahun kemudian kakek beliau wafat dan Muhammad Saw diasuh oleh paman beliau, Abu Thalib. Sejak muda, Muhammad Saw sudah digelari al-Amin karena kejujurannya yang amat dikenal masyarakat.

Sejak muda pula, beliau sering menyendiri di gua Hira' untuk bertafakur dan menjauhkan diri dari kehidupan jahiliah kaumnya. Ketika Muhammad Saw berusia 40 tahun, Allah Swt mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu dan memberi kabar mengenai pengangkatan beliau sebagai Rasulullah. Sejak itu, Muhammad Saw melaksanakan tugasnya sebagai rasul penyampai petunjuk Allah, dengan mengalami banyak penderitaan akibat penentangan dari kaum Musyrik. Kini agama Islam telah tersebar ke berbagai penjuru bumi dan menjadi agama terbesar di dunia.


Imam Jakfar Shadiq Lahir

Tanggal 17 Rabiul Awal tahun 83 Hijriah, Imam Jakfar Shadiq as, cucu Rasulullah generasi kelima, terlahir ke dunia di kota Madinah. Sampai usia 12 tahun, beliau diasuh oleh kakek beliau, Imam Sajjad as, dan sembilan belas tahun kemudian dilaluinya di bawah bimbingan ayah beliau, Imam Muhammad Baqir as.

Imam Jafar Shadiq as hidup di masa ketika Dinasti Bani Umayah sedang mengalami kemunduran dan Dinasti Bani Abbasiah mulai merebut kekuasaan. Masa itu dimanfaatkan oleh Imam Jakfar Shadiq untuk menyebarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam yang murni dan hakiki.

Selain menguasai ilmu dan makrifat Islam, Imam Jakfar Shadiq juga menguasai ilmu kedokteran, kimia, matematika, dan bidang-bidang ilmu lainnya. Pada masa hidupnya, Imam Jakfar Shadiq as merupakan sumber rujukan ilmu dan beliau dikunjungi banyak orang dari berbagai penjuru dunia untuk meminta jawaban atas berbagai persoalan ilmu. Tercatat ada empat ribu murid yang belajar kepada Imam Shadiq, di antaranya Jabir bin Hayyan, seorang kimiawan muslim terkenal. Imam Shadiq as gugur syahid pada tahun 148 Hijriah. (IRIB Indonesia)

Sumber: IRIB-Indonesia
*****

NABI MUHAMMAD SAW, MANUSiA SEMPURNA


Bangsa Quraisy

Bangsa Quraisy dipandang sebagai salah satu bangsa yangdihormati dan disegani di antara bangsa-bangsa yang ada di semenanjung Arabia.Quraisy sendiri terbagi ke dalam berbagai suku. Bani Hasyim adalah salah satusuku terhormat di antara suku-suku yang ada. Qushai bin Kilab adalah nenekmoyang mereka yang bertugas sebagai penjaga Ka'bah.

Di tengah warga Makkah, Hasyim dikenal sebagai orang yangmulia, bijaksana, dan terhormat. Ia banyak membantu mereka, memulai perniagaanpada musim dingin dan musim panas supaya mereka mendapatkan penghidupan yanglayak. Atas jasa-jasanya, warga kota memberinya julukan "sayid"(tuan). Julukan ini secara turun-temurun disandang oleh anak keturunan Hasyim.

Setelah Hasyim, kepemimpinan bangsa Quraisy dipercayakankepada anaknya yang bernama Muthalib, kemudian dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib adalah seorang yang berwibawa. Pada masanya,Abrahah Al-Habasyi menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka'bah, namun berkatpertolongan Allah SWT, Abrahah dan pasukan gajahnya mengalami kekalahan. Tahunpenyerbuan itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Gajah. Dan sejak peristiwaitu, nama Abdul Muthalib pun semakin terpandang di kalangan kabilah Arab.

Abdul Muthalib mempunyai beberapa anak. Di antara mereka,Abdullah-lah anak yang paling saleh dan paling dicintainya. Pada usia 24 tahun,Abdullah menikah dengan perempuan mulia bernama Aminah.

Dua bulan setelah Tahun Gajah, Aminah melahirkan seoranganak. Ia memberinya nama Muhammad. Sebelum kelahiran Muhammad, ayahnya Abdullahmeninggal dunia. Tak lama setelah melahirkan, sang ibu pun menyusul suaminyakembali ke alam baka. Maka, sejak awal kelahirannya, Muhammad sudah menjalanihidupnya sebagai anak yatim.

Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua yang dicintainya,Muhammad diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Berkat anugerah dan rahmatdari Allah SWT, Muhammad tumbuh menjadi dewasa dengan kesucian jiwa yangterpelihara.

Warga kota Makkah begitu mencintainya, bahkan merelakanbarang-barang mereka berada di bawah pengawasan Muhammad. Atas kejujuran dansifat amanah yang ditunjukkannya, mereka memberinya gelar "Al-Amin",yakni orang yang tepercaya.

Dengan bekal iman yang teguh, Muhammad membantu orang-orangfakir, membela orang-orang yang tertindas, membagikan makanan kepada merekayang lapar, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, dan berusaha memberikan jalankeluar atas masalah-masalah yang mereka hadapi.

Ketika beberapa orang pemuda menggalang sebuah gerakan yangdikenal dengan nama "Sumpah Pemuda" (Hilful Fudhul), segeraMuhammad pun bergabung bersama mereka, karena gerakan itu sejalan dengan perilaku luhur dan tujuan-tujuannya.

Pada suatu waktu, Abu Thalib, paman Muhammad, menasehatinyauntuk ikut berniaga dengan kafilah dagang Khadijah, seorang wanita Makkah yangkaya dan terhormat. Kemudian, Muhammad pun ditunjuk untuk memimpin kafilahdagang tersebut.

Selama bergabung dalam kafilah dagangnya, Khadijahmenyaksikan dari dekat kejujuran, keteguhan, dan keutamaan perilaku Muhammad.Tak segan lagi Khadijah melamarnya. Muhammad menerima lamaran itu. Dan tak lamakemudian, mereka pun melangsungkan pernikahan.

Dari perhikahan itu, mereka dikaruniai seorang anakperempuan yang diberi nama Fatimah, yang dari keturunannya lahirlahmanusia-manusia suci.


Hajar Aswad (Batu Hitam)

Sepuluh tahun setelah pernikahan itu, banjir besar melandakota Makkah yang merusak sebagian besar bangunan Ka'bah. Warga kota bermaksuduntuk memperbaikinya.

Untuk mencegah perseturuan yang bakal terjadi, perbaikan itudilakukan oleh berbagai suku yang ada di kota secara gotong royong. Namun,tatkala perbaikan telah selesai, tibalah saatnya untuk meletakkan Hajar Aswad.Ketika itu, masing-masing bangsa mengaku paling berhak untuk meletakkan batuitu.

Perang hampir saja terjadi. Tiba-tiba Muhammad munculmemberi sebuah usulan, dengan menanggalkan jubahnya dan meletakkan Hajar Aswadtepat di tengah-tengahnya, lalu setiap kepala suku memegang tepi jubah itu,lantas membawanya bersama-sama ke tempat asalnya.


Wahyu Pertama

Menginjak usia 40 tahun, Muhammad diangkat sebagai nabi.Suatu hari, ketika beliau sedang melakukan ibadah di gua Hira, datanglahMalaikat Jibril as membawa wahyu dari Allah dan menyapanya, "Iqra! Bacalah dengan namaTuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari gumpalandarah. Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Mahamulia. Dialah yang mengajarkan ilmudengan pena. Dialah yang telah mengajarkan kepada manusia akan segala yangtidak diketahuinya."

Sejak itu, Muhammad terpilih untuk mengemban risalah Allahsebagai Rasulullah saw di tengah umat manusia di seluruh dunia.

Di awal-awal kenabian, Rasulullah saw berdakwah secararahasia. Pada saat itu, hanya beberapa orang saja yang mau menerima Islam.Orang pertama yang mengakui Muhammad sebagai Rasulullah saw ialah istri beliau,Khadijah, kemudian disusul oleh sepupunya, Ali bin Abi Thalib.

Tiga tahun lamanya Islam terus menyebar di kalangan rakyatmiskin kota Makkah. Setelah itu, Allah SWT memerintahkan Rasulullah saw untukmelakukan dakwah secara terang-terangan, mengajak manusia menyembah Tuhan YangEsa dan memulai perang suci melawan para penyembah berhala.

Tugas dakwah merupakan tugas yang penuh resiko dan bahaya.Sebab, para pemimpin kabilah telah sekian lama larut dalam kenikmatan berupakedudukan dan menjadikan orang-orang sebagai budaknya.

Mereka khawatir bahwa dakwah Rasulullah saw akan merongrongkekuasaan mereka. Selain itu, tugas dakwah akan menjumpai kesulitan-kesulitandalam pelaksanaannya, karena berhala-berhala itu telah lama dijadikansesembahan oleh mereka.

Rasulullah saw tidak mengenal toleransi. Ia memilih untukmemikul tugas ini untuk mengesakan Tuhan dan menegakkan undang-undang Tauhid dimuka bumi.

Masyarakat yang sebelumnya menghormati dan santun terhadapNabi saw, kini berbalik membenci dan memusuhi dakwah beliau dengan harta. Namunusaha mereka gagal.

Kemudian, permusuhan mereka berlanjut dengan menyiksa danmenjarah harta-harta milik Nabi saw. Namun, usaha mereka ini pun tidak berhasiluntuk menahan laju dakwah suci beliau.

Kaum kafir Makkah tidak pernah lelah untuk mengubahpendirian Rasulullah saw. Mereka meningkatkan permusuhannya dan mengusir beliaubeserta keluarga dan sahabat-sahabatnya keluar dari Makkah, lalu mengurungnyadi ladang Abu Thalib hingga sebagian mereka yang bersama Rasul di dalamnya matikelaparan.

Mereka bahkan memperketat pengurungan ladang itu sehinggamakanan dan minuman tidak dapat ditemui oleh Nabi beserta pengikutnya yangsetia. Beberapa penduduk yang ikut Nabi mempertaruhkan hidupnya untukmenyelundupkan makanan dari kota di kegelapan malam.

Waktu berlalu begitu cepat. Kaum kafir menyerah pada tekaddan kegigihan yang ditunjukkan oleh kaum muslimin. Mereka memutuskan untukmembunuh Rasulullah saw.

Untuk itu, mereka memilih pemuda-pemuda terkuat darikalangan keluarga dan suku mereka dengan memberikan upah yang tinggi kepadasiapa yang berhasil membunuh beliau. Mereka menetapkan untuk menyergap kediaman Nabi saw pada malam hari.


Hijrah ke Madinah

Rencana keji itu diketahui oleh Rasulullah saw melalui wahyuyang disampaikan Malaikat Jibril as. Beliau memilih sepupunya Ali bin AbiThalib untuk menggantikannya tidur di atas ranjang beliau dengan mempertaruhkanhidupnya demi keselamatan beliau.

Beliau hijrah dari Makkah ke Madinah di kegelapan malam.Kaum musyrikin telah berkumpul untuk membunuh Nabi saw. Betapa terkejutnyamereka, tatkala mendapati Ali di atas ranjang Rasul saw. Mereka segera mengejarbeliau. Namun pengejaran itu gagal. Mereka pun kembali ke Makkah dengan tanganhampa.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, Nabi saw tibadi Quba, sebuah tempat di dekat kota Madinah. Penduduk desa menyambutkedatangan beliau. Dengan suka cita beliau berencana membangun tempat salat danmenyusun tugas-tugas dakwah.

Pembangunan masjid Quba berjalan lancar. Nabi saw turuntangan langsung dalam menyelesaikan pembangunannya. Sesudah itu, beliaumelakukan salat Jumat dan berdiri sebagai khatib. Inilah salat Jumat yangpertama kali dilaksanakan oleh beliau.

Rasulullah saw menetap di Quba untuk beberapa saat sambilmenyampaikan ajaran-ajaran Allah. Di sana pula beliau menantikan kedatangan Aliyang ditinggalkannya di kota Makkah untuk menunaikan titipan dan amanat kepadapemiliknya masing-masing. Hingga akhirnya Ali pun datang ke Quba bersama kaumwanita keluarga Bani Hasyim.

Rasulullah saw memasuki kota Yatsrib, dan sejak saat itupula nama kota itu berubah menjadi Madinatur-Rasul atau Madinah Al-Munawarah.Penduduk kota menyambut beliau dan sebagian kaum Muhajirin yang menyertainyadengan begitu hangat dan meriah. Setiap penduduk berlomba meminta beliau untukduduk di rumah mereka. Kepada mereka semua, beliau berkata, "Berilah jalankepada untaku ini. Aku akan menjadi tamu orang yang di depan pintunya unta iniberhenti."

Si unta berjalan dan melintasi jalan-jalan kota Madinah,hingga ia menghentikan langkahnya dan bersila di depan pintu rumah Abu AyyubAl-Anshari. Di rumah itulah Rasulullah saw dijamu.

Sesampainya di Madinah, pertama yang dilakukan oleh Rasulullahsaw ialah pembangunan masjid sebagai pusat dakwah dan pengajaran. Nabi jugasegera menyerukan perdamaian serta persaudaraan antara dua bangsa; Aus danKhazraj, yang telah berperang selama bertahun-tahun akibat hasutan yangdilancarkan oleh orang-orang Yahudi Madinah.

Dalam rangka mengikis habis akar-akar pembeda antara kaumMuhajirin yang datang dari Makkah dan kaum Anshar sebagai penduduk asliMadinah, Rasulullah saw mempersaudarakan mereka satu persatu, sehingga kaumMuhajirin tidak menjadi beban kaum Anshar di kemudian hari dan mereka dapathidup bersama dengan rukun dan damai.

Orang-orang Yahudi Madinah memandang persaudaraan itu denganpenih kedengkian. Mereka selalu berusaha menyulut semangat perpecahan dikalangan kaum muslimin. Sementara Rasulullah saw memadamkan api pertikaian,mereka malah giat mengobarkannya.


Peralihan Kiblat

Pada awalnya, Rasulullah saw melakukan salat dan ibadah kearah Masjid Al-Aqsa di Jerusalem. Itu berlanjut selama 13 tahun di Makkah dan17 bulan di Madinah.

Kaum Yahudi pun mengadap masjid Al-Aqsa dalam salat-salatmereka. Karena ini pula mereka selalu mencemooh kaum muslimin, "Jika benarkami dalam kesesatan, lalu mengapa kalian mengikuti kiblat kami."

Hingga pada suatu hari, turunlah wahyu yang memerintahkanRasulullah saw agar kaum muslimin menghadap Ka'bah Masjidil Haram dalam setiapsalat mereka.

Perintah ini sungguh memukul kaum Yahudi. Merekabertanya-tanya tentang sebab peralihan kiblat kaum muslimin. Mereka tidak sadarbahwa peralihan kiblat ini merupakan ujian bagi kaum muslimin sendiri, sehinggadapat dikenali siapa yang mentaati dengan siapa yang menentang Rasulullah saw.


Peperangan Rasulullah saw

1. Perang Badar

Rasulullah saw mengadakan perjanjian gencatan senjata dengankabilah-kabilah tetangga guna melindungi kota Madinah dari segala ancaman makardan penyerangan.

Sementara itu, Quraisy Makkah melakukan penjarahan atasharta-harta umat Islam di kota itu. Rasulullah saw pun berpikir untuk merebutkembali harta-harta itu dari mereka. Untuk itu, beliau memutuskan untukmenyerang kafilah-kafilah pedagang kafir Quraisy.

Demikianlah awal meletusnya bentrokan senjata antara kaummuslimin dan kaum musyrikin di suatu tempat dekat sumur Badar. Oleh karena ini,peperangan pertama di antara mereka ini dinamai perang Badar.

Kaum muslimin mampu memenangkan peperangan itu secaragemilang. Nama mereka pun mulai terpandang dan disegani di semenanjung Arabia.


2. Perang Uhud

Bagi kaum musyrik Quraisy, kemenangan kaum muslimin padaperang Badar itu malah membuat hati mereka terbakar kemarahan. Tak ayal lagi,Abu Sufyan mulai mengitung hari untuk melancarkan pembalasan dendam. Bahkan iamelarang perempuan-perempuan Quraisy menangisi korban perang Badar, supaya apidendam tetap membara di dalam jiwa-jiwa mereka.

Sementara di Madinah, kemenangan gemilang kaum musliminmeresahkan kaum Yahudi. Segera mereka mendekati orang-orang Quraisy danmenghasut mereka untuk menuntut dendam atas kaum muslimin.

Untuk itu, salah seorang Yahudi bernama Ka'ab bin Asyrafbertolak ke Makkah. Setibanya di sana ia membacakan syair-syair danmengulang-ulangnya, hanya untuk membakar emosi kaum Quraisy.

Hasilnya, kaum Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Nadwah,dan sepakat dendam mereka untuk menyerang Madinah. Di sana mereka punmenghitung biaya yang akan dikeluarkan pada pertempuran mendatang itu. Biayanyaditaksir mencapai 50.000 Dinar. Sejak itu, mereka mulai mempersiapkanpersenjataan dan meminta bantuan dari kabilah-kabilah yang bermukim di sekitarMakkah.

3000 pasukan Quraisy bersenjata lengkap bertolak ke Madinahmelalui padang sahara. Abu Sufyan menjadi panglima perang dan Khalid bin Walidmemimpin pasukan. Abbas bin Abdul Muthalib yang merahasiakan keislamannyamengirimkan kurir untuk menyampaikan pesan ihwal rencana penyerangan itu.

Setelah menerima pesan dari pamannya, Rasulullah saw segeramengadakan musyawarah yang menyepakati untuk menyambut lawan di luar kota.

7 Syawal tahun ke-3 Hijriah, tepatnya pada hari Sabtu pagi,pasukan kaum muslimin bergerak meninggalkan Madinah menuju gunung Uhud. Atas perintahRasulullah saw, mereka mendirikan tenda-tenda tidak jauh dari barisan musuh.

Rasulullah saw menempatkan Abdullah bin Jabir bersama 50orang lainnya yang dilengkapi busur dan anak panah untuk berada di atas bukit.Beliau memperingatkan mereka untuk tidak beranjak dari puncak bukit itubetapapun resiko yang akan menghadang, apakah menang atau kalah dalampeperangan. Setelah itu, pasukan yang membawa bendera Tauhid dan pasukan yangmengusung bendera Syirik berhadapan satu sama lainnya. Pertempuran itu dimulaioleh Abu Umair dari Quraisy.

Pada awal-awal pertempuran, tentara Islam bertarung dengangagah berani dan membuat tentara kafir hampir kalah. Namun kemudian, keadaanjustru berbalik. Pasukan panah yang mengawasi medan perang itu melihatsaudara-saudaranya memukul mundur pasukan musuh. Mereka pun turun meninggalkanbukit untuk memungut ghanimah (harta rampasan perang). Merekalalai terhadap perintah Rasulullah saw untuk tidak beranjak dari posisi mereka.

Khalid bin Walid memanfaatkan kelengahan kaum muslimin. Iadan pasukannya berbalik mengitari gunung kemudian menyerang kaum muslimin yangsedang sibuk mengumpulkan ghanimah itu dari arah belakang. Banyak pasukanIslam tewas karena ketidaktaatan mereka kepada Rasulullah saw. Ada sekitar 70pejuang kaum muslimin syahid dan selebihnya ada yang melarikan diri dari medanpertempuran.

Perang berakhir dengan kemenangan berada di pihak musuh.Rasulullah saw dapat diselamatkan berkat kesetiaan Ali bin Abi Thalib sertabantuan pasukan muslimin lainnya. Ali beserta pasukan Islam lainnya berhasilmengejar dan membunuh beberapa tentara musuh.

Dengan kegigihan mereka, kota Madinah selamat daripenyerbuan kaum kafir itu. Namun demikian, perang Uhud ini telah memberikanpelajaran ketaatan dan kesetiaan yang tak terlupakan oleh kaum muslimin.


3. Perang Khandaq

Orang-orang Yahudi yang terusir dari Madinah akibatpermusuhan dan pengkhianatan mereka sendiri, tidak tinggal diam melihat keadaankaum muslimin. Pemimpin mereka melakukan pendekatan dengan pemimpin-pemimpinQuraisy di Makkah, sambil melancarkan hasutan supaya mereka mengadakanperlawanan terhadap kaum muslimin. Pemimpin Yahudi itu berjanji untuk menyokongbangsa Quraisy dengan segala kekuatan yang ada.

Sebagai hasil dari pendekatan ini, berbagai bangsa, suku,dan kelompok bersekutu untuk mengangkat senjata melawan umat Islam. Oleh karenaitu, peperangan ini dikenal sebagai perang Ahzab, yaitu perang gabunganbeberapa bangsa melawan Islam.

Pasukan bersenjata mereka terdiri dari kaum kafir Quraisy,kaum Yahudi, orang-orang munafik, dan pengkhianat Islam dari Madinah. Merekabertekad bulat untuk menghancurkan Islam.

Pada bulan Syawal tahun ke-5 Hijriah, sebanyak sepuluh ribupasukan sekutu itu berangkat menuju Madinah. Di depan mereka adalah Abu Sufyansebagai panglima perang pasukan sekutu.

Beberapa pasukan berkuda dari kabilah Khuza'i memasuki kotaMadinah dan melaporkan keadaan musuh kepada panglima besar kaum muslimin,Rasulullah saw.

Rasulullah saw memerintahkan pasukannya untuk bersiaga danpara komandan diminta berkumpul untuk memusyawarahkan segala sesuatu yangdiperlukan.

Dalam musyawarah itu, salah seorang sahabat Rasulullah sawyang bernama Salman Al-Farisi mengusulkan untuk menggali parit di sekelilingkota Madinah dan kaum muslimin berlindung di balik galian parit itu. Usulan ituditerima secara mufakat. Maka, sebanyak tiga ribu sukarelawan Islam bekerjasiang dan malam untuk menggali parit sedalam lima meter, selebar enam meter,dan sepanjang dua belas ribu meter.

Beberapa jalur dan jembatan dibuat di atas parit danbeberapa penjaga ditugasi untuk mengawasi kedatangan pasukan musuh. Di balikparit, dibangun pos-pos pertahanan yang di atasnya dijaga oleh pasukanberpanah.

Pasukan kaum musyrikin pun tiba. Mereka melihat galian paritmengelilingi kota yang menyulitkan mereka untuk melintasi dan menyerangorang-orang di seberang parit.

Abu Sufyan segera memanggil Huyay bin Ahthab, pemimpinYahudi dari Bani Nadhir dan memintanya untuk menemui Ka'b bin Asad, pemimpinYahudi dari Bani Quraizhah yang sedang bermukim di Madinah. Ka'b bin Asaddiseru untuk membuka lapang jalan orang-orang Yahudi. Makar ini dimaksudkanuntuk melapangkan jalan orang-orang musyrikin menyerang kaum muslimin.

Cara licik Abu Sufyan ini telah diketahui sebelumnya.Rasulullah saw telah mengambil langkah-langkah preventif dengan menugaskan 500prajurit untuk berpatroli di sekeliling kota. Prajurit itu ditugasi untukmemelihara kota agar stabil dalam keadaan siaga dan waspada. Mereka mewaspadaiorang-orang yang datang dan pergi dari kota. Dengan langkah pencegahan ini,persekongkolan warga kota dengan pihak musuh dapat diatasi.

Ancaman bahaya serangan dari dalam kota berhasil digagalkandan pasukan sekutu itu tetap pada posisi mereka di seberang parit. Mereka tidakberhasil untuk mengecoh kaum muslimin.

Hingga tibalah suatu hari, lima orang gagah berani daripihak musuh melintasi parit. Kelima orang gagah berani itu dipimpin oleh Amrbin Abdi Wud. Di atas kudanya ia berteriak lantang, "Hai orang-orang yangmengaku penghuni Surga, di mana kalian semua? Majulah, sehingga aku dapatmengirim kalian ke Surga."

Tidak satu pun orang yang menjawab tantangan itu, kecualiAli bin Abi Thalib. Ia begitu cepat bangkit dan maju mendekati orang itu. Dansetelah saling adu tantangan, Ali mengayunkan pedangnya dengan sekali tebasanke atas kepala Amr. Setelah Amr tersungkur tewas, Ali mengumandangkan takbir,"Allahu Akbar!"

Salah satu kawan Amr bin Abdi Wud melarikan diri danterjatuh ke dalam parit. Ali tidak memberikan kesempatan kepada lawan dansegera menghabisinya. Sedangkan ketiga sahabat Amr yang lain berhasil melarikandiri dari kejaran Ali.

Peristiwa di atas ini begitu menggugah keimanan dankeberanian umat Islam, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah saw, "Sekalitebasan pedang Ali jauh lebih berharga daripada ibadah tujuh puluh tahunseluruh manusia dan jin."

Demi menjaga semangat pasukannya, Khalid bin Walid bersamabeberapa pasukan berkuda, pada hari berikutnya, mencoba untuk melewati parit.Namun, pasukan muslimin terlalu tangguh untuk mereka hadapi. Mereka hanyaberusaha dengan mengepung kota.

Di tengah pengepungan, Nu‘aim bin Mas‘ud yang terkenaldengan kecerdikannya memutuskan untuk masuk Islam. Rasulullah saw menyuruhnyaagar merahasiakan keimanannya, hingga ia bisa memperdaya kaum musyrikin danmenebarkan perpecahan dari antara mereka dan kaum Yahudi.

Sama seperti Nu‘aim, Khuzaifah Al-Yamani menyusup dikegelapan malam ke dalam jajaran musuh sampai menembus jantung kekuatan mereka.Di dalamnya ia berusaha mengendurkan tekad perang, hingga berhasil mematahkansemangat juang mereka.

Sampai pada suatu malam, badai besar berhembus, belum lagiudara yang semakin dingin menggigilkan. Tak pelak lagi, semangat pasukanmusyrikin menjadi luluh lantak. Ditambah perselisihan di antara mereka semakinmeluas setelah melihat pengepungan yang tidak membuahkan hasil.

Sebelum terjadi perkembangan pertempuran yang mengecewakan,Abu Sufyan segera meninggalkan medan tempur secara diam-diam di kegelapanmalam. Panglima musyrikin itu beserta pasukannya kembali ke Makkah denganperasaan malu.

Ketika pasukan muslimin terbangun di pagi hari, merekamenyaksikan laskar kafir telah meninggalkan medan pertempuran. KetikaRasulullah saw mendengarkan berita tentang kaburnya musuh, beliau memerintahkanpasukannya untuk meninggalkan pos-pos pertahanan dan kembali ke kota.


Nasib Bani Quraizah

Setelah meraih kemenangan gemilang pada perang Ahzab,Rasulullah saw membawa pasukannya mendekati benteng pertahanan Bani Quraizah.Pasukan Islam memaksa mereka menyerah, setelah mengepung benteng mereka selamadua puluh lima hari.

Karena menderita kekalahan, Bani Quraizhah memohon agardapat meninggalkan kota Madinah. Akan tetapi Rasulullah saw menolaknya, sebabjika sampai lolos meninggalkan kota, mereka akan membuat persekongkolan lagidan menciptakan peperangan baru, sebagaimana Bani Nadzir yang memicu untukmeletuskan perang Khandaq.

Akhirnya, orang-orang Yahudi yang licik itu harus kecewapada keputusan itu. Sa'ad bin Mu'adz menyampaikan maklumat bahwa orang-orangyang berkhianat dan membantu pihak musuh selama pererangan harus dibunuh danharta kekayaan mereka harus dirampas.


Perjanjian Hudaibiyah

Derita kekalahan kafir Quraisy dan kedigjayaan kaumMuslimin, khususnya penaklukan Bani Musthaliq sampai menyebabkan mereka masukagama Islam, telah menggelapkan mata kaum kafir Quraisy.

Pada bulan Dzulqaidah tahun ke-7 Hijriah, Nabi Muhammad sawbeserta 14000 laskar Islam bergerak menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Kepergian Rasulullah saw ke tanah suci tidak hanya untukkeperluan ibadah saja, namun juga untuk kepentingan politik. Haji beliau kaliini bertujuan untuk menjadikan status kewarganegaraan kaum muslimin disemenanjung Arabia menjadi benar-benar diakui. Dengan demikian, kaum musliminberhak untuk bermukim di sepanjang tanah Arab tanpa harus takut diusir.

Kaum kafir Quraisy menerima kabar bahwa Rasulullah saw akanberkunjung ke Baitullah Ka'bah. Mereka bersumpah di hadapan berhala-berhalauntuk tidak membiarkan beliau memasuki kota Makkah.

Kafir Quraisy mengutus Khalid bin Walid beserta dua ratuspasukan berkuda untuk menghadang Rasulullah saw bersama pasukannya.

Saat itu, Rasulullah saw telah sampai di daerah Hudaibiyahmelalui jalan berbeda untuk menghindari pertempuran dan peperangan yang mungkinmengintai setiap saat. Segera beliau mengutus salah seorang sahabat untukmengintai pasukan Quraisy dan meyakinkan mereka bahwa Rasulullah saw besertakaum muslimin datang hanya untuk menunaikan ibadah haji saja. Sahabat ituditugaskan untuk meyakinkan para pemimpin Quraisy bahwa kedatangan Rasulullahsaw kali ini tidak untuk berperang. Namun, mereka malah berlaku kurang ajarterhadap utusan beliau.

Rasulullah saw meminta baiat (sumpah setia) kepada sahabatagar tetap setia dan rela berkorban kepada beliau di bawah pohon. Ketika halini diketahui oleh kafir Quraisy, mereka sangat geram sekaligus malu, sehinggadiutuslah Suhail sebagai wakil mereka untuk berunding.

Kaum kafir Quraisy tidak menghendaki kaum muslimin memasukikota Makkah dan menunaikan ibadah haji pada tahun ini dan segera pulang keMadinah. Apabila mereka mau menunaikan haji pada tahun depan, kaum muslimintidak diperbolehkan untuk membawa senjata. Selama masa haji itu, pihakQuraisylah yang bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan harta dan jiwakaum muslimin.

Perjanjian ditandatangani dengan lima butir kesepakatan,meskipun beberapa orang Islam kecewa. Puncak kekecewaan mereka tunjukkan dengankeberatan terhadap keputusan-keputusan Rasulullah saw. Mereka mengira bahwapenandatanganan perjanjian itu adalah suatu aib yang memalukan umat Islam,khususnya pada satu butir kesepakatan yang menyatakan bahwa jika seorang muslimlari dari Makkah lalu sampai di Madinah, maka ia akan dipulangkan ke tempatasalnya. Sebaliknya, orang muslim Madinah yang masuk Makkah tidak boleh kembalike Madinah.

Kekecewaan itu sebenarnya tidak berdasar. Mereka tidakmengerti bahwa keuntungan perjanjian itu sesungguhnya merupakan awal daripenaklukan kota Makkah kelak.

4. Perang Khaibar

Pada awal bulan Rabiul Awal tahun ke-7 Hijriah, Rasulullahsaw beserta 1600 kaum muslimin bertolak dari Madinah menuju Khaibar. LaskarIslam di bawah komandan beliau menyerang musuh dengan tiba-tiba dan denganmudah merebut tanah Raji' yang terletak di antara Khaibar dan Ghathafan.

Panglima besar laskar Islam, Rasulullah saw menerapkanstrategi militer yang jitu. Sehingga antara orang-orang Yahudi Khaibar denganorang-orang Arab Ghathafan tidak dapat saling membantu satu sama yang lain.

Laskar Islam mengepung benteng Khaibar pada malam hari.Mereka mengambil posisi di tempat strategis yang tersembunyi di balik tanamanpalem. Dengan mudah mereka menguasai lembah Khaibar. Kemudahan ini berkatkeberanian dan ketulusan mereka dalam berkorban.

Sayangnya, dua lembah strategis yang menjadi markas kaumYahudi tidak dapat dikuasai. Kaum Yahudi itu mempertahankan benteng merekamati-matian dengan melepaskan anak-anak panah ke arah pasukan muslimin.

Rasulullah saw memerintahkan Abu Bakar memimpin pasukantempur, namun tidak berhasil menaklukkan benteng itu. Pada hari kedua, Umar BinKhatab ditunjuk sebagai komandan tempur, namun ia juga tidak berhasil. Diseberang sana, kaum Yahudi Khaibar terus saja memperolok kaum muslimin.

Melihat kegagalan kaum muslimin merebut benteng tersebut,Rasulullah saw bersabda, "Besok aku akan memberikan bendera Islam inikepada orang yang hanya kembali bila benteng pertahanan Yahudi itu telahdikuasai."

Seluruh sahabat menantikan fajar tiba untuk menyaksikansiapa gerangan orang yang beruntung itu. Masing-masing memimpikan menjadipemegang bendara esok hari.

Pada pagi harinya, Rasulullah saw memanggil Ali. Beliaumenyerahkan bendera Islam itu kepadanya dan menugaskannya untuk menaklukkanlembah Khaibar. Rasulullah saw berdoa untuk kesuksesan Ali.

Ali menerima tugas ini dengan penuh semangat. Ia bersamapasukannya bergerak mendekati pintu gerbang Khaibar. Pintu gerbang itu dijagaoleh dua saudara yang gagah berani, Haris dan Marhab. Mereka menyerang pasukanAli dengan garang sampai tunggang-langgang menyelamatkan dirinya masing-masing.

Sebagai komandan perang, Ali segera menghadang keduabersaudara itu. Dengan kegagahan dan keperkasaannya, ia mampu menghempaskankedua orang Yahudi itu.

Kematian mereka membuat orang-orang Yahudi yang berada dibalik benteng menjadi ketakutan dan panik. Mereka cepat-cepat menutup pintugerbang dan bersembunyi di baliknya. Pasukan muslimin yang tadinya kocar-kacirmelarikan diri, setelah melihat keunggulan Ali, segera kembali dan bersiaga dibelakang sang komandan. Ali maju mendekati pintu gerbang itu dan mengangkatnyalepas dari benteng.

Sementara kaum Yahudi tercengang menyaksikan kekuatan dankeberanian Ali hingga mereka menyerah takluk, Ali melemparkan pintu itu ke atasparit untuk dijadikan jembatan yang kemudian dilalui pasukan muslimin.Demikianlah mereka berhasil dengan mudah memasuki dan menduduki Khaibar,benteng kokoh orang-orang Yahudi itu.

Sama seperti kaum Yahudi, kaum muslimin pun takjub dihadapan kekuatan Ali. Mereka bertanya-tanya satu sama lain, bagaimana Ali bisamelakukannya. Tujuh orang muslim sempat mengangkat pintu itu, namun pintu itutak bergeser sedikit pun.

Tentang kekuatannya, Ali menuturkan, "Aku tidak mampumerobohkan gerbang itu dengan kekuatan manusia biasa. Tapi aku melakukannyadengan kekuatan Allah SWT."

Akhirnya, pasukan muslimin menguasai seluruh benteng yangada di sekitar Khaibar dan menaklukkan orang-orang Yahudi. Sisa-sisa orang Yahudimemohon kepada Rasulullah saw untuk diperbolehkan tinggal. Mereka ingin tetapdapat mengolah tanah tersebut untuk pertanian dan perkebunan. Mereka berjanjiakan menyumbangkan setengah dari hasil panen itu kepada kaum muslimin. Beliaumengabulkan permohonan itu.


Tanah Fadak

Berita tentang penaklukan Khaibar terdengar oleh orang-orangYahudi yang bermukim di Fadak. Mereka menjadi sangat risau dan ketakutan.Orang-orang Fadak itu mengutus wakil mereka untuk bertemu dengan Rasulullah sawdengan membawa pesan akan perlunya dibuat suatu perjanjian. Mereka lalumenyerahkan separuh wilayah Fadak kepada beliau yang kemudian dihadiahkannyakepada putrinya, Fatimah agar dapat dikelola untuk menutupi kebutuhan rumahtangganya dan keperluan orang-orang miskin.

Sesudah perang Khaibar, Rasulullah saw bertolak menuju Wadi Qura (lembah Qura) yang menjadi pusatpemukiman Yahudi. Beliau dan pasukan muslimin mengepung pemukiman itu danbegitu cepat ditaklukkan. Beliau berjanji untuk mengembalikan tanah Yahudi itukepada pemiliknya, dengan syarat bahwa separuh dari hasil pertanian itu harusdiserahkan kepada kaum muslimin. Hal ini berlaku sebagaimana pengembalian tanahdi lembah Khaibar, yakni separuh hasil pertanian itu harus diserahkan kepadakaum muslimin.

Perjanjian ini dilakukan untuk mengaktifkan sektor ekonomidan mampu menghasilkan kesejahteraan umat Islam, sehingga mereka dapatmempersiapkan diri dan hartanya jika ada seruan perang.


5. Perang Mu'tah

Sebelum meletusnya perang Mu'tah, Rasulullah saw mengutusHarits bin Umair kepada penguasa Syiria dengan maksud mengajaknya menerimaIslam. Namun pihak penguasa berlaku kurang ajar. Mereka menahan dan membunuhduta Islam itu.

Setelah peristiwa ini, Rasulullah saw masih mengutus enambelas duta Islam (da'i) untuk mengajak penguasa Syiria dan rakyatnya kepadaIslam. Sayangnya, mereka juga dibunuh. Dari enam belas orang duta itu, hanyasatu orang yang mampu meloloskan diri dan kembali ke Madinah.

Segera ia melapor kepada Rasulullah saw. Beliau sangatterpukul mendengar hal itu. Pembantaian terhadap para duta itu membuat beliaumengeluarkan perintah untuk berjihad. Beliau menghimpun 3000 pasukan padaJumadil Tsani tahun ke-8 Hijriah.

Sebelum pasukan muslimin meninggalkan Madinah, Rasulullahsaw memberikan pengarahan kepada mereka, "Yang akan memimpin pasukanpertama kali adalah Ja'far bin Abi Thalib. Jika sesuatu menimpanya, maka tampukkepemimpinan diserahkan pada Zaid bin Haritsah. Dan jika terjadi sesuatu padaZaid, maka Abdullah bin Ruwahah yang menjadi pimpinan kalian. Dan jika Abdullahbin Ruwahah juga menjumpai kesyahidannya, maka pilihlah komandan di antarakalian."

Setelah mendapatkan pengarahan dari penglima besar mereka,berangkatlah pasukan itu di bawah komando Ja'far bin Abi Thalib. Ketika pasukanmuslimin sampai di dekat kota Ma'an, mereka mendapat berita bahwa Kaisar Romawitelah mengirim 100000 pasukannya ditambah 100000 orang Arab yang berada dibawah kekuasaannya.


Perang Yang Tak Seimbang

Laskar musuh yang berjumlah 200000 pasukan itu berhadapandengan 3000 pasukan muslimin. Setelah berhadap-hadapan, perang pun meletus.Ja'far bin Abu Talib bertempur dengan gagah berani sampai darah penghabisan. Iagugur sebagai syahid.

Pucuk pimpinan segera diambil oleh Zaid bin Haritsah. Zaidpun bertempur dengan gagah berani. Namun, ia pun mati syahid. Setelah gugurnyaZaid, Pasukan muslimin dipimpin oleh Abdullah bin Ruwahah yang juga berakhirdengan kesyahidannya.

Dengan gugurnya para komandan mereka yang gagah berani itu,kaum muslimin segera memilih Khalid bin Walid untuk memimpin pasukan. Khalid segeramenarik pasukannya dari medan pertempuran dan menyelamatkan prajurit dari medantempur.

Pada sore harinya, Khalid merencanakan penarikan seluruhpasukan dari medan pertempuran dan memimpin mereka bergerak menuju Madinah.


Penaklukan Kota Makkah

Penarikan mundur pasukan muslimin dari medan pertempuranMu'tah telah membuat kafir Quraisy semakin berani dan congkak. Mereka berpikirbahwa kaum muslimin telah kehilangan daya dan kekuatan tempur. Oleh karena itu,mereka mengkhianati perjanjian Hudaibiyah. Dengan bantuan sekutu-sekutunya,mereka menyerang dan membunuh banyak kaum muslimin yang berasal dari BaniThaif.

Abu Sufyan tahu betul bahwa kaum muslimin tidak akan tinggaldiam dan mereka segera mengirimkan jawaban atas pengkhianatan ini. Abu Sufyan mengharapbisa bertemu dengan Rasulullah saw di Madinah dan meminta maaf atas trageditersebut.

Masih di hadapan Rasulullah saw, Abu Sufyan meminta agarbeliau tetap mau memegang perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi, beliau menampikpermintaan itu, sehingga Abu Sufyan kembali ke Makkah dengan kecewa.

Segera Rasulullah saw memerintahkan pasukannya untuk siaga.Sebanyak 10000 laskar kaum muslimin menyatakan siap sedia untuk mengambilbagian dalam peperangan selanjutnya. Beliau menugaskan sejumlah prajurit agar berjaga-jagadi sekeliling kota untuk mencegah siapa saja yang hendak meninggalkan kota danmeyebarkan berita kepada kafir Quraisy dalam hal ini.

Tetapi seorang pengkhianat keji bernama Hathibmembocorkannya kepada kaum musyrik Makkah. Dengan dalih risau akan keselamatankeluarganya, Hatib mengutus seorang kurir wanita untuk menyebarkan berita ini.

Niat busuknya segera diketahui. Surat yang berisi bocorantentang persiapan kaum muslimin berhasil digeledah. Rasulullah sawmemerintahkan seluruh kaum muslimin untuk melakukan pemboikotan sosial terhadapHathib, si pegkhianat Islam itu. Sesungguhnya hukuman boikot itu lebih burukdaripada hukuman mati.

Pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah, Rasulullah sawmemerintahkan pasukannya dan sebagian kaum muslimin untuk bergerak cepat.Mereka harus sampai di kota Makkah dalam waktu satu minggu. Beliau besertapasukan dan seluruh kaum muslimin yang menyertai beliau mendirikan tenda didekat kota Makkah.

Rasulullah saw memberikan komando kepada pasukan musliminuntuk berpencar pada malam hari dan menyalakan api unggun di mana-mana. Pihakmusuh berfikir bahwa sebuah pasukan besar telah tiba dari Madinah. Musuh punmenjadi ketakutan. Mereka menyangka bahwa pasukan dalam jumlah raksasa akanmenyerang.

Malam harinya, gurun di sekeliling kota Makkah menjaditerang benderang dengan nyala api unggun di mana-mana. Suara riuh danslogan-slogan kaum muslimin berkumandang, unta-unta dan kuda-kuda meringkik.Ketika Abu Sufyan beserta sekelompok Quraisy datang menyaksikan hal ini, iamerinding ketakutan. Ia menyampaikan kepada kaumnya bahwa ia tidak pernahmenyaksikan pasukan sebesar ini selama hidupnya.

Abu Sufyan datang menjumpai Abbas bin Abdul Muthalib untukmeminta usulan darinya. Dengan maksud untuk berdamai, Abbas membawanya datanguntuk menemui Rasulullah saw, sang panglima tertinggi kaum muslimin.

Demi kemaslahatan dan kejayaan Islam, Rasulullah sawmengatakan kepada Abu Sufyan agar dapat meyakinkan penduduk kota Makkah, bahwasiapa saja yang mencari perlindungan hendaknya memasuki rumah Abu Sufyan.Setelah mendengar pandangan Rasulullah saw, ia bertolak kembali ke Makkahdengan membawa ampunan dari beliau.

Sesampainya di Makkah, Abu Sufyan mengingatkan penduduk kotabahwa kaum muslimin akan datang dengan pasukan raksasa. Untuk menghindaripertumpahan darah, maka sebaiknya mereka menyerah dan membiarkan kaum musliminmemasuki kota Makkah.

Akhirnya kota Makkah dapat dikuasai dengan damai tanpaadanya pertumpahan darah.


Pengampunan Umum

Sekelompok kaum muslimin, khususnya para pengungsi yangpernah diperlakukan secara kejam oleh Quraisy, berniat menuntut balas terhadaporang-orang Makkah yang menyiksa dan mengusir mereka dari kota.

Akan tetapi, Rasulullah saw mengumumkan "PengampunanUmum" untuk warga makkah, bahkan untuk mereka yang telah melakukanpenyiksaan dan pengusiran terhadap kaum muslimin.

Setelah merobohkan semua patung dan berhala satu persatu,Rasul saw memerintahkan Bilal untuk menaiki Ka'bah dan mengumandangkan gemaTauhid: "Allahu Akbar, Lailaha illallah, Muhammad rasulullah".


6. Perang Hunain

Setelah kejatuhan pusat kekuatan kaum musyrikin oleh kaummuslimin, para penyembah berhala itu tetap diperbolehkan tinggal di sekelilingKa'bah. Mereka merasa malu dan bagitu ketakutan. Oleh karena itu, merekamengundang kabilah masing-masing untuk berkumpul.

Mereka memutuskan bahwa untuk mengalahkan kaum muslimin,hendaknya mereka bersekutu dalam menghancurkan pasukan muslimin itu. Dalampertemuan itu, diputuskanlah kepala kabilah Hawazin sebagai panglima mereka.

Mendengar berita ihwal pertemuan itu, Rasulullah sawmengirimkan seorang mata-mata untuk mengintai keadaan musuh dan mencariinformasi tentang kesepakatan perang yang ditandatangani oleh kabilah-kabilahitu. Mata-mata itu berhasil mendapatkan informasi dan segera melaporkannyakepada beliau.


Persiapan Menjelang Perang Hunain

Mendapatkan berita tentang rencana penyerangan tersebut,Rasulullah saw tidak tinggal diam. Panglima besar kaum muslimin itu segeramemerintahkan pasukannya untuk bersiaga dan bergerak menuju lembah Hunain. Parapejuang itu bergerak pada 5 Syawal tahun 8 H.

Malik, panglima tentara kafir, mengutus tiga orangprajuritnya untuk memata-matai pasukan muslimin. Mereka menyaksikan kehebatanpasukan muslimin dan melaporkan hasil pengintaiannya itu kepada Malik. Iamerasa bahwa mereka tidak memiliki daya untuk menghadapi pasukan muslimin. Ialalu memerintahkan pasukannya untuk menaiki bukit yang berada di lembah itu,sehingga mereka mendapatkan posisi yang strategis. Dari puncak bukit itu merekaberencana untuk menyergap jika pasukan musuh terlihat.

Pasukan muslimin tiba di lembah Hunain pada malam Selasatanggal 10 Syawal. Pasukan Islam beristirahat di tempat itu. Rencananya, merekaakan bergerak memasuki lembah Hunain pada Shubuh hari.

Pihak musuh yang telah siaga menyambut kedatangan merekadengan bersembunyi di balik ilalang. Setelah melihat musuh menampakkan diri,mereka lalu menyergap dari empat penjuru.

Di tengah kegelapan malam, kuda-kuda yang ditunggangipasukan muslimin itu membuat kegaduhan. Kegaduhan ini menjadi ramai olehsekitar 2000 muallaf (muslim baru). Para muallaf itu melarikan diri, dipimpinoleh Khalid bin Walid. Pelarian diri itu telah membuat musuh menjadi tambahsemangat untuk menceraiberaikan pasukan muslimin.

Hanya 10 orang sahabat yang bersiaga di samping Rasulullahsaw. Merekalah yang membela beliau dari ancaman pedang musuh. Beliaumemerintahkan mereka untuk lari mencari pertolongan. Abbas berteriak dengansuara lantang, memanggil sahabat-sahabat yang melarikan diri itu. Musuh yangpada awalnya meraih kemenangan itu, lambat laun menjadi lemah akibat kembalinyapasukan muslimin yang melarikan diri tadi.

Walhasil, benteng pertahanan musuh dihancurkan. Musuh laritunggang langgang meninggalkan peralatan tempur mereka. Rasulullah sawmemerintahkan beberapa orang sahabat untuk mengejar musuh yang melarikan dirisehingga mereka menjadi tidak berdaya. Maksud pengejaran ini adalah agar tidaktersisa lagi musuh yang bisa melakukan perlawanan militer di kemudian hari.

Para sahabat yang mengejar musuh itu berhasil menunaikantugas mereka. Atas keberhasilan pasukan muslimin menaklukkan musuh, Rasulullahsaw kemudian membagikan harta rampasan perang kepada kaum muslimin.


7. Perang Tabuk

Pada bulan Rajab tahun ke-9 H, Rasulullah saw menerimalaporan bahwa kaum muslimin yang bermukim di barat daya perbatasan Arabia,mendapat ancaman dari kekaisaran Romawi dan berniat untuk menyerangwilayah-wilayah Islam.

Setelah mempersiapkan pasukan, Rasulullah saw mengumumkan rencananyakepada khalayak ramai. Cara ini berbeda dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatsebelumnya. Dahulu, beliau merahasiakan niatnya. Kali ini beliau memberitahukankepada khalayak secara terbuka.

Masyarakat mempersembahkan segala sesuatu yang diperlukanoleh pasukan muslimin. Mereka dengan antusias dan penuh semangat mengorbankanharta, bahkan kaum wanita merelakan simpanan perhiasan mereka untuk digunakandalam peperangan.


Makar Kaum Munafik

Bersamaan dengan bergeraknya pasukan muslimin, orang-orang munafikmulai menebarkan hasutan, menciptakan semangat anti perang dan menanamkan rasatakut dalam diri pasukan muslimin akan kehebatan pasukan Romawi.

Mereka melakukan berbagai cara, di antaranya ialah membangunsebuah masjid dengan nama "Masjid Dhirar" sebagai pusat penyebaranpropaganda anti perang itu. Mereka berharap agar orang-orang tidak ambil bagiandalam jihad itu.

Syukurlah, berkat kesigapan dan ketegasan, Rasulullah sawberhasil menggagalkan persekongkolan orang-orang munafik itu.

Atas perintah Rasulullah saw, rumah tempat berkumpulnyaorang-orang Yahudi dan kaum munafik itu dibakar oleh massa. Dengan carademikian ini, persekongkolan yang mereka galang berhasil ditumpas.


Persiapan Perang Tabuk

Sebanyak 30000 pasukan muslimin meninggalkan kota Madinah.Jumlah pasukan ini adalah yang terbesar dari yang sebelumnya. Rasulullah sawsendiri yang menjadi panglima pasukan itu. Beliau memeriksa persiapan-persiapanpasukannya. Setelah itu, panglima muslimin itu berpidato di depan pasukannya.

Beliau menunjuk Ali bin Abi Talib sebagai pemimpin diMadinah selama kepergiannya beserta pasukan muslimin ke Tabuk.

Mereka tiba di padang Tabuk yang panas membara setelahmenempuh perjalanan sejauh 600 kilometer. Namun, mereka terkejut setibanya ditempat itu. Mereka tidak melihat tanda-tanda pasukan Romawi.

Sepertinya, pihak musuh telah mengetahui gerakan pasukanmuslimin yang penuh semangat untuk mati syahid. Pemimpin Romawi memutuskanuntuk menarik mundur pasukannya dari arah utara.

Pasukan muslimin berdiam di Tabuk selama 20 hari sebelumkembali ke Madinah, tanpa terjadi pertempuran apa pun.


Persekongkolan Kaum Munafik

Sekembalinya dari Tabuk, sekelompok orang munafik memendamniat jahat kepada Rasulullah saw. Mereka bermaksud untuk membunuh panglimaorang-orang pencinta kebenaran itu. Kaum munafik yang ikut serta dalamperjalanan ke Tabuk itu hanyalah didorong oleh rasa takut kepada kaum musliminlainnya.

Mereka ingin menakut-nakuti unta tunggangan Rasulullah sawdengan bersembunyi di balik bukit. Bila beliau terjatuh, mereka mudahmembunuhnya. Tapi niat keji itu tersingkap dan membuat orang-orang munafikmelarikan diri. Pasukan muslimin ingin segera menghabisi hidup kaum munafikitu, namun Rasulullah saw meminta mereka untuk membiarkannya.

Sekembalinya dari Tabuk, Rasulullah saw memerintahkan kaummuslimin untuk menggusur Masjid Dhirar. Perintah ini beliau sampaikan setelahmenerima wahyu dari Allah SWT.

Peperangan Tabuk merupakan unjuk kekuatan pasukan muslimin.Seluruh kaum muslimin mengambil bagian dalam pertempuran ini.

Melihat kekuatan yang begitu besar, negara-negara tetanggadan orang-orang kafir menjadi enggan terlibat dalam persekongkolan untukmerongrong pemerintahan Islam.


Pembersihan Orang-orang Kafir

Hingga tahun ke-9 Hijriah, orang-orang kafir masihmenunaikan ibadah Haji sesuai dengan kebiasaan nenek moyang mereka. Pada tahunyang sama, surat Al-Bara'ah atau At-Taubah diturunkan.

Rasulullah saw mempercayakan surat itu kepada Ali dibacakandi hadapan orang-orang kafir Makkah. Beliau memerintahkan Ali untukmenyampaikan, "Tidak diperbolehkan orang-orang kafir memasuki rumah suciKa'bah, terhitung sejak hari ini. Dan mulai hari ini, tidak diperbolehkan untukmelaksanakan ibadah di sekitar Ka'bah dengan telanjang."

Sesuai perintah Rasulullah saw, Ali berangkat menuju Makkahdan membacakan surat Al-Bara'ah yang baru saja diturunkan, dan ditujukan kepadaorang-orang kafir itu agar menghentikan kemusyrikan mereka.

Di tengah para jemaah haji, Ali menyerukan, "Wahaisekalian manusia, tidak akan ada orang kafir yang masuk surga, tidak akan adaorang musyrik yang berhaji setelah tahun ini, tidak akan ada orang telanjangyang bertawaf, dan siapa saja yang punya perjanjian damai dengan Rasulullah,maka ia punya kesempatan sampai berakhirnya masa perjanjian itu."


Mubahalah (Saling Memohon Kutukan dari Allah SWT)

Rasulullah saw mulai mengirimkan surat kepadapenguasa-penguasa yang ada di dunia. Beliau mengirimkan surat kepada keuskupandi Najran dan mengajak orang-orang Kristen yang ada di sana untuk memelukIslam. Bila menolak, mereka diharuskan untuk membayar jizyah (pajak) sebagai bentuk dukungan merekakepada pemerintahan Islam.

Sang uskup telah membaca ihwal kedatangan seorang nabi barusetelah Isa putra Maryam as. Dia juga mengetahui kedatangannya melalui KitabSuci Nasrani. Kemudian dia segera mengirimkan utusan ke Madinah untuk mencaritahu kebenaran berita itu.

Sesampainya di Madinah, mereka memulai dialog denganRasulullah saw pada kesempatan itu, beliau menjelaskan ajaran-ajaran Islam yanglurus, sementara mereka menanyakan ihwal Nabi Isa Al-Masih as, “Apakah ia anakAllah ataukah anak Maryam?”

Rasul saw menjawab, "SesungguhnyaIsa Al-Masih tidak lain adalah rasul Allah, sama seperti rasul-rasul yang telahmendahuluinya, dan ibunya adalah wanita tepercaya. Mereka berdua memakanmakanan." (QS. Ali‘Imran: 59), "Dan ihwalIsa di sisi Allah seperti Adam yang telah diciptakan Allah dari tanah, laluberkata kepadanya, 'Jadilah', maka terjadilah ia." (QS. Ali ‘Imran: 61).

Namun, utusan Najran sebanyak 60 orang itu tetap sajamenolak untuk beriman kepada Rasul saw.

Malaikat Jibril as. turun menyampaikan wahyu dari Yang MahaKuasa kepada Nabi saw. Dalam wahyu tersebut, Allah menyerukan beliau danorang-orang Najran untuk bermubahalah, yakni memohon kepada Allah SWT agarmengutuk siapa yang sebenarnya berdusta.

Ketika saat mubahalah itu tiba, Rasulullah saw hanya membawaempat orang keluarganya dari Ahlulbait, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.Sewaktu orang-orang Nasrani itu melihat beliau datang beserta rombonganpilihannya, pemimpin Nasrani itu berkata, "Demi Tuhan! Saya meyaksikanwajah-wajah yang jika mereka memoon kepada Allah untuk menumbangkan sebuahgunung, niscaya gunung itu akan tumbang. Jangan kamu melakukan mubahalah denganmereka. Jika tidak, kamu semua akan musnah dan tak seorang pun Nasrani yangakan tersisa di muka bumi ini."

Akhirnya, mereka setuju untuk membayar pajak. Diputuskanbahwa orang-orang Nasrani akan membayar sebanyak 2.000 Hullas (jubah) dan 30 busurpanah kepada kaum muslimin.


Haji Wada' (Perpisahan)

Pada bulan Dzulhijah tahun ke-10 Hijriah, Nabi sawmengumumkan akan menunaikan haji tahun itu. Beliau berpesan, bahwa siapa sajayang mau menyertainya segera mempersiapkan diri.

Berita ini menciptakan semangat dan kegembiraan di kalangankaum muslimin. Bersama Nabi saw, mereka mempersiapkan diri menyambut pesanbeliau itu. Rasulullah saw menunjuk Abu Dujanah sebagai wakil beliau diMadinah. Beliau beserta sahabat-sahabat lainnya bergegas menuju Makkah.

Rasulullah saw memulai pelaksanaan rukun ibadah Haji diDzulhulaifah dan melantunkan Labaik. Dari Dzulhulaifah, Rasulullah saw bertolakmenuju Makkah.

Setelah sepuluh hari tiba di Makkah, beliau memasukiMasjidil Haram dan melaksanakan rukun-rukun Haji lainnya. Hari berikutnya,beliau menyampaikan pidato di Mina. Beliau bersabda, "Kita membutuhkankemapanan dalam pemerintahan Islam."


Ghadir Khum

Pada hari Kamis, 18 Dzulhijah, Nabi saw tiba di dekat ladangJuhfah. Pada saat itu, malaikat Jibril as menyampaikan wahyu dari Tuhan yangharus beliau sampaikan. Rasulullah saw mengumpulkan para sahabat denganmengatakan bahwa beliau akan mengumumkan suatu pesan yang sangat penting.

Ratusan jamaah Haji berkumpul pada pelaksanaan acara pidatoRasulullah saw. Telinga mereka dipasang baik-baik untuk mendengarkan pesan yangakan disampaikan beliau, "Segala puji dan puja bagi Allah Yang Maha Kuasa.Hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan dan keimanan, Dialah tempat tumpuanhajat manusia. Aku (Muhammad saw) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allahdan Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya.

"Wahai kaum muslimin! Aku segera meninggalkan kaliansemua dan kutinggalkan dua wasiat yang berharga kepada kalian, yaitu Al-Qur'andan Ahlulbaitku. Keduanya tidak akan terpisah satu sama lain sampai kalianmenjumpaiku di telaga Kautsar (pada Hari Pengadilan). Oleh karena itu, jagalahmereka dan jangan kalian tinggalkan. Jika kalian tinggalkan wasiat ini, makakalian akan binasa."

Kemudian beliau meraih tangan Ali bin Abi Thalib danmengangkatnya seraya bersabda, "Barang siapa yang menjadikan aku sebagaipemimpinnya, maka Ali adalah pemimpin kalian sepeninggalku. Ya Allah! cintailahorang-orang yang mencintai Ali dan musuhilah orang-orang yang memusuhi Ali.Tolonglah orang-orang yang menolong Ali dan binasakanlah orang-orang yangmembinasakan Ali."


Wafatnya Nabi Saw

Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan itu, Rasulullahsaw jatuh sakit. Sekelompok orang memanfaatkan keadaan, dan nabi-nabi palsu punbermunculan. Setelah Rasulullah saw mendengar berita ini, beliau memerintahkanuntuk memerangi mereka.

Suatu hari, Nabi saw yang dalam keadaan payah dibantu olehAli bin Abi Thalib guna berziarah ke kuburan sahabat-sahabatnya yang telahgugur di pekuburan Baqi’. Setelah itu, beliau meminta Imam Ali untuk membawanyapulang kembali.

Hari demi hari berlalu, sakit Nabi saw bertambah serius danparah, hingga insan kamil itu menghembuskan nafasnya yang terakhir di pangkuanAli. Manusia suci itu telah kembali menghadap kekasihnya Yang Mahakasih padahari Senin 28 Shafar tahun ke-11 H. Mangkatnya beliau menyebabkan dunia Islamberkabung dan berduka.


Mutiara Hadis Rasulullah Saw

• "Seburuk-buruk manusia di hadapan Allah SWT adalahseorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak mengambil manfaat dariilmu yang dimikinya."

• "Semulia-mulia rumah adalah rumah yang di dalamnyaanak-anak yatim disantuni dengan kasih sayang dan cinta."

• "Barang siapa beriman pada Allah SWT, hari akhir danjanji-janji Allah SWT, hendaknya menunaikan amanat dan janjinya."

• "Tatapan seorang anak kepada orang tuanya karenakasih sayang adalah ibadah."

• "Sahabat yang berbudi luhur dan mulia sungguh lebihberharga daripada harta benda."


Riwayat Singkat Rasulullah Saw
- Nama :Muhammad.
- Ayah : Abdullah bin Abdul Muthalib.
- Ibu : Aminah binti Wahab.
- Kelahiran : Makkah, Sabtu 17 Rabiul Awal, TahunGajah.
- Wafat :Senin, 28 Safar 11 H.Makam : Madinah Al-Munawwarah.

Sumber: http://al-shia.org/html/id/
*****
Sekilas Penjelasan

Tepatnya berapa lama proses turunnya al-Quran baik yang serentak maupun yang secara berangsur?

Pertanyaan:

Tepatnya berapa lama proses turunnya al-Quran baik yang serentak maupun yang secara berangsur?

Jawaban Global:

Turunnya al-Quran secara serentak (daf’i) berlangsung di bulan Ramadhan, di malam Lailatul Qadar. Sebagian riwayat memperkuat anggapan seperti ini bahwa malam Lailatul Qadar ialah malam turunnya keseluruhan al-Quran secara sekaligus dan hal itu terjadi di malam keduapuluh tiga Ramadhan di hari kelimapuluh enam pasca bi’tsat (diangkatnya Nabi Saw secara resmi).

Ulama berbeda pendapat tentang turunnya al-Quran secara bertahap. Namun tampaknya perbedaan ini bermuara pada dua pandangan besar. Pertama turunnya al-quran secara bertahap bersamaan waktunya dengan diangkatnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul (bi’tsah) dan wahyu tersebut terus berlangsung sampai wafatnya Nabi Muhammad Saw. Menurut pendapat yang mashur Rasulullah pada tanggal 27, bulan Rajab bertepatan dengan awal Februari tahun 610 masehi diutus untuk menjalankan misi menyampaikan risalah Allah dan kemudian beliau wafat pada tanggal 28 shafar tahun ke sebelas hijrah.

Pendapat kedua, sekalipun waktunya bersamaan dengan bi’tsah, namun sudah ada beberapa ayat yang diturunkan. Nuzulnya al-Quran secara bertahap sebagai kitab samawi terjadi tiga tahun pasca bi’tsah. Dimulai dari malam laylatul qadar hingga akhir dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.


Jawaban Detil:

Tentang turun al-Quran secara sekaligus secara pasti itu terjadi di malam Lailatul Qadar.[1] Sebab al-Quran sendiri menandaskan[2] bahwa al-Quran ini turun secara sekaligus di malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.

Adapun yang menjadi ikhtilaf adalah di malam keberapa dari malam Lailatul Qadar tersebut al-Quran diturunkan secara sekaligus.[3] Hanya saja kemungkinan yang paling kuat malam itu adalah malam ke duapuluh tiga Ramadhan, sebab banyak riwayat yang menukil tentang malam ini.[4]

Yang kedua, juga masih belum jelas itu terjadi tahun berapa?[5] Malam Lailatul Qadar juga adalah malam mikrajnya Nabi Muhammad Saw. Sebab al-Quran ada dalam ummul kitab (lauh mahfuz) di sisi Allah Swt[6] dan selama manusia belum melakukan mikraj tidak mungkin ia dapat meraih al-Quran pada ummul kitab tersebut. Kita dapat menyimpulkan bahwa turunnya al-Quran dalam sekali waktu di zaman nabi itu terjadi ketika nabi sudah mencapai maqam paling sempurna, jadi kemungkinan besar bahwa turunnya terjadi di awal-awal tahun kerisalahan Nabi Muhammad Saw yaitu sekitar hari ke 56 sejak diangkat sebagai nabi oleh Allah Swt.

Ini adalah waktu yang tepat jika memperhitungkan momen-momen bi’tsah (27 rajab), Lailatul Qadar ( 23 ramadhan), dengan jumlah hari Ramadhan 30 hari dan bulan-bulan Rajab dan Sya’ban.

Terdapat ikhtilaf terkait dengan proses turunnya al-Quran secara bertahap (tadriji)[7] karena ada perbedaan mengenai kapan terjadinya pengangkatan nabi.[8] Pendapat yang paling terkenal adalah nabi Muhamad saw pada hari senin tanggal 27 rajab bertepatan dengan awal bulan februari tahun 610 masehi menerima mandat dari Allah Swt.[9] Saat itu turun lima ayat pertama dari surah al-‘Alaq.[10] Kemudian turun lagi ayat yang lain dan itu terus berlangsung sampai wafatnya nabi Muhammad Saw, yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun.

Sebagian ada yang mengatakan bahwa dari zaman bi’tsah hingga zaman turun al-Quran secara bertahap itu adalah ayat-ayat al-Quran yang jika dihimpun akan menjadi satu kitab al-Quran. Tidak ada bedanya meskipun itu hanya turun lima ayat ketika beliau diangkat menjadi nabi. Namun saat itu beliau belum mendapat tugas untuk menyampaikannya secara meluas.[11]

Rasulullah setelah menyampaikan dakwahnya selama tiga tahun secara sembunyi-sembunyi mendapatkan perintah lagi untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan saat itulah al-Quran kemudian turun sebagai sebuah satu kitab dari langit. Jadi, walaupun kejadian pengangkatan sebagai nabi itu terjadi di bulan rajab namun yang diturunkan secara bertahap, tiga tahun setelahnya dan itu di malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.[12]

Dalilnya, adalah beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa lama waktu yang merentang dalam proses turunnya al-Quran berlangsung selama 20 tahun.[13] Menurut pandangan ini[14] masa turunya al-Quran wahyu sebagai sebuah kitab al-Quran turun di tahun keempat dari kenabian; yaitu sekitar tiga tahun lebih lima puluh enam hari paska bi’tsat dan terus turun hingga masa wafatnya Rasulullah saw yaitu tanggal 28 shafar tahun ke 11 hijriyah.

Kesimpulannya, dan mengingat bahwa sekarang kita telah melewati 1428 tahun sejak hijrah nabi dan bi’tsah nabi kira-kira 13 tahun sebelum hijrah, maka – berdasarkan pendapat pertama - sejak ayat yang pertama turun sampai sekarang telah berlalu 1440 tahun Qamariyah dan kalau mengikuti pendapat kedua kita telah melewati 1437 Qamariyah.

Menurut sebagian para ahli sejarah tahun bi’tsat terjadi di awal Februari tahun 610 hijriyah masehi, atas dasar itu pula kita bisa menghitung awal tahun turunnya wahyu berdasarkan perhitungan tahun masehi. []



Referensi:

[1]. “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah pemberi peringatan.” (Qs, al-Dukhan [44]:3); “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadr al-Qadar.” (Qs. Al-Qadar [97]:1).
[2]. (Beberapa hari yang telah ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Qs. Al-Baqarah [2]:185).
[3]. Tarikh Thabari, jil. 2:300.

[4]. Wasail Syiah, bab 32, Ahkam syahr Ramadhan.
[5]. “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk al-Kitab (Lauh Mahfûzh) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.” (Qs. Al-Zukhruf [43]:4).
[6]. Ayatullah Jawadi Amuli, Tafsir Ma’udhui, jil. 3, hal. 139-153.

[7]. “Dan Kami telah memisah-misahkan ayat-ayat Al-Qur’an itu agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya dengan berangsur-angsur.” (Qs. Isra [17]:106).
[8]. Târikh Ya’qubi jil. 2, hal. 17. Târikh al-Khamis, jil. 1, hal. 280-281. Târikh Abi al-Fadâ, jil. 1, hal. 115.

[9]. Pazuhesyi dar Târikh al-Qur’an hal:36. Jil. 18, hal. 189, hadits ke-21; Furu’ al-Kâfi, jil. 4, hal. 149, hadis ke-1 dan 2; Wasâil al-Syiah, jil. 7, hal. 329, bab 15. Al-Sirah al-Halabiyah, jil. 1, hal. 238; al-Tamhid fii ‘Ulum al-Qur’ân, hal. 100-107.

[10]. Bihârul Anwâr jil. 18, hal. 206, hadis ke-36.

[11]. “Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Qs. Al-Hijr [15]:94). Bihâr al-Anwâr, jil. 18, hal. 53, hadis ke-7 dan hal. 179, hadis ke-10, hal. 177, hadis ke-4, dan hal. 193, hadis ke-29; Tarjameh Ayati, jil. 1, hal. 379. Târikh Ya’qubi, jil. 1, hal. 343; al-Sirah Ibnu Hisyam, jil. 1, hal. 280; al-Manâqib, jil. 1, hal. 40; al-Ghaibah, hal. 217.

[12]. Majma’ Al-Bayan, jil. 2, hal. 276, Al-Itqân, jil. 1, hal. 40; Tafsir Kabir Imâm Razi, jil. 5, hal. 85; al-Manâqib, jil. 1, hal. 150; Syaikh Mufid dar Syarh-e ‘Aqâid Shaduq, hal. 58; Sayid Murtadha pada Jawab al-Masail al-Tarablusiyat al-Tsâlitsa, hal. 403-405.

[13]. Al-Ushul min al-Kâfi, jil. 2, hal. 628, Tafsir ‘Ayyâsyi, jil. 1, hal. 80, hadis ke-184. Shaduq, al-I’tiqâdat, hal. 101; Bihâr al-Anwâr, jil. 18, hal. 250, hadis ke-3, dan hal. 253; al-Itqân, jil. 1, hal. 40 dan 45; Tafsir Syubbar, hal. 350; Mustadrak al-Hakim, jil. 2, hal. 610; Asbab al-Nuzul, hal. 3; al-Bidayah al-Nihayah, jil. 3, hal. 4; Târikh Ya’qubi, jil. 2, hal. 18.

[14]. Untuk telaah lebih jauh, silahkan lihat, Tamhid fi Ulum al-Qur’ân, hal 100-129.
*****
Sekilas Penjelasan Menjelang Kedatangan Nabi Saw.

jelaskan kisah tentang obrolan para malaikat dengan Nabi Ibrahim As terkait dengan kelahiran putranya dan juga tentang azab kaum Luth sebagaimana dikisahkan dalam al-Quran?


Pertanyaan:

Apa isi dan kandungan ayat 69-70 surah Hud?


Jawaban Global:

Al-Quran sehubungan dengan ayat-ayat yang menjelaskan penyampaian berita para malaikat kepada Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah, yang di dalamnya terdapat beberapa persoalan penting dan menarik terkait dengan kepribadian Nabi Ibrahim As sebagaimana berikut:

1. Tatkala para malaikat datang ke hadapan Nabi Ibrahim As, meski mula-mula beliau tidak mengenal mereka, namun beliau menyuguhkan kambing guling yang menunjukkan bahwa beliau gemar melayani tamu.

2. Berita gembira yang diberikan oleh para malaikat kepada Nabi Ibrahim tentang kelahiran Ishak As merupakan sebuah perkara yang mustahil dan tidak sesuai dengan kebiasaan yang ada. Atas dasar itu, Sarah terperanjat dan menyatakan kecil kemungkinan baginya dan bagi Ibrahim As memiliki anak. Tentu saja kemungkinan kecil ini merupakan perkara natural dan dijelaskan berdasarkan kebiasaan manusia; karena itu diriwayatkan tentang Nabi Zakariyah yang juga menghadapi persoalan yang sama. Namun tidak ada satu pun nukilan yang menceitakan protes bahkan perasaan terkejut dari Nabi Ibrahim As dan hal ini merupakan pertanda iman dan kemantapan hati Nabi Ibrahim kepada Allah Swt dan makna khalilullah dapat dipahami dengan lebih baik dengan ayat-ayat ini.

3. Nabi Ibrahim As meminta kepada para malaikat untuk menunda azab kaum Nabi Luth, dengan harapan mereka dapat beriman dan memperbaiki perbuatan mereka yang menunjukkan perasaan risau dan concern Nabi Ibrahim As bahkan bagi para pendosa.


Jawaban Detil:

Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang banyak dinukil kisahnya di dalam al-Quran. Salah satu kisah ini adalah berita gembira yang disampaikan kepadanya dan kepada istrinya berupa kelahiran seorang anak bernama Ishak As dan cucu yang bernama Yakub As.

Di sela-sela ayat ini, terdapat pelajaran-pelajaran dan poin-poin yang banyak dapat diperoleh yang menunjukkan kepribadian tinggi Nabi Ibrahim As. Untuk memaparkan hal ini, kami akan membagi pelajaran-pelajaran itu ke dalam tiga poin sebagaimana berikut:

1. Pertama-tama dalam menukil kisah ini, Allah Swt berfirman:

« وَ لَقَدْ جاءَتْ رُسُلُنا إِبْراهیمَ بِالْبُشْرى قالُوا سَلاماً قالَ سَلامٌ فَما لَبِثَ أَنْ جاءَ بِعِجْلٍ حَنیذٍ. فَلَمَّا رَأى أَیْدِیَهُمْ لا تَصِلُ إِلَیْهِ نَکِرَهُمْ وَ أَوْجَسَ مِنْهُمْ خیفَةً قالُوا لا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنا إِلى قَوْمِ لُوطٍ»

Dan sesungguhnya utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Ibrahim menjawab, “Selamatlah.” Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala ia melihat tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.” (Qs. Al-Hud [11]:69-70).

Dari kata “rusulana” (utusan-utusan Kami) dapat disimpulkan terdapat beberapa malaikat yang datang kepada Nabi Ibrahim As. Adapun tentang berapa jumlah mereka dan siapa saja mereka, terdapat beberepa riwayat dan ucapan yang berbeda-beda dan pada kesempatan ini kami mengira tidak perlu menyebutkannya.[1]

Pada ayat di atas, terdapat pembicaraan tentang suguhan makanan dan demikian juga ketakutan Nabi Ibrahim As terhadap mereka dimana dapat disimpulkan bahwa Ibrahim As tidak mengetahui bahwa mereka itu adalah para malaikat Allah Swt.[2] Karena itu beliau meyiapkan dan menyuguhkan makanan untuk mereka.[3]

Poin menarik lainnya yang dapat disimpulkan dari ayat ini adalah bahwa Nabi Ibrahim sebelum ia mengenal tetamunya, beliau menyiapkan dan menyuguhkan makanan bagia mereka, hal ini menunjukkan bahwa perilaku mulia Nabi Ilahi ini dapat menjadi pelajaran bagi para pengikut al-Quran.

Ayat-ayat sebagai kelanjutannya, menyinggung tentang perbuatan para tamu yang tidak langsung mendatangi hidangan yang telah disediakan dan hal ini pada masa itu bukanlah sebuah perbuatan yang baik, hingga diketahui identias mereka sebagai malaikat dan tidak perlu menyantap makanan, bahkan ketika mereka tidak memiliki kemampuan untuk makan.[4]

2. Pada ayat selanjutnya, sehubungan dengan sebab diutusnya para malaikat ini ke hadapan Nabi Ibrahim. Allah Swt berfirman:

«وَ امْرَأَتُهُ قائِمَةٌ فَضَحِکَتْ فَبَشَّرْناها بِإِسْحاقَ وَ مِنْ وَراءِ إِسْحاقَ یَعْقُوبَ * قالَتْ یا وَیْلَتى أَ أَلِدُ وَ أَنَا عَجُوزٌ وَ هذا بَعْلی شَیْخاً إِنَّ هذا لَشَیْءٌ عَجیبٌ * قالُوا أَ تَعْجَبینَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَتُ اللَّهِ وَ بَرَکاتُهُ عَلَیْکُمْ أَهْلَ الْبَیْتِ إِنَّهُ حَمیدٌ مَجیدٌ»

“Dan istrinya berdiri, lalu tersenyum (lantaran bahagia). Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq, Ya‘qub. Istrinya berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu berkata, “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah yang dicurahkan atasmu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Qs. Al-Hud [11]:71-73).

Ungkapan “fadhaikat” (lalu tersenyum) dapat disimpulkan bahwa Sarah tatkala memahami mereka adalah para malaikat Ilahi dan tidak akan mencelakakan mereka maka ia kemudian senyum simpul menghias wajahnya.1 Akan tetapi terdapat ucapan lain dalam hal ini.[5]

Ayat-ayat ini kembali menunjukkan sisi lain dari makam menjulang Ibrahim As. Berita gembira yang disampaikan para malaikat kepada Nabi Ibrahim dan Sarah merupakan perkara yang hampir mustahil dan berbeda dengan kebiasaan yang ada. Atas dasar itu Sarah terperanjat dan menilai kecil kemungkinan bagi ia dan Ibrahim memiliki anak, dimana tentu saja hal ini merupakan perkara yang wajar dan natural serta dijelaska berdasarkan kebiasaan yang terjadi di kalangan masyarakat; karena itu diriwayatkan bahwa Nabi Zakariah As juga berhadapan dengan janji seperti ini.[6] Namun Ibrahim As diriwayatkan sama sekali tidak menyatakan protes apalagi terperanjat dan hal ini merupakan pertanda kekuatan iman dan kemantapan hatinya kepda Allah Swt. Makna khalilullah yang disematkan kepada Nabi Ibrahim As dapat dipahami dengan baik melalui ayat-ayat ini.

3. Sebagai kelanjutan pembahasan di atas kita kembali kepada Ibrahim:

«فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْراهیمَ الرَّوْعُ وَ جاءَتْهُ الْبُشْرى یُجادِلُنا فی قَوْمِ لُوطٍ * إِنَّ إِبْراهیمَ لَحَلیمٌ أَوَّاهٌ مُنیبٌ* یا إِبْراهیمُ أَعْرِضْ عَنْ هذا إِنَّهُ قَدْ جاءَ أَمْرُ رَبِّکَ وَ إِنَّهُمْ آتیهِمْ عَذابٌ غَیْرُ مَرْدُودٍ».

“Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan kembali kepada Allah. ‘Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.’”(Qs. Al-Hud [11]:74-76).

Terkait degan ungkapan “yujadiluna fi qaumi Luthin” (dia pun bersoal jawab dengan Kami tentang kaum Luth) disebutkan bahwa Nabi Ibrahim meminta kepada para malaikat untuk mengakhirkan azab bagi kaum Nabi Luth dengan harapan mereka [7]dapat beriman dan beramal saleh. Benar, kepribadian dan kedudukan seorang nabi seperti Ibrahim adalah demikian bahwa tatkala ia menerima berita yang menyenangkan, namun pikirannya bersama kaum Luth dan memohonkan kebaikan bagi mereka dan Allah Swt dengan penjelasan ini, “Wahai Ibrahim tinggalkanlah soal jawab ini...” menunjukkan bahwa kaum ini telah sampai pada batasan sehingga tiada harapan lagi yang tersisa untuk mereka dapat kembali dan mereka lebih maslahat berada dalam azab dan kebinasaan.[8]


Referensi:

[1]. Silahkan lihat, Muhammad bin Yakub Kulaini, al-Kafi, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 5, hal. 546, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keempat, 1407 H; Muhammad Baqir Majlisi, Bihar al-Anwar, jil. 12, hal. 88, Dar Ihya al-Turats al-‘Arabiyah, Beirut, Cetakan Kedua, 1403 H; Jalaluddin Suyuthi, al-Dur al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur, jil. 3, hal. 338, Kitabkhaneh Ayatullah Mar’asyi Najafi, Qum, 1404 H.
[2]. Ali bin Husain Alam al-Huda, Tanzih al-Anbiyah, hal. 37, Dar al-Syarif al-Radhi, Qum, 1377 S.
[3]. Akan tetapi sebagian tidak melarang para malaikat menyantap makanan dan atas dasar itu mereka meyakaini bahwa Ibrahim mengetahui bahwa mereka ini adalah para malaikat Ilahi namun demikian ia tetap menyediakan makanan untuknya; Muhammad bin Ali, Ibnu Syahr Asyub Mazandarani, Mutasyabih al-Qur’an wa Mukhtalafuh, dengan pendahuluan oleh Allamah Syahrastani, jil. 1, hal. 221, Intisyarat Bidar, Qum, Cetakan Pertama, 1410 H.
[4]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizan fi Tafsir al-Qura’n, jil. 10, hal. 321, Daftar Instiyarat Islami, Qum, Cetakan Kelima, 1417 H.
[5]. Fadhl bin Hasan, Thabarsi, Tafsir Jawami’ al-Jami’, jil. 2, hal. 156, Intisyarat Danesygah Tehran, Mudiriyat Hauzah Ilmiah Qum, Tehran, Cetakan Pertama, 1377 S.
[6]. Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayan fi Tafsir al-Qura’n, Mukaddimah Muhammad Jawad Balaghi, jil. 5, hal. 156, Nasir Khusruw, Tehran, Cetakan Ketiga, 1372 S; Mulla Muhsin Faidh Kasyani, Tafsir al-Shafi, Riset oleh Husain A’lami, jil. 2, hal. 460, Intisyarat al-Shadr, Tehran, Cetakan Kedua, 1415 H.
[7]. “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang bernama Yahya, yang sebelumnya Kami
*****


Penjelasan Peristiwa-peristiwa dibalik sesudahnya kehadiran Nabi Muhammad Saw

1. Mengapa Allah Swt tidak memerintahkan kepada Nabi Saw untuk melakukan nikah mut’ah? Apakah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As juga pernah melakukan nikah mut’ah?

2. Bagaimana seharusnya umat memahami masjid sebagaimana pemahaman yang berkembang pada masa rasulullah dulu ?

3. Apabila penciptaan manusia terus berlanjut setelah generasi sekarang ini, apakah setiap generasi terdapat khalifatullah seperti Rasulullah Saw? Atau apakah Rasulullah sendiri yang hadir di antara manusia-manusia pada generasi selanjutnya?

4. Adakah riwayat dari Rasulullah Saw berkenaan dengan penyebutan Ali bin Abi Thalib dengan laqab Imam?

6. Apakah Rasulullah Saw dalam perjalanan mikraj bertemu dengan malaikat Malik?

7. Siapa sajakah yang mengaku sebagai nabi di zaman Rasulullah Saw? Mengapa umat Islam membunuh mereka?

8. Ada sebuah hadis yang berbunyi bahwa Rasulullah Saw telah memenggal kepala setan. Seberapa terpercayakah hadis ini? Lalu bagaimana dengan waswas setan?

9. Apakah dua peristiwa bi’tsat dan mikraj Rasulullah Saw terjadi pada satu waktu (27 Rajab)?

10. Apakah Rasulullah Saw bermuka masam ketika melihat seorang fakir di antara para orang kaya?

11. Saya ingin tahu atas dasar apa Ahlusunnah khususnya orang-orang Wahabi berkata bahwa Rasulullah Saw itu maksum hanya ketika menerima wahyu bukan dalam kondisi yang lain?

12. Mengapa pada masa hidupnya Rasulullah Saw tidak menggilir istrinya dengan baik dan para istri beliau mengungkapkan kekecewaan mereka karena persoalan ini. Kemudian ayat turun menyatakan bahwa tidak wajib bagi Nabi Saw untuk menunaikan giliran para istrimu?

13. Mengapa Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As tidak menulis kitab riwayat?

14. Apa pentingnya memberi salam menurut Rasulullah Saw?

15. Apakah Rasulullah Saw dan Ahlulbait itu hidup? Kalau demikian adanya, apa makna hidup itu?

16. Apakah shalawat akan melambungkan derajat dan kedudukan Rasulullah Saw?

17. Mengapa Rasulullah Saw lebih bebas dalam masalah-masalah seksual ketimbang yang lain dan bahkan istri-istri Rasulullah Saw memiliki pelbagai keterbatasan?

18. Para pengikut setiap nabi merupakan orang-orang terbaik umat tersebut. Lantas mengapa Anda orang-orang Syiah memandang kafir para sahabat dan penolong Rasulullah Saw?

19. Bukankah kita bebas untuk memilih agama? Lalu mengapa Rasulullah saw berkata kepada penduduk Yaman untuk memeluk Islam atau membayar jizyah?

20. Pada ayat manakah dalam al-Quran yang menyebutkan salat malam Rasulullah Saw?

21. Bagaimana mengkombinasikan riwayat ini – yang menceritakan bahwa Imam Ali As, paska kelahirannya, melantunkan dan membacakan beberapa ayat dari al-Qur’an di pangkuan Rasulullah – dengan risalah Nabi Saw dan tiadanya pengetahuan beliau atas kandungan al-Qur’an sebelum diturunkannya risalah?

22. Apakah ayat “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar...” diturunkan berkenaandnegan Imam Ali As? Apabila demikian adanya lantas bagaimana penggunaan kata jamak untuk satu orang itu dapat dijelaskan? Terlepas dari ayat ini, apakah realitas sejarah menetapkan persoalan ini bahwa di antara kaum lelaki Ali bin Abi Thaliblah yang pertama kali menyatakan iman kepada Rasulullah Saw? Atau ada orang lain yang memperoleh kehormatan seprti ini?

23. Peristiwa apakah yang telah menimpa Sayidah Fatimah Zahra As setelah wafat Rasulullah Saw ?

24. Bagaimanakah pandangan Rasulullah Saw terkait dengan adab memberikan hadiah kepada orang lain?

25. Apakah hadis ini sahih bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Makanlah apel pada pagi hari sebelum sarapan karena ia membersihkan perut?”

26. Mengapa pada ayat 2 surah Muhammad, “Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka” nama Rasulullah Saw disebutkan dengan lugas? Sementara pada ayat lain tidak demikian?

27. Apa makna sabda Imam Ali As “Thabibun Dawwarun Bithibbihi” yang berbicara ihwal Rasulullah Saw?

28. Apakah riwayat menghafal empat puluh hadis (arba’in) dari Rasulullah Saw merupakan riwayat yang sahih? Tolong Anda sebutkan contoh-contoh empat puluh hadis ini?

29. Apa makna kuniyah itu? Dan apa maksud Abu al-Qasim yang dijadikan sebagai kuniyah Rasulullah Saw?

30. Apakah ayat 144 surah Ali Imran menunjukkan akan kesyahidan Rasulullah Saw?

31. Berapa orang dari sahabat Rasulullah Saw yang gugur sebagai syahid dalam gerakan revolusi Imam Husain?

32. Apakah Jibril hanya turun tatkala menyampaikan wahyu kepada Rasulullah Saw atau ia senantiasa bersama Rasulullah Saw?

33. Apabila Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Jum’at lantas mengapa kita harus berpuasa pada hari Senin?

34. Apakah Rasulullah Saw diciptakan dari cahaya atau dari tanah liat? Apakah seluruh makhluk diciptakan demi Nabi Muhammad? Ataukah Muhammad Saw diciptakan untuk seluruh makhluk?

35. Jenis wilâyah apakah yang dimaksud Rasulullah Saw pada peristiwa Ghadir Khum?

36. Apakah keturunan Rasulullah Saw juga harus membayar khumus?

37. Apakah Rasulullah Saw wajib ditaati sebelum masa diutusnya?

38. Apakah Rasulullah Saw senantiasa melaknat Muawiyah, putra dan ayahnya (Yazid dan Abu Sufyan)?

39. Tolong Anda jelaskan empat mukjizat dari mukjizat Rasulullah Saw yang disebutkan dalam al-Qur’an?

40. Apakah mengirimkan shalawat kepada Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya As ketika kita rukuk dan sujud memiliki keutamaan?

41. Apakah tidak ada sebuah hadis dari Rasulullah Saw yang berbicara tentang Hadhrat Zainab Sa? Mengapa demikian?

42. Mengapa Rasulullah saw melakukan hijrah sendirian? Paska hijrah Rasulullah saw, mengapa kaum musyrikin tidak mengusik dan menyakiti Imam Ali as dan kaum Muslimin lainnya?

43. Saya ingin mengetahui apakah ungkapan “Allah Swt tidak menciptakan satu pun penyakit tanpa ada obatnya” yang disandarkan kepada Rasulullah Saw itu ada benarnya? Bagaimana matan sempurna riwayat ini? Apakah hadis-hadis standar lainnya memuat kandungan yang sama atau tidak?

44. Imam Ali As adalah sahabat, kawan yang senantiasa setia menyertai, penolong dan kerabat Rasulullah Saw atau lebih dari itu?

45. Mengapa Syiah berusaha menampakkan bahwa para sahabat Rasulullah Saw itu adalah orang munafik sementara ayat-ayat surah al-Munafiqun tidak berbicara tentang para sahabat?

46. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa pada hajjat al-wida’ bersabda, “Allah Swt menolong setiap hamba yang mendengarkan ucapanku dan menjaganya kemudian menyampaikannya kepada orang yang tidak mendengarnya.” Apabila para sahabat tidak adil, lantas mengapa Rasulullah Saw mempercayai mereka?

47. Syiah meyakini bahwa kebanyakan sahabat kecuali beberapa orang adalah kafir dan munafik. Apabila memang demikian adanya lantas mengapa mayoritas orang yang bersama Rasulullah Saw pada saat itu tidak memusnahkan mereka?

48. Mengapa Rasulullah Saw melarang menyebut-nyebut garis keturunannya semenjak Hadhrat Adnan hingga Nabi Ibrahim dan semenjak Nabi Ibrahim hingga Nabi Adam?

49. Apakah benar Umar pada hari perdamaian Hudaibiyyah berkata kepada Rasulullah Saw bahwa aku tidak pernah menyangsikan kenabian Rasulullah Saw seperti saat ini?

50. Mengapa kepribadian Rasulullah Saw mengalami perubahan tatkala mencapai kekuasaan?

51. Apakah diwajibkan atau disunnahkan bagi kita untuk menyampaikan shalawat kepadanya ketika mendengar nama Rasulullah Saw atau mendengar ayat shalawat tatkala berada dalam kondisi shalat atau selain shalat?

52. Bagaimana mungkin seluruh wewenang Allah Swt, wewenang Rasulullah dan para Imam Maksum diserahkan kepada seseorang (wali fakih) yang tidak memiliki akses wahyu juga tidak memiliki kemaksuman?

53. Bagaimana hubungan antara Wilâyah Fakih dan Wilâyah Rasulullah Saw serta para Imam Maksum As?

54. Dengan memperhatikan kemaksuman Rasulullah Saw, apakah wilâyah mutlak fakih pada masa kita adalah seperti wilâyah mutlak Rasulullah Saw?

55. Apa maksud hadis Rasulullah Saw yang bersabda “Husain Minni wa Ana Min Husain?”

56. Apakah ada di antara keturunan Rasulullah Saw yang sampai pada makam khalifah (bermakna Amirul Mukminin)? Mengapa?

56. Apakah kelompok Ulyawiyah meyakini bahwa kedudukan Ali bin Abi Thalib As itu lebih tinggi dan lebih mulia dari Rasulullah Saw?

57. Apabila para sahabat Rasulullah pasca wafatnya beliau semuanya telah murtad, lalu bagaimana orang-orang murtad seperti Musailamah dan sebagainya, berperang melawan mereka dan mengembalikannya kepada Islam?

58. Apakah orang-orang Syiah meyakini bahwa Allah Swt menurunkan wahyu kepada Ali melalui Jibril namun sampai kepada Rasulullah Saw secara keliru?

59. Apakah pasca Rasulullah Saw, Ahlulbait seperti anak-anak Ja’far dan anak-anak ‘Ali dan sebagainya juga telah murtad?

60. Apa arti “Fatimah” itu? Dan mengapa Rasulullah Saw memilih nama ini untuk putri tunggalnya?

61. Apa makna klaim orang-orang Syiah bahwa para sahabat telah murtad pasca wafatnya Rasulullah Saw?

62. Apakah benar bahwa sanad hadis-hadis para maksum tidak bersambung kepada Rasulullah Saw?

63. Bagaimana pandangan Syiah terkait dengan masalah khilafah dan pengganti pasca Rasulullah Saw?

64. Apa yang menjadi sebab Rasulullah Saw mati diracun?

65. Rasulullah Saw:”Kebersihan merupakan "bagian dari iman”. Dan di tempat lain juga Nabi Saw bersabda: ”Dengan menikah, sebagian dari imannya menjadi sempurna”. Lantas bagaimana dengan shalat dan puasa?

66. Apakah meminta hajat dari selain Tuhan seperti kepada Rasulullah Saw dan para Imam Ahlulbait As tidak termasuk perbuatan syirik, karena bukankah yang mengabulkan hajat hanyalah Tuhan semata?

67. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya Saw, "Katakanlah, “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku sendiri, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Apakah menuntut syafâ'at, hajat dan kesembuhan dari Rasulullah saw tidak kontradiksi dengan apa yang terdapat pada ayat ini?

68. Apakah pada sebuah riwayat disebutkan bahwa menyampaikan rasa syukur dan pujian kepada Allah Swt dan juga mengirimkan salam dan salawat untuk Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya, akan membuat hajat-hajat manusia terpenuhi di sisi Allah Swt? Apakah hal ini ada benarnya?

69. Dalam riwayat disebutkan Allah Swt melimpahkan dosa-dosa orang-orang Syiah kepada Rasulullah Saw dan kemudian mengampuninya. Ayat yang menyatakan, “Allah hendak mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang) tengah menyinggung persoalan ini! Apakah keyakinan seperti ini ada benarnya? Bukankah keyakinan seperti ini mirip dengan keyakinan orang-orang Kristen terkait dengan penebusan dosa?

No.70 sampai Sekian nanti setelahnya.


Silahkan simak Semuanya berasal dari Rujukan Ahlus sunnah. Mari kita Bahas- satu persatu sesuai dengan No yang telah ditentukan, inilah yang paling panjang:

1. Mengapa Allah Swt tidak memerintahkan kepada Nabi Saw untuk melakukan nikah mut’ah? Apakah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As juga pernah melakukan nikah mut’ah?


Pertanyaan:

Mengapa Allah Swt tidak memerintahkan kepada Nabi Saw untuk melakukan nikah mut’ah? Pada surah al-Nisa tatkala menjelaskan hukum mut’ah, bahkan Allah Swt sendiri tidak mengunakan kalimat perintah? Apakah ada sanadnya yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As bahkan putra-putranya melakukan jenis pernikahan ini? Atau paling tidak memerintahkan orang untuk melakukan mut’ah? Apakah setelah pelarangan Umar dalam urusan mut’ah, tatkala Imam Ali As memegang tampuk pemerintahan, apakah terdapat nash yang tegas yang menyatakan pencabutan pembatasan ini dari sisi Imam Maksum As? Apakah dalam pernikahan mut’ah, pria dapat menikah dengan beberapa wanita pada saat yang sama tanpa ada batasan? Dan memerlukan izin dari istri-istri mut’ahnya?


Jawaban Global:

Pernikahan mut’ah merupakan salah satu tradisi dalam Islam yang dinyatakan kebolehannya dalam al-Quran dan tiada seorang pun yang mengklaim keharusannya sehingga harus dinyatakan dalam bentuk perintah. Ayat mulia ini hanya menjelaskan kebolehan secara syar’i dan kehalalal pernikahan ini sehingga orang-orang beriman dapat melakukannya apabila membutuhkan dan ingin melangsungkan pernikahan dengan model seperti ini.

Sunnah yang baik ini berlangsung di tengah masyarakat Muslim pada masa Rasulullah Saw dan khalifah pertama serta sebagian masa khalifah kedua hingga khalifah kedua sendiri yang melarangnya.

Dalam sejarahnya, para Imam Maksum As senantiasa memotivasi masyarakat untuk melakukan pernikahan ini; karena pada masyarakat di masa itu, sunnah Ilahi ini diharamkan dan diperkenalkan sebagai perbuatan bid’ah sehingga dengan perintah dan pelaksanaannya merupakan sejenis perlawanan atas perbuatan yang digolongkan bid’ah ini. Karena itu, dianjurkannya nikah mut’ah dalam mazhab Syiah adalah disebabkan karena masalah ini yaitu ingin melawan perbuatan bid’ah yang mengharamkam sesuatu yang halal. Hal ini juga telah disebutkan dalam beberapa riwayat.

Sehubungan dengan penentangan Imam Ali As atas larangan khalifah kedua harus dikatakan bahwa Imam Ali As sendiri di Kufah melakukan pernikahan ini.

Dalam praktik nikah mut’ah tidak dibatasi jumlah berapa banyak wanita yang ingin dinikahi secara mut’ah dan izin istri pertama tidaklah menjadi syarat baik itu dalam nikah mut’ah atau nikah daim.


Jawaban Detil:

Pertanyaan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya sebagai berikut:
Islam sebagai agama paling sempurna membolehkan dan mensyariatkan pernikahan sementara (mut’ah) yang boleh jadi disebakan oleh pelbagai persoalan yang dihadapi sebagian orang sehingga tidak mampu melangsungkan pernikahan tetap. Pernikahan mut’ah dapat digunakan sebagai remedi (obat sementara) di tengah masyarakat. Hal ini merupakan salah satu poin positif dan progressif ajaran Islam yang di samping menjawab kebutuhan seksual secara permanen, juga menyodorkan solusi sementara dan beraturan kepada masyarakat.[1] Al-Quran dalam hal ini menyatakan:

«وَ أُحِلَّ لَكُمْ ما وَراءَ ذلِكُمْ أَنْ تَبْتَغُوا بِأَمْوالِكُمْ مُحْصِنينَ غَيْرَ مُسافِحينَ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَريضَةً وَلا جُناحَ عَلَيْكُمْ فيما تَراضَيْتُمْ بِهِ مِنْ بَعْدِ الْفَريضَةِ إِنَّ اللهَ كانَ عَليماً حَكيماً»

“Dan dihalalkan bagimu selain wanita-wanita yang telah disebutkan itu, (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dinikahi, bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikahi secara mut‘ah di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah dosa bagimu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. al-Nisa [4]:24).

Ayat ini merupakan ayat-ayat madani yang diturunkan kepada Rasulullah Saw pada masa-masa pertama Hijrah di Madinah. Pada masa itu, kaum Muslimin melangsungkan nikah mut’ah, namun sebagian dari mereka tidak menyerahkan mahar. Kemudian ayat ini turun yang menyatakan bahwa sekiranya kalian telah nikahi secara mut’ah maka berikanlah kepada mereka maharnya dengan sempurna sebagai sebuah kewajiban.[2]

Nikah mut’ah merupakan salah satu pernikahan yang telah mentradisi pada masa jahiliyah dan sebelum kedatangan Islam. Islam banyak menghapus tradisi-tradisi dan aturan-aturan jahiliyah, namun tetap menerima sebagian darinya dengan syarat-syarat dan pakem-pakem tertentu. Nikah mut’ah merupakan salah satu tradisi yang telah diramu dan diperbaiki dan pada masa-masa itu mut’ah dikenal dengan lafaz dan istilah ini. Ayat pun turun berdasarkan percakapan dan terma yang berkembang pada masyarakat saat itu. Dalam buku “Târikh al-Jahiliyah” sehubungan dengan nikah mut’ah disebutkan, “Nikah sementara di lakukan dalam bentuk akad personal antara pria dan wanita yang tidak perawan pada masa jahiliyah dimana dengan penikahan itu pria menyerahkan sejumlah uang kepada wanita sebagai ganti manfaat yang diperoleh. Pernikahan ini berakhir seiring dengan berakhirnya masa perjanjiannya.[3]

Akan tetapi pada sebagian perkara, terdapat sebagian pria yang tidak menyerahkan mahar atau upah yang telah disepakati. Allah Swt dalam ayat ini mengingatkan penyimpangan ini dan berfirman bahwa apabila kalian telah nikah mut’ah maka hendaknya kalian menyerahkan upah kepada wanita yang telah kalian peroleh manfaat darinya.

Ayat ini berada pada tataran menjelaskan kebolehan, kehalalan, syarat-syarat sahnya pernikahan ini dan bahwa pernikahan ini dipraktikan masyarakat sebelum kedatangan Islam. Allah Swt tetap memperkenalkan pernikahan ini sebagai sesuatu yang halal dan memperbaikinya dengan menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Karena itu, pada ayat ini yang mengemuka adalah pembahasan keabsahan dan kebolehan pernikahan semacam ini bukan keharusan (wujub) dan adanya anjuran melakukannya sehingga tidak perlu dinyatakan dengan kata kerja perintah (fi’il amr).[4]

Kebolehan nikah mut’ah dan syarat-syarat lainnya disebutkan dalam banyak riwayat. Dalam Wasâil al-Syiah terdapat lebih dari 32 hadis dalam masalah ini yang akan kami singgung sebagian di antaranya sebagai contoh:
Imam Shadiq As bersabda, “Nikah mut’ah adalah urusan yang tentangnya (kehalalalnya) diturunkan sebuah ayat al-Quran dan (nikah mut’ah ini adalah) sunnah Rasulullah Saw.”[5]

Imam Shadiq As bersabda, “Barang siapa yang tidak meyakini kehalalan mut’ah maka ia bukan dari kami.”[6]

Sebagian riwayat juga menunjukkan adanya anjuran (istihbâb) atau masalah ini. Karena Syiah memandang bid’ah dalam agama mereka yang mengharamkan nikah mut’ah sehingga dalam Syiah, nikah mut’ah dipandang mustahab sebagai upaya untuk melawan bid’ah ini. Melakukan nikah mut’ah sendirinya merupakan sejenis upaya menghidupkan sunnah Rasulullah Saw. Hal ini berulang kali disebutkan dalam pelbagai riwayat. Misalnya sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa kalian tidak boleh meninggalkan dunia ini kecuali kalian sebelumnya telah menghidupkan sunnah Ilahi ini.[7]

Salah satu syarat dan tipologi nikah mut’ah adalah dibolehkan bagi pria untuk nikah mut’ah lebih dari empat – meski ia telah memiliki istri dari pernikahan daim (permanen). Banyak riwayat yang menyebutkan hal ini. Di antaranya adalah Zurarah yang meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Imam Maksum As, “Berapa orang dibolehkan dalam nikah mut’ah?” “Berapa pun yang engkau suka.” Jawab Imam pendek.[8]

Demikian juga, dari sudut pandang syariat Islam, izin dan restu istri pertama tidak diperlukan baik untuk nikah daim atau nikah sementara,[9] kecuali disyaratkan dan dinyatakan sebelumnya dalam akad.
Sehubungan dengan pertanyaan apakah para Imam Maksum As juga melakukan praktik nikah mut’ah atau tidak? Disebutkan dalam riwayat dari Imam Shadiq As yang bersabda bahwa Rasulullah Saw juga melakukan praktik nikah mut’ah.[10]

Demikian juga sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Imam Ali As menikah mut’ah dengan seorang wanita dari Bani Nahsyal di Kufah.[11]

Dengan memperhatikan riwayat dan nikah mut’ah ini, kemungkinan besar beliau melakukan nikah mut’ah pada masa pemerintahannya di Kufah yang merupakan pusat pemerintahan Imam Ali. Karena sebelumnya Imam Ali tinggal di Madinah. Riwayat ini dapat menjadi dalil atas praktik nikah mut’ah dan menghidupkan secara dengan praktik nikah mut’ah ini.

Di samping itu, Amirul Mukminin Ali As tidak pernah mau menerima sirah Syaikhain (Abu Bakar dan Umar) kecuali dalam pelaksanaan salat tarawih berjamaah yang mula-mula ditentang oleh Imam Ali As; namun masyarakat dengan hiruk pikuk dan melontarkan syiar penentangan sehingga mereka sendiri memilih imam jamaah untuk mereka dan salat ini dikerjakan secara berjamaah.


Referensi:

[1]. Diadopsi dari Pertanyaan 347 (Site: 353), Indeks: Problematikan Pelaksanaan Nikah Mut’ah Di Tengah Masyarakat.
[2]. Muhammad Ridha Dhamiri, Darsnâmeh Fiqh Maqârin, Pasuk be Syubhat-e Fiqhi, hal. 285, Cetakan Pertama, Muassasah Amuzesy wa Pazyuhesy Madzhahib Islami, Qum, 1384 S.
[3]. Umar Farukh, Târikh al-Jâhiliyah, hal. 156, Cetakan Kedua.
[4]. Untuk telaah lebih jauh terkait dengan dalil-dalil ayat ini atas nikah mut’ah dan jawaban-jawaban atas pelbagai syubhat dalam hal ini silahkan lihat, “Darsnâmeh Fiqh Maqârin, Muhammad Ridha Dhamiri, Pasuk be Syubhat-e Fiqhi, hal. 285, Cetakan Pertama, Muassasah Amuzesy wa Pazyuhesy Madzhahib Islami, Qum, 1384 S.
[5]. Wasâil al-Syiah, jil. 21, hal. 6, Muassasah Alu al-Bait, Qum, 1409 H.
[6]. Wasâil al-Syiah, jil. 21, hal. 8.
[7]. Wasâil al-Syiah, jil. 21, hal. 13.
[8]. Wasâil al-Syiah, jil. 21, hal. 18.
[9]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat Pertanyaan 807.
[10]. Wasâil al-Syiah, jil. 21, hal. 13.

«قَالَ الصَّدُوقُ وَ قَالَ الصَّادِقُ ع إِنِّي لَأَكْرَهُ لِلرَّجُلِ أَنْ يَمُوتَ وَ قَدْ بَقِيَتْ عَلَيْهِ خَلَّةٌ مِنْ خِلَالِ رَسُولِ اللَّهِ ص لَمْ يَأْتِهَا فَقُلْتُ فَهَلْ تَمَتَّعَ رَسُولُ اللَّهِ ص قَالَ نَعَمْ وَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ وَ إِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلى بَعْضِ أَزْواجِهِ حَدِيثاً إِلَى قَوْلِهِ ثَيِّباتٍ وَ أَبْكاراً».

 [11]. Wasâil al-Syiah, jil. 21, hal. 10.

«قَالَ وَ رَوَى ابْنُ بَابَوَيْهِبِإِسْنَادِهِ أَنَّ عَلِيّاً ع نَكَحَ امْرَأَةً بِالْكُوفَةِ مِنْ بَنِي نَهْشَلٍ مُتْعَةً.»

(Berbagai-Sumber/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: