Ustad Taha Abdul Wahab, qori Mesir dan pengajar suara dan nada mengabarkan kesiapannya untuk melakukan pembahasan dengan sejumlah pengajar al-Quran di Iran, dengan tujuan menjelaskan klaimnya dalam menemukan naghom musik Shadi.
Menurut laporan IQNA, Ustad Taha Abdul Wahab salah seorang qori terkemuka Mesir, juri internasional musabaqoh al-Quran yang sampai sekarang telah melakukan banyak riset dalam kancah naghom al-Quran dan menyelenggarakan workshop pelbagai edukasi dalam ranah edukasi suara, nada, dan naghom al-Quran di pelbagai negara.
Riset teknis dan ilmiahnya dalam hal ini menyebabkan ia diberi ijazah doktor naghom al-Quran oleh fakultas telaah al-Quran, yang berafiliasi dengan universitas internasional peradaban Islam Beirut.
Sebuah riset yang karenanya Ustad Taha Abdul Wahab memperoleh ijazah doktor internasional fakultas Beirut, yang bernama Lughat Jadidah li Naghmi al-Qurani (bahasa baru untuk naghom al-Quran), dimana dengan menggunakan bentuk geometris, ia mengonsep bahasa khusus untuk edukasi naghom dan intonasi musik al-Quran dan menggantikan not (alfabet musik).
Aplikasi Naghom Shadi
Namun Ustad Taha Abdul Wahab dengan melihat dirinya memiliki banyak kemahiran dan ketrampilan dalam bidang naghom al-Quran, baru-baru ini mengabarkan penemuan naghom musik baru dengan tema Shadi dan diyakini bahwa aplikasi naghom ini bisa diterapkan dalam ayat-ayat, dimana Allah memerintahkan dan menjadikan Rasulullah, para nabi dan para rasul Ilahi sebagai audiensiNya.
Pemberitaan tentang penemuan naghom musik al-Quran ini mendapat respon dan statemen dari sebagian para qori negara Iran, dimana sebagian naghom tersebut tidak diafirmasi oleh sebagian pengajar al-Quran Iran.
Pandangan Para Pengajar Iran tentang Klaim Ustad Taha Abdul Wahab
Jahanbakhsh Faraji, qori internasional negara Iran dalam merespon klaim ustad Taha Abdul Wahab mengatakan, penggabungan sejumlah naghom bukan berarti penemuan sebuah naghom baru.
Demikian juga Syed Amin Mirzaei, qori dan pakar qiraat juga terkait penemuan naghom musik dalam tilawah al-Quran oleh Ustad Taha Abdul Wahab mengatakan, inovasi naghom musik baru membutuhkan keahlian yang luar biasa dalam musik dan pengalaman panjang dalam bidang naghom.
Pakar al-Quran ini lebih lanjut mengatakan, jika para musisi Mesir mengafirmasi penemuan tersebut, maka tidak lagi membutuhkan afirmasi atau tidak afirmasi dari pihak non Mesir. Kita harus menunggu dan melihat formula naghom tersebut bagaimana dan apa pandangan para pakar Arab.
Namun Ustad Taha Abdul Wahab dengan melihat banyak pengalaman yang ada dalam bidang naghom, nada dan musik al-Quran, naghom musik Shadi dalam tilawah al-Quran dianggap sebagai sebuah penemuan baru dan dengan bertolak bahwa ia dipilih sebagai salah seorang juri internasional musabaqoh internasional wakaf ke 34, memutuskan hadir dalam musabaqoh tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk menjelaskan naghom Shadi kepada para qori Iran.
Dalam hal ini, Ustad Taha Abdul Wahab saat wawancara dengan IQNA mengatakan, saya memutuskan untuk hadir dalam musabaqoh internasional al-Quran ke 34, yang akan diselenggarakan pada bulan-bulan mendatang guna memperkenalkan naghom ini dan saya akan melantunkan ayat-ayat al-Quran dengan naghom Shadi di hadapan para qori Iran, dan meminta pendapat para qori Iran terkait ide dan naghom baru tersebut.
"Para qori Iran harus memperoleh banyak informasi tentang naqhom yang saya beri nama Shadi tersebut,” imbuhnya.
Ustad Mesir ini lebih lanjut dengan menjelaskan setiap naghom memiliki dimensi dan kriteria khususnya mengatakan, semisalnya naghom Shoba digunakan untuk ayat-ayat terkait kesedihan dan kedukaan dan naghom Sika (Segah) termasuk naghom Shad dan naghom Ajam juga untuk perintah dan menjadikan audien dengan kuat dan keras dan dalam arab diungkapkan sebagai naghom al-Muluk dan al-Adhama’ (para raja dan pembesar).
Ustad Abdul Wahab menambahkan, saya ketika menggunakan naghom ‘Ajam untuk ayat-ayat terkait perintah Allah kepada Rasulullah (Saw), saya mengerti bahwa metode-metode ini memiliki jenis kekuatan dan kekerasan, sementara sudah dipastikan kalam suci Ilahi dengan Rasulullah (Saw) dalam puncak kecintaan dan di situ tidak terlihat kekuatan dan kekerasan, karenanya saya upayakan untuk menggunakan beragam metode dalam ayat-ayat ini.
Ia mengatakan, setelah beberapa waktu saya mengerti bahwa diri saya menggunakan kalimat musikal, yang belum pernah terdengar dari para qori sebelumnya, dengan demikian naqom ini selaras dengan jenis ayat-ayat tersebut (perintah kasih sayang Allah kepada Nabi Saw dan para nabi Allah) dan saya namakan naghom Shadi.
Makna Kata Shadi
Qori Mesir ini terkait penamaan naghom inovasi Shadi mengatakan, al-Shadi kalimat Arab, yang berasal dari kata Shadu, berarti manusia yang memiliki suara kasih sayang, lembut dan dalam bahasa Arab seseorang yang melantunkan dengan suara indah disebut dengan al-Shadi.
Ustad Abdul Wahab mengatakan, namun saya di Mesir dengan melihat nama anak saya adalah Shadi, maka saya juga tersohor dengan Abu Shadi.
Respon Para Qori Mesir atas Naghom Musik Baru
Juri internasional musabaqoh al-Quran ini lebih lanjut mengisyaratkan ustad Mustafa Ismail, sering sekali menggunakan naghom-naghom al-Quran. Ia mengatakan, ustad Nuaina’, salah seorang qori Mesir, banyak mengikuti dan meniru Syaikh Mustafa Ismail dalam ranah naghom musik al-Quran dan memiliki pengetahuan komprehensif tentang naghom-naghom al-Quran; ketika saya menjelaskan naghom Shadi untuknya, ustad Nuaina’ benar-benar takjub; seolah-olah baru pertama kali mendengar naghom tersebut.
Ia mengatakan, saya demikian juga memiliki murid, yang sampai sekarang mulai menimba naghom baru al-Quran tersebut, namun respon terindah yang saya dapati sampai sekarang atas penemuan naghom musik baru ini adalah salah seorang komponis religi Suriah mengirimkan kasidah baru untuk saya dengan naghom tersebut.
Ustad Taha Abdul Wahab terkait ciri utama naghom ini mengatakan, naghom ini memiliki aplikasi dalam sejumlah ayat, dimana perintah disertai dengan kasih sayang dan kecintaan; sampai-sampai ayat-ayat yang diberikan oleh Allah kepada para nabi Islam dan para nabi Ilahi merupakan misdaq dari naghom tersebut.
Ia menambahkan, semisalnya perintah dan menjadikan audien dalam surah Al-Baqarah ayat 183, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” disertai dengan bentuk kekuatan dan kekerasan, yang prioritasnya dilantunkan dengan naghom ‘Ajam, namun Allah swt dalam surah Al-Ahzab ayat 59 berfirman, "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, memerintahkan Rasulullah dengan cinta dan kasih sayang.
Ia mengatakan, ayat-ayat dimana Allah menjadikan audien Nabi (saw) dan para nabi Ilahi, sebuah perintah tidak dibarengi dengan nada keras, namun perintah tersebut disertai dengan kasih sayang dan naghom Shadi juga mengungkapkan hal ini, yakni perintah disertai dengan cinta dan kasih sayang.
Ustad Taha Abdul Wahab lebih lanjut mengatakan, naghom-naghom lain ada dalam al-Quran yang menjadi pengungkap perintah dan audien, namun naghom Shadi ungkapan perintah dengan cinta dan kasih sayang, dimana perintah ini juga dijalankan dengan kasih sayang, sampai-sampai dalam surah Al-Ahzab ayat 59, Allah memerintahkan nabi-Nya dengan kasih sayang dan mengajak beliau untuk berinteraksi dengan para istri dengan penuh kasih sayang.
Qori Mesir ini di penghujung mengatakan, Allah swt saat berbicara dengan orang-orang kafir, memerintahkan dengan keras, namun ketika berbicara dengan para nabi dan utusan Allah, dengan menggunakan kasih sayang, yang mana naghom Shadi ini sebagai pengungkap perintah tersebut.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email