Sidang Ahok. (Foto: Pool)
Salah satu tim kuasa hukum Basuki Tjahaja Purnama, Humphrey Djemat mencecar saksi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin komunikasi dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Dia mengaku punya bukti sehingga bisa mengetahui detail hari dan waktu pembicaraan tersebut.
Pada 7 Oktober 2016, Maruf disebut melakukan pertemuan dengan pasangan cagub cawagub DKI Jakarta nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono- Sylviana Murni di Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Namun Maruf mengatakan pertemuan itu tak disengaja.
"Apakah pada hari Kamisnya, sebelum bertemu Paslon Jumat, ada telepon dari Pak SBY jam 10.16 WIB yang menyatakan, pertama mohon diatur pertemuan dengan Agus dan Sylvi bisa diterima di kantor PBNU, kedua minta segera dikeluarkan fatwa penistaan agama?" tanya Humphrey.
Rupanya pertanyaan itu berbuntut panjang. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) keberatan dengan tuduhan tersebut. SBY menegaskan penyadapan demi kepentingan politik itu tindakan ilegal.
"Kalau percakapan saya dan Pak Maruf Amin atau siapa dengan siapa disadap tanpa alasan sah, tanpa perintah pengadilan, hal-hal yang dibenarkan dalam UU, namanya penyadapan ilegal. Kalau penyadapan motif politik, political spying," tegasnya.
Sedangkan Ahok mengatakan terkait informasi telepon SBY ke Maruf adalah urusan penasihat hukum saya. Dia mengaku disodorkan berita dari salah satu media online soal informasi tersebut.
"Bahwa ada informasi telepon SBY ke Kiai Maruf, selanjutnya terkait soal ini saya serahkan kepada penasihat hukum saya," tuturnya.
Humprey pun akhirnya menggelar jumpa pers. Humphrey enggan menyebut percakapan tersebut sebagai rekaman, melainkan komunikasi. "Saya bilangnya komunikasi ya bukan rekaman, ini sudah jauh hari sebelum persidangan," kata Humphrey, di Restoran Aroma Sedap, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (1/2).
Humphrey mengungkapkan bahwa barang bukti adanya komunikasi tersebut akan dibeberkan dalam persidangan Ahok. Dia pun enggan mengungkap sumber komunikasi tersebut.
Menurutnya, hal tersebut masih tabu untuk diungkap sekarang. Namun dia memastikan bahwa hal tersebut tidak berkaitan dengan lembaga negara seperti Polri atau Badan Intelijen Nasional (BIN).
"Enggak ada kaitannya sama yang lain-lain, itu dari Tuhan, dari Tuhan semuanya. Sekarang siapa yang lebih berkuasa? BIN, polisi atau Tuhan? Tuhan dong, ya kan? hehehe," ungkapnya.
Dia juga membantah telah melakukan perekaman komunikasi tersebut. "Wah bahaya nih masa mantan presiden kita rekam haha," tandasnya.
(Merdeka/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email