Ilustrasi keluarga suci
Oleh: Husein Muhammad Al kaff
Dalam beberapa kitab Hadis Ahlu Sunnah wal Jamaah disebutkan bahwa kedudukan dan peranan Ahlul Bait as. sepeninggal Rasulullah saw. adalah pengawal umat Islam dari kehancuran dan perpecahan, dan penjaga ajaran Islam dari penyimpangan dan bid’ah. Misalnya, Hadis Nabi saw. yang berbunyi, “ Aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang selama kalian berpegangan dengan keduanya, maka kalian tidak akan tersesat; Kitabullah dan ‘itrahku, Ahlul Baitku. Keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga(ku) nanti “ (HR. al Nasa’i dan al Hakim).
Banyak riwayat lain yang sama dengan hadis ini dari sisi makna dan maksudnya, tapi terdapat perbedaan kecil dari sisi redaksinya, atau sabda Nabi yang berbunyi, “ Perumpamaan Ahlul Baitku di tengah kalian seperti bahtera Nabi Nuh; orang yang menaikinya selamat, dan orang yang meninggalkannya tenggelam dan celaka “ (HR. al Hakim ).
Hemat penulis ada dua catatan penting yang perlu dijelaskan berkaitan dengan kedudukan dan peranan Ahlul Bait as.;
1. Rasulullah saw. sangat berkepentingan untuk menyampaikan kepada umat Islam seluruhnya, tidak hanya kepada mereka yang sezaman dengan beliau saja, tentang kedudukan dan peranan Ahlul Bait as. di tengah mereka. Hal itu penting karena, sebagaimana sudah maklum, beliau berdakwah kepada kaum Musyrikin di Mekah selama tiga belas tahun, lalu membangun masyarakat Islam di Medinah selama sepuluh tahun. Selama dua periode itu, beliau mendapatkan berbagai macam tekanan dan tantangan; caci maki, teror mental dan fisik, intimidasi, boikot dan perang dalam jumlah yang banyak. Beliau tidak ingin buah perjuangannya ini rusak dan hancur. Karena itu, dan tentunya atas perintah Allah swt. juga, beliau sebelum meninggalkan mereka untuk selamanya merasa perlu memberikan pedoman kepada mereka agar mereka tetap berada dalam kebenaran dan bersatu padu. Beliau menginginkan agar umat Islam hingga hari kiamat berada dalam kebenaran dan kuat sebagaimana pada masa beliau hidup. Untuk itu dan demi menjaga keutuhan kaum Muslimin dan kelanggengan ajaran Islam, beliau berpesan kepada mereka agar berpegangan dengan dua perkara; Qur’an dan Ahlul bait as.
Saya tidak akan memperdebatkan siapa Ahlul bait itu? Meski terdapat perbedaan tentang siapa mereka, namun yang pasti adalah bahwa Ali bin Abi Thalib, Fathimah, al Hasan dan al Husain merupakan Ahlul bait. Tidak ada yang berselisih di antara para ulama bahwa mereka adalah Ahlul bait. Karena itu kaum Muslimin, sesuai pesan Nabi saw., harus berpegangan dengan mereka jika mereka menghendaki kebenaran di dunia dan keselamatan di akhirat.
2. Manusia adalah makhluk yang mempunyai hak pilih untuk mengikuti kebenaran atau menolaknya. Atas dasar ini, tingkat kepatuhan kaum Muslimin terhadap pesan Nabi saw. agar berpegangan dengan Ahlul bait tidak sama, tapi berbeda-beda bahkan ada yang memusuhi mereka, seperti kelompok Nawâshib. Meskipun sebagian dari mereka tidak mengikuti Ahlul bait, namun kedudukan dan peranan mereka tetap ada, tidak hilang dan sirna. Karena kedudukan dan peranan ini merupakan ketetapan dari Allah swt. yang tidak akan hilang, dan juga hal itu sebagai tugas yang harus diemban oleh mereka. Seandainya mereka ditinggalkan atau diabaikan, maka kedudukan dan peranan ini akan tetap ada dan akan dijalankan oleh mereka.
Sejarah mencatat bahwa Imam Ali bin Abi Thalib as. menghindari pertikaian seputar khilafah sepeninggal Nabi Muhammad saw. Pada saat itu dan beberapa tahun setelahnya, beliau fokus pada penulisan dan penyusunan (kompilasi) mushaf al Qur’an serta menjelaskan penafsiran-penafsirannya. Dalam beberapa kesempatan, beliau sering dimintai pendapat oleh khalifah Abubakar dan khalifah Umar tentang berbagai masalah; teologi, hukum, sosial dan politik. Semua itu beliau lakukan demi menjaga keutuhan umat dan memelihara ajaran Islam dari penyimpangan. Beliau sendiri setelah mengomentari pengangkatan khalifah pertama menyatakan, “ Aku khawatir jika aku tidak membela Islam dan para pemeluknya, maka akan aku lihat padanya sebuah celah atau keretakan yang akan menyebabkan malepataka di dalamnya lebih besar dari pada hilangnya kekuasaan (dariku) “.
Demikian pula Imam al Hasan al Mujtaba as. melakuan sebuah tindakan yang fantastik, yaitu menyerahkan khilafah kepada Muawiyah bin Abu Sufyan, dan beliau memilih untuk mengajar dan mendidik umat di kota Medinah. Tindakan ini beliau lakukan demi menghindari pertumpahan darah dan meredam fitnah yang berkecamuk di tengah kaum Muslimin serta melanjutkan dakwah Islamiyah.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Imam al Husain as. Penolakan beliau atas bay’at kepada Yazid dan kebangkitan beliau untuk melawannya semata-mata demi menjaga agama Islam dan menghidupkan sunnah kakeknya, Rasulullah saw. Beliau telah menyirami pohon Islam dengan darahnya yang suci sehingga agama Islam masih eksis hingga saat ini.
Selain tiga Imam Ahlul Bait tersebut, para imam Ahlul bait yang lain juga melakukan hal yang sama; menjaga keutuhan umat dan memelihara ajaran Islam, dalam konteks waktu dan kondisi yang berbeda. Seperti Imam Muhammad al Baqir as. dan Imam Ja’far al Shadiq as. Mereka berhasil mendidik ratusan ulama dari berbagai bidang ilmu pengetahuan; teologi, hadis, fiqih, mistisisme,sains dan lainnya.
Kesimpulan, Ahlul bait hadir di dunia ini untuk melanjutkan tugas Nabi Muhammad saw. Mereka telah melakukan tugas dan peranan mereka dengan baik. Karena itu, umat Islam telah berhutang budi kepada mereka. Yang harus dilakukan oleh mereka kepada Ahlul bait adalah mencintai dan mengikuti mereka. “ Katakanlah, tidaklah aku meminta upah darinya kecuali mencintai kerabat(ku) “
(Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email